Ibupedia

Si Kecil Gatal Kemerahan? Waspada Alergi Kulit pada Bayi

Si Kecil Gatal Kemerahan? Waspada Alergi Kulit pada Bayi
Si Kecil Gatal Kemerahan? Waspada Alergi Kulit pada Bayi

Mendapati bercak merah dan kasar di pipi bayi pastinya bikin Ibu panik. Kalau sudah begini, biasanya ASI-lah yang selalu dijadikan tersangka utama. Hmm… Padahal faktanya nggak begitu lho, Bu. Air susu ibu justru tidak akan menimbulkan efek negatif pada kulit si kecil. Sebaliknya, bintik merah bisa jadi salah satu tanda alergi kulit pada bayi.

Alergi kulit pada bayi memang rentan terjadi karena kondisi kulitnya yang masih sangat sensitif. Masalah kesehatan ini muncul akibat paparan langsung dengan alergen (pemicu alergi) dan saat sistem imun tubuh bereaksi melepas histamin ke kulit sebagai bentuk respons terhadap alergen yang menyerang tubuh.

Alergi kulit pada bayi umumnya memang bukan kondisi yang berbahaya. Namun, jika tidak diobati sesegera mungkin, masalah ini bisa menyebabkan timbulnya gangguan lainnya lho, Bu. Bayi yang terkena alergi kulit biasanya cenderung lebih rewel dan nggak nyaman saat beristirahat. Tidak mau hal yang sama terjadi pada si kecil, kan? Yuk, kenali dulu jenis-jenis alergi kulit yang sering menyerang bayi.

8 Jenis Alergi Kulit pada Bayi dan Pemicunya

Alergi kulit pada bayi biasanya nggak selalu muncul di wajah, tapi juga bagian tubuh lainnya. Gejala dan ciri fisik yang timbul pun beragam tergantung pemicunya, Bu. Dikutip dari WebMD, secara umum ada beberapa jenis alergi kulit yang kerap diderita bayi atau balita, yaitu:

1. Eksim


Eczema atau eksim merupakan jenis alergi kulit pada bayi yang cukup umum. Sekitar 10% bayi di seluruh dunia tercatat mempunyai eksim. Nah, eksim ini biasanya muncul kalau bayi Ibu mempunyai masalah kesehatan bawaan seperti asma, alergi makanan, rinitis alergi, atau jika ada riwayat alergi di keluarga.

Meski terbilang umum, eksim ini ternyata masih belum diketahui jelas penyebabnya. Alergi kulit pada bayi berupa eksim biasanya ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut di bagian kulit wajah dan kepala:

  • Ruam merah di kulit;
  • Garukan pada kulit hingga sebabkan gatal-gatal;
  • Kulit kering;
  • Kulit menebal dan kasar akibat goresan dan gesekan; dan
  • Infeksi kulit berulang akibat garukan.

Sensasi gatal pada kulit penderita eksim biasanya akan makin intens jika terpapar dengan keringat, suhu kering, kain/pakaian berbahan kasar, penggunaan sabun dan deterjen tertentu, serta (kadang-kadang) konsumsi makanan seperti susu sapi, kacang-kacangan, telur, atau seafood. Eksim pada bayi bisa dicegah dengan cara-cara berikut:

  • Mandi dengan sabun yang tidak mengandung deterjen SLS (Sodium Lauryl Sulfate)
  • Pilih produk dengan label “hypoallergenic”. Label ini menandakan bahwa produk tersebut aman untuk kulit bayi yang sensitif, sehingga tidak menimbulkan iritasi.
  • Gunakan pelembap yang diformulasi khusus untuk kulit bayi, terutama jika Ibu tinggal di daerah bersuhu kering.
  • Hindari produk yang berpotensi memicu alergi, misalnya produk yang mengandung deterjen SLS, parfum atau alkohol.

2. Dermatitis Kontak


Alergi kulit pada bayi tipe berikutnya adalah dermatitis kontak. Alergi jenis ini terjadi akibat kontak langsung dengan bahan-bahan yang memicu alergi, seperti perhiasan, sabun atau deterjen yang mengandung SLS (Sodium Lauryl Sulfate), atau zat lain yang bersifat iritan/alergen.

Meskipun nggak berbahaya, dermatitis kontak bisa bikin bayi nggak nyaman karena ruam dan gatal-gatal di kulit lho, Bu. Dermatitis kontak bukan termasuk penyakit menular dan bisa hilang dalam 2-4 minggu. Alergi ini biasanya ditandai dengan gejala-gejala seperti:

  • Ruam kulit hingga kemerahan;
  • Gatal parah hingga terasa perih jika digaruk;
  • Kulit kering dan bersisik;
  • Kulit bengkak;
  • Kulit melepuh dan berair akibat garukan berulang; dan
  • Kulit menebal atau pecah-pecah.

Untuk menghindari makin parahnya dermatitis kontak pada bayi, Ibu harus tahu dulu nih bahan-bahan apa yang bisa memicu risiko alergi pada si kecil. Dari situ, Ibu bisa melakukan langkah pencegahan yang lebih efektif. Berikut beberapa tips mencegah dermatitis kontak pada anak:

  • Stop menggunakan bahan atau produk yang bisa memicu reaksi alergi;
  • Hindari penggunaan sabun yang mengandung deterjen SLS (Sodium Lauryl Sulfate)
  • Cuci tangan dengan sabun sebelum memegang bayi;
  • Jaga kebersihan rumah dan ruangan;
  • Gunakan pelembap kulit khusus kulit sensitif atau dermatitis kontak;
  • Kompres dingin area kulit yang terkena alergi untuk redakan gatal;
  • Jika sudah menerapkan cara-cara di atas tapi alergi kulit pada bayi tak kunjung membaik, segera konsultasikan dengan dokter kulit ya, Bu. Biasanya dokter akan meresepkan obat golongan kortikosteroid sesuai dengan tingkat keparahan gejala yang diderita anak.

3. Dermatitis Atopik


Selain dermatitis kontak, alergi kulit pada bayi juga bisa berupa dermatitis atopik. Penyakit kulit yang juga kerap disebut ruam alergi/eksim susu/eksim atopik ini sering kali muncul pada bayi yang berusia kurang dari 1 tahun.

Dermatitis atopik adalah alergi kulit yang ditandai dengan peradangan, ruam kemerahan pada kulit, kulit mengelupas, bintil kemerahan, kulit kering dan bersisik, serta gatal-gatal.

Dermatitis atopik ini seringnya muncul di bagian pipi. Itulah kenapa Bu masyarakat kerap mengasosiasikannya sebagai alergi ASI. Untuk mencegah alergi kulit eksim atopik pada bayi, berikut cara-cara yang bisa Ibu lakukan:

  • Menjaga kebersihan kulit bayi dengan mandi dengan sabun untuk kulit sensitif yang tidak mengandung deterjen SLS (Sodium Lauryl Sulfate);
  • Hindari suhu ekstrem (dingin maupun panas);
  • Jauhkan bayi dari faktor yang memicu eksim atopik; dan
  • Jaga kelembapan kulit bayi sepanjang waktu, dengan menggunakan pelembab di seluruh tubuh dan juga wajah.

4. Ruam Popok


Alergi kulit pada bayi yang selanjutnya adalah ruam popok. Dinamakan begitu karena masalah kulit ini memang muncul hanya di area tertentu seperti anus, bokong, lipatan paha, serta genital bayi, Bu. Ruam popok biasanya ditandai dengan gejala seperti ruam kemerahan, kulit melepuh, bintik, serta gatal.

Saat disentuh, kulit yang terkena ruam popok juga biasanya akan terasa hangat dan bengkak. Pemicunya pun beragam, mulai dari alergi produk diapers atau tisu basah, hingga kontak  terlalu lama dengan urine atau pup bayi.

Ruam popok nggak cuma bikin bayi rewel karena nggak nyaman, Bu. Jika tak diobati segera, kondisi ini bisa makin parah dan memicu timbulnya infeksi sekunder. Nah, untuk mencegah ruam popok, Ibu bisa menerapkan cara-cara berikut:

5. Alergi Makanan


Bayi ASI eksklusif pasti terhindar dari alergi makanan. Eits, kata siapa? Bayi ASIX sekalipun juga nggak luput dari risiko alergi lho, Bu. Penyebabnya adalah makanan yang dikonsumsi Ibu dan diserap oleh bayi melalui ASI. Alergi kulit pada bayi karena makanan biasanya timbul setelah Ibu mengonsumsi susu, kacang-kacangan, seafood, telur, atau dairy products tertentu. Gejalanya berupa:

  • Ruam kemerahan pada kulit bayi;
  • Gatal-gatal;
  • Diare (kadang disertai darah);
  • Batuk;
  • Sesak napas; 
  • Bengkak di bagian tubuh tertentu; dan
  • Alergi karena makanan yang diderita orang tua bisa menurun pada si kecil. Jadi, untuk menghindari gejala, sebaiknya Ibu lebih berhati-hati dalam memilih makanan ya, terutama jika anak masih menyusu.

6. Biang Keringat


Kasus alergi kulit pada bayi yang satu ini cukup banyak ditemukan. Dalam bahasa medis, biang keringat disebut dengan miliaria. Kondisi ini disebabkan oleh tersumbatnya saluran keringat, sehingga keringat terjebak di bawah kulit dan tidak bisa dikeluarkan oleh tubuh.

Biang keringat biasanya muncul dengan gejala seperti ruam menonjol kecil-kecil yang berwarna merah, gatal, dan menimbulkan sensasi perih/menyengat pada kulit. Bayi cenderung rentan terkena biang keringat karena kelenjar keringatnya memang belum berkembang sempurna.

Miliaria bisa muncul karena beberapa faktor, misalnya aktivitas fisik tertentu, obesitas, cuaca panas, hingga bed rest dalam waktu lama. Untuk mencegah terjadinya alergi kulit pada bayi jenis ini, Ibu disarankan melakukan hal-hal berikut:

  • Menjaga suhu ruangan tetap sejuk;
  • Menghindarkan si kecil dari cuaca panas;
  • Menggunakan sabun mandi untuk kulit sensitif yang lembut tidak mengandung deterjen SLS (Sodium Lauryl Sulfate) atau khusus pencegahan biang keringat;
  • Memakaikan bayi pakaian yang longgar dan adem; dan
  • Sering menyeka keringat di tubuh bayi.

7. Alergi Air Liur


Ternyata air liur juga bisa menyebabkan alergi lho, Bu. Dinamakan dengan drool rash atau alergi air liur, masalah kulit ini muncul akibat banyaknya air liur yang membasahi pipi, dagu, leher, serta dada bayi hingga menyebabkan iritasi.

Meskipun bukan kondisi yang mengkhawatirkan, alergi kulit pada bayi jenis ini lama-lama bisa bikin bayi rewel karena merasa nggak nyaman. Gejalanya adalah ruam kemerahan yang sedikit menonjol di area-area tersebut. Menurut Healthline, penggunaan dot juga bisa meningkatkan risiko alergi air liur pada bayi!

Untuk mencegah alergi ini, Ibu dianjurkan untuk rajin-rajin mengelap mulut bayi dengan tisu atau kain yang lembut, terutama pada usia 2 atau 3 bulan saat kelenjar ludah bayi mulai bekerja. Alternatifnya, gunakan bib bayi berbahan silikon agar air liur tak sampai merembes ke baju dan dada bayi.

8. Kulit Kering


Nggak cuma orang dewasa nih Bu, bayi juga rentan mengalami kulit kering. Ya, kulit bayi yang masih muda memang cenderung lebih gampang menyebabkan kering dan iritasi. Apalagi jika produk perawatan kulit yang dipakai tidak sesuai dengan kondisi bayi. Untuk menjaga kesehatan dan kelembapan kulit si kecil, ini dia beberapa cara yang bisa Ibu lakukan:

  • Pilih sabun mandi yang melembapkan atau khusus bayi berkulit sensitif yang tidak mengandung deterjen SLS (Sodium Lauryl Sulfate), karena SLS dapat mengikis kelembapan alami kulit;
  • Persingkat waktu mandi si kecil. Terlalu lama mandi justru bikin kulit makin kering;
  • Gunakan pelembap khusus kulit sensitif bayi;
  • Jaga suhu ruang tetap lembap dan sejuk;
  • Pastikan bayi selalu terhidrasi dengan memberikan ASI atau air putih secara rutin; dan
  • Gunakan pakaian berbahan lembut dan nyaman seperti katun.

Bagaimana Merawat Bayi dengan Alergi Kulit?

Bayi dengan alergi kulit tentunya butuh perawatan dan perhatian ekstra. Agar gejala tak terus muncul dan bertambah parah, Ibu perlu menerapkan cara-cara sebagai berikut:

  • Cegah anak melakukan kebiasaan menggaruk;
  • Jaga kebersihan dan kelembapan kulit si kecil;
  • Perhatikan asupan makanan bayi;
  • Kontrol makanan yang Ibu konsumsi;
  • Keringkan air liur bayi sesering mungkin;
  • Gunakan sabun yang tidak mengandung deterjen SLS (Sodium Lauryl Sulfate) dan berlabel hypoallergenic;
  • Mandi teratur 2x sehari, bila perlu gunakan air suam-suam kuku;
  • Gunakan pelembab setiap habis mandi di seluruh tubuh dan wajah
  • Hindari sering bergonta-ganti produk (baik popok maupun sabun);
  • Rajin memotong kuku anak untuk menghindari kebiasaan menggaruk;
  • Pilih pakaian yang nyaman, lembut, serta tidak panas; dan
  • Segera obati atau konsultasi ke dokter jika timbul gejala alergi.

Perawatan untuk Kulit Bayi yang Sensitif dan Alergi

Untuk bayi yang memiliki alergi dan kulit sensitif memang harus perlu perawatan khusus dan cermat dalam memilih produk sabun dan pelembab yang digunakan. Jika salah pilih, bukannya kulit membaik, justru kondisinya bisa makin parah.

Lalu apa aja nih hal yang perlu diperhatikan Ibu saat memilih produk perawatan kulit bayi? Ada 2 poin penting yang perlu diamati, antara lain:

1. Pilih produk yang low hazard

Ini artinya produk yang dipilih sebaiknya tidak mengandung kandungan kimia berbahaya. Menurut penelitian  IOP Conference Series Earth and Environmental Science, bahan kimia berbahaya yang berlebihan akan berdampak negatifpada kulit si kecil lho.

2. Pilih produk yang tidak mengandung deterjen SLS


Buat yang belum tahu, kandungan SLS itu adalah bahan yang membuat suatu produk menghasilkan busa melimpah. Saat menggunakan produk perawatan kulit dengan busa melimpah mungkin membuat kita merasa tubuh jadi lebih bersih.

Tapi tahu nggak Bu, melansir dari  Journal of the American College of Toxicology efek SLS tidak terlalu baik lho untuk kulit newborn yang punya masalah kulit sensitif atau alergi karena dapat membuat kulit si kecil jadi kering, mengalami iritasi mata, mual, muntah, bahkan diare.

Seorang dermatologis asal New York, Rachel Nazarian, MD, juga menjelaskan bahwa SLS dapat meninggalkan residu di kulit dan menyebabkan iritasi. SLS sangat tidak disarankan untuk baby newborn dan anak dengan kulit sensitif atau memiliki eksim karena dapat menghilangkan banyak kelembaban di kulit

Sabun dan pelembab yang kandungannya seperti apa yaa yang cocok untuk bayi dengan kulit sensitif dan punya alergi? Kita simak yuk rekomendasinya!

A. Sabun Bayi yang tidak mengandung deterjen SLS yang Atasi Gangguan Kulit Si Kecil

Nah, soal sabun bayi untuk yang berkulit sensitif dan punya alergi, Ibu bisa memilih PUREBB Liquid Soap dengan formula NO Added SLS atau tanpa deterjen SLS (Sodium Lauryl Sulfate). Sabun mandi bayi ini aman untuk newborn atau bayi prematur, kulit kering, sensitif atau yang mengalami gangguan kulit seperti dermatitis, ruam, alergi, biang keringat dan masalah kulit lainnya.

Bahan-bahan alami yang recommended untuk kulit sensitif bayi, seperti:

  • Oat kernel. Kandungan ini dapat menyejukkan dan menenangkan permukaan kulit bayi dari rasa gatal dan perih, serta memberikan kelembaban pada kulit, sehingga bayi bisa merasa lebih nyaman dan tidak rewel.
  • Extract chamomile. Kandungan ini sering direkomendasikan untuk perawatan penyakit kulit, seperti inflamasi (peradangan), luka, dan gatal pada kulit bayi.
  • Allantoin yang berfungsi mengatasi merah-merah akibat iritasi pada kulit bayi.
  • Panthenol yang melembabkan kulit dan menstimulasi regenerasi sel kulit, sehingga recovery kulitnya lebih cepat.

Semua kandungan ini ada di dalam PUREBB Liquid Soap, di mana mandi bukan hanya membersihkan tetapi juga membantu merawat kulit dari iritasi atau masalah kulit lainnya.

B. Jangan Lupa Selalu gunakan Pelembab pada Kulit si kecil setiap habis mandi 

Setelah memandikan si kecil, Ibu juga wajib menciptakan kelembaban pada kulit bayi. Salah satu caranya adalah dengan mengoleskan PUREBB Soothing Moisturizer Cream setiap habis mandi. Pelembab ini sudah teruji hypoallergenic untuk menjaga dan melembabkan kulit sensitif bayi. 

PUREBB Soothing Moisturizer Cream cocok untuk bayi yang memiliki kulit sensitif, kering, mengelupas, mengalami gatal, dan masalah kulit lainnya. Nggak tanggung-tanggung, PUREBB Soothing Moisturizer Cream menjaga kelembaban kulit sampai 24 jam lho! Ini juga bisa digunakan di seluruh tubuh, termasuk wajah.

Memangnya ada kandungan apa saja sih di dalam PUREBB Soothing Moisturizer Cream? Nah, ternyata di dalamnya ada kandungan oat kernel sebagai pencegah dan penghilang rasa gatal dan menyejukkan kulit.

Kemudian ada kandungan Sunflower Seed Oil yang berperan sebagai moisturizer dan membantu regenerasi kulit. Tak ketinggalan juga, ada kandungan Olive Leaf sebagai anti inflamasi yang perannya adalah anti jamur dan anti bakteri.

PUREBB Liquid Soap dan PUREBB Soothing Moisturizer Cream sudah Low Hazard active ingredients. keduanya memiliki kandungan Oat Kernel. Melansir dari WebMD, kandungan ini sering digunakan untuk menenangkan kulit yang mengalami dermatitis atopik, dermatitis kontak, dan kulit kering. Oat Kernel memberikan lampisan perlindungan pada kulit sehingga iritan yang dapat memperparah kondisi kulit si kecil bisa terhindari.

PUREBB Liquid Soap dan PUREBB Soothing Moisturizer Cream recommended untuk baby newborn, kulit sensitif atau yang sedang mengalami masalah kulit. Pemakaian kedua produk ini setiap hari, menjadikan kulit si kecil tetap lembab & lembut, terhindar dari iritasi, kering, biang keringat dan gangguan kulit lainnya.

Yuk tunggu apalagi, siapkan PUREBB Liquid Soap dan PUREBB Soothing Moisturizer Cream selalu di rumah ya. Ibu bisa mendapatkannya di e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak, atau Blibli!

Penulis: Kristal Pancarwengi
Editor: Dwi Ratih & Atalya

Follow Ibupedia Instagram