Alergi Cokelat Pada Anak, Timbulkan Beragam Reaksi, Kenali Tanda Dan Gejalanya
Cokelat adalah salah satu camilan favorit anak-anak. Rasanya yang manis, bikin anak jadi ketagihan ingin kembali merasakannya setiap waktu.
Tapi siapa sangka, camilan manis yang satu ini ternyata juga bisa jadi salah satu penyebab alergi, lho! Ketika anak alergi obat, reaksi yang ditimbulkan juga beragam. Namun, reaksi tersebut diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu, reaksi langsung dan reaksi intoleransi.
Pada reaksi langsung, biasanya hal ini bisa langsung menimbulkan gejala berupa gatal-gatal, batuk-batuk, bengkak di tubuh (terutama kelopak mata, bibir, serta reaksi yang lebih berat seperti sesak napas. Sementara reaksi intoleransi, biasanya menimbulkan reaksi alergi cokelat pada pencernaan seperti diare atau sakit perut.
Kandungan dalam cokelat batangan biasanya mengandung bahan alergen seperti susu atau kacang. Biasanya bahan-bahan inilah yang menyebabkan alergi cokelat pada balita.
Yuk kita bedah bersama, apa saja sih tanda dan ciri alergi cokelat pada balita yang umum ditimbulkan, dalam ulasan berikut.
Alergi cokelat pada balita, mungkinkah terjadi?
Yup! Hal ini juga jadi salah satu pertanyaan besar buat Ibumin, yang punya anak dengan alergi cokelat. Awalnya bingung, sepertinya dulu aman-aman saja nih kalau makan cokelat.
Tapi belakangan kok malah menimbulkan efek batuk dan sesak napas, berujung asma jadi kambuh. Nah, jika mengutip dari Medical News Today sebelum mendiagnosa sendiri bahwa anak Ibu punya kecenderungan alergi cokelat, ada baiknya ketahui terlebih dahulu mengenai alergi cokelat dan sensitivitas tubuh terhadap bahan yang terkandung di dalamnya.
Apalagi, secara alamiah cokelat jarang sekali dapat menimbulkan efek alergi. Cokelat mengandung campuran bahan yang biasanya sudah berbentuk bubuk kakao, yang merupakan versi olahan dari biji kakao.
Bubuk ini kemudian dicampur dengan gula, lemak, dan pengemulsi, seperti lesitin kedelai. Bagi orang yang alergi terhadap cokelat, mungkin sulit untuk mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan reaksi alergi cokelat.
Jika anak alergi kakao, maka sistem imun akan meresponnya saat masuk ke dalam tubuh. Respon ini dapat menimbulkan gejala dan reaksi langsung, alias tanda-tanda alergi cokelat, seperti:
- Kulit kemerahan
- Sesak napas
- Lidah, bibir, atau tenggorokan bengkak
- Batuk mengi
- Mual atau muntah
- Kram perut.
Reaksi saat anak sensitif terhadap cokelat
Jika anak hanya sensitif terhadap kandungan bahan yang terdapat di dalam cokelat, biasanya efek yang ditimbulkan juga lebih lambat (reaksi intoleransi) meliputi diare, kemerahan di kulit, sakit perut dan batuk mengi. Sensitivitas ini biasanya terjadi akibat bahan yang mengandung alergen, yang terdapat pada cokelat seperti susu ataupun kafein.
Dikutip dari Healthline sensitivitas atau intoleransi cokelat berbeda dengan alergi karena tidak melibatkan antibodi IgE dalam darah. Namun, bagian lain dari sistem kekebalan tubuh mungkin masih terlibat.
Berbeda dengan alergi cokelat, sensitivitas terhadap cokelat seringkali hal ini tidak mengancam jiwa. Biasanya anak-anak sensitif terhadap cokelat itu sendiri atau terhadap bahan lain seperti asam amino tyramine.
Si kecil mungkin bisa makan cokelat dalam jumlah kecil tanpa masalah. Namun dalam jumlah yang lebih besar, coklat dapat memicu reaksi pada saluran pencernaan atau bagian lain di tubuhnya.
Orang yang sensitif terhadap cokelat, bisa mengalami gejala yang mungkin mirip seperti ciri-ciri alergi cokelat seperti:
- Muncul jerawat
- Perut kembung atau bergas
- Mengalami sembelit
- Ada keluhan sakit kepala atau migrain
- Muncul ruam kulit, atau dermatitis kontak
- Mengeluh sakit perut.
Sementara itu, ketika anak sangat sensitif terhadap kafein dalam cokelat yang dapat memicu serangkaian gejala tersendiri, meliputi:
- Kelelahan
- Kesulitan tidur
- Berdebar, detak jantung cepat atau tidak merata
- Tekanan darah tinggi
- Sakit kepala
- Mengeluh pusing.
Harus bagaimana ketika anak alergi cokelat?
Hal utama yang bisa dilakukan orang tua untuk memastikan apakah si kecil benar-benar alergi cokelat, atau hanya sensitif terhadap kandungan di dalamnya adalah dengan melakukan tes alergi. Nantinya, setelah sudah mendapatkan hasil, dan ternyata menunjukkan bahwa anak alergi cokelat, maka orang tua perlu lebih menjaga anak agar tidak mengonsumsi cokelat.
Dikutip dari New York Allergy and Sinus Centers ini menjadi salah satu cara mudah yang bisa dilakukan oleh orang tua. Mencegah kekambuhan alergi cokelat, harus selalu menjauhi triggernya.
Hindari agar anak tidak makan cokelat dan produk sampingannya. Dokter mungkin juga akan meresepkan injektor otomatis epinefrin, apabila alergi cokelat pada anak menimbulkan efek samping yang dikhawatirkan bisa mengancam nyawa (sesak napas).
Untuk alergi yang tidak terlalu parah, seperti gatal-gatal, Ibu bisa menggunakan krim kortison untuk membantu mengatasi peradangan pada kulit. Obat antihistamin juga bisa jadi alternatif pengobatan untuk membantu mengatasi reaksi alergi cokelat yang cenderung ringan.
Itulah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi kemungkinan anak alergi cokelat. Tapi, sesekali Ibu tetap boleh memberikan cokelat untuk si kecil yang alergi, asalkan jenisnya sesuai dan tidak menjadi trigger kekambuhan alergi anak, misalnya seperti cokelat putih atau dark cokelat tanpa tambahan gula atau susu.