Ibupedia

6 Jenis Alergi pada Bayi dan Cara Mengatasi. Yuk, Kenali!

6 Jenis Alergi pada Bayi dan Cara Mengatasi. Yuk, Kenali!
6 Jenis Alergi pada Bayi dan Cara Mengatasi. Yuk, Kenali!

Alergi pada bayi dapat terjadi karena berbagai alasan, bisa dari makanan, zat kimia pada pakaian, debu, atau udara dingin. Seperti halnya yang terjadi pada orang dewasa, alergi pada bayi terjadi ketika tubuh bereaksi terhadap zat tertentu, biasanya ketika zat itu terhirup, tertelan, atau bahkan tersentuh. Saat alergi kambuh, tubuh bayi akan menunjukkan gejala yang berbeda-beda, beberapa di antaranya seperti ruam di kulit, gatal-gatal, muntah, hingga diare.

Alergi pada bayi perlu segera diidentifikasi penyebabnya. Semakin orangtua peka, maka mereka juga akan semakin tanggap untuk mencegah atau mengobati reaksi alergi di masa mendatang. Namun sayangnya, menemukan penyebab alergi pada bayi tidak semudah yang dibayangkan. Selain karena gejala dari setiap alergi hampir sama, bayi juga belum bisa menjelaskan apa yang ia rasakan. Cara yang bisa dilakukan orangtua adalah dengan mengamati bahkan kalau perlu mencatat apa makanan yang baru dikonsumsi bayi, atau bagaimana lingkungan tempat tinggal bayi, dan lain sebagainya.

Jenis Alergi pada Bayi Dilihat dari Pemicunya

Kebanyakan alergi pada bayi terjadi karena faktor genetik. Jika orangtua memiliki riwayat alergi, kemungkinan besar bayi akan berisiko mengalami alergi juga. Faktor lain yang bisa menyebabkan alergi pada bayi, dan jadi penyebab paling umum adalah karena makanan. Selain makanan, ada juga berbagai penyebab lain yang juga perlu diwaspadai, seperti berikut ini:

  1. Alergi makanan

    Pemicu paling umum alergi pada bayi adalah dari makanan. American Academy of Allergy, Asthma & Immunology dikutip dari laman Medical News Today, bahkan menyebutkan kalau sekitar 6% dari bayi usia 2 tahun ke bawah memiliki alergi pada makanan. Alergi makanan lebih sering terjadi pada bayi laki-laki dibanding perempuan. Setiap bayi bisa bereaksi terhadap jenis makanan yang berbeda-beda dan tidak hanya satu jenis saja, tapi bisa beberapa sekaligus. Beberapa makanan yang seringkali memicu alergi pada bayi adalah kacang-kacangan, produk dairy (susu sapi, keju, telur), aneka jenis seafood (ikan, udang, kepiting)atau biji-bijian.

    Gejala alergi makanan yang paling umum dialami bayi adalah:

    • Sakit perut;
    • Batuk;
    • Diare;
    • Pingsan;
    • Ruam di kulit;
    • Mual atau muntah;
    • Ruam di sekitar mulut;
    • Hidung berair atau tersumbat;
    • Bengkak di wajah, kaki, atau lengan;
    • Sesak di tenggorokan; dan
    • Kesulitan bernapas.
    • Alergi makanan memang sangat umum terjadi. Namun, alergi ini juga dapat menyebabkan gejala yang tiba-tiba bahkan mengancam nyawa. Biasanya ini terjadi ketika bayi tidak sengaja memakan makanan pemicu alergi lalu tidak sadar sampai akhirnya tubuhnya bereaksi dan mengalami syok. Tanda-tanda syok ini meliputi kulit pucat, lembab, dan pusing. Ia juga bisa jadi akan kesulitan bernapas sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah yang cukup tajam. Jika ini terjadi, segera larikan anak ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis!

  2. Alergi pada bayi ASI

    Hah? Memangnya ASI bisa memicu alergi pada bayi? Bukannya ASI adalah makanan terbaik bayi? Ya, Bu, ASI memang sumber nutrisi terbaik untuk bayi. Jadi ASI sendiri sebetulnya tidak bisa memicu alergi. Namun, alergi pada bayi ASI bisa terjadi ketika si Ibu mengonsumsi makanan tertentu yang bisa memicu alergi. Makanan atau minuman yang Ibu konsumsi ketika masih menyusui dapat memengaruhi rasa dari ASI dan menimbulkan reaksi yang beragam pada bayi. Beberapa jenis makanan yang perlu diwaspadai karena bisa memicu alergi pada bayi adalah produk olahan susu, kacang-kacangan, brokoli, cokelat, atau kafein. Jenis makanan atau minuman itu mungkin ada yang tidak menyebabkan alergi, namun mereka tetap berisiko terhadap sistem pencernaan bayi.

    Gejala alergi pada bayi ASI yang paling umum, seperti dilansir dari Happiest Baby adalah:

    • Muntah-muntah;
    • Muncul tanda-tanda sakit perut;
    • Diare berlendir atau ada darah di feses;
    • Gatal-gatal;
    • Eksim (ruam merah dan gatal di lutut bagian dalam, siku, atau leher);
    • Batuk atau mengi;
    • Mata berair, pilek atau hidung tersumbat; dan
    • Terjadi pembengkakan terutama di bibir, lidah, atau tenggorokan.
  3.  Alergi obat-obatan

    Selain dari makanan, alergi pada bayi juga bisa terjadi karena obat-obatan, meski lebih jarang terjadi ketimbang alergi makanan. Zat kimia yang terkandung pada obat-obatan tertentu dapat memicu reaksi tertentu pada tubuh bayi. Ini terjadi karena saat bayi sakit dan harus minum obat tertentu, ada kandungan di dalam obat yang dikenali tubuh sebagai zat asing berbahaya. Karenanya, sebagai bentuk perlindungan, tubuh akan bereaksi dengan “melawan” zat tersebut.

    Gejala alergi pada obat-obatan biasanya muncul dalam beberapa menit, atau bisa juga satu atau dua jam setelahnya. Berikut ini adalah gejala umum yang terjadi pada bayi yang alergi obat-obatan:

    • Ruam dan bentol di kulit, biasanya terasa gatal dan bayi tidak berhenti menggaruk;
    • Sesak napas atau napas pendek;
    • Hidung berair, batuk, atau demam yang tak kunjung turun;
    • Bintik merah seperti campak; dan
    • Jika parah, bisa terjadi syok anafilaksis; kondisi saat terjadi kegagalan sistem tubuh secara luas.
  4. Alergi lingkungan

    Alergi lingkungan atau environmental allergies dapat terjadi pada bayi. Seperti istilahnya, alergi ini dipicu oleh sesuatu yang berada di lingkungan sekitar bayi, seperti debu, jamur, serbuk sari, sengatan serangga, dan banyak lainnya. Bahkan kandungan bahan kimia di produk seperti sabun, sampo, atau deterjen juga bisa memicu alergi pada bayi lo! Alergi semacam ini biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitif. Walaupun terbilang jarang terjadi, namun, orangtua tetap perlu waspada terutama jika Ibu atau Ayah (atau keduanya) memiliki riwayat alergi lingkungan juga.

    Berikut ini beberapa gejala alergi pada bayi yang sensitif terhadap lingkungan:

    • Bersin-bersin;
    • Mata merah dan gatal;
    • Batuk, mengi, dada sesak;
    • Pilek;
    • Gatal-gatal dan ruam; dan
    • Benjolan di kulit.
  5. Alergi binatang peliharaan

    Tidak sedikit orangtua yang ingin mengenalkan binatang peliharaan pada anak sedini mungkin. Hal ini seringkali dilakukan untuk menumbuhkan sikap cinta binatang sejak kecil. Binatang yang kerap jadi pilihan untuk dipelihara adalah kucing dan anjing. Namun, hati-hati, sebab hewan peliharaan, terutama yang berbulu dapat berisiko jadi alergen bagi bayi. Apalagi kalau anak suka memegang, memeluk, bahkan menciumnya. Bulu pada binatang dapat masuk ke mulut atau hidung bayi dan memicu reaksi alergi.

    Tapi, di banyak kasus, walau mungkin hewan peliharaan sudah dipisahkan dari bayi, reaksi alergi tetap bisa muncul karena bulu atau liur dari hewan itu masih menempel di sofa, karpet, atau benda-benda di sekitar bayi.

    Berikut ini adalah gejala umum alergi pada bayi yang sensitif terhadap bulu binatang:

    • Kulit gatal;
    • Muncul ruam kemerahan;
    • Mata dan hidung berair;
    • Bersin-bersin; dan
    • Batuk dan mengi.
  6. Alergi musiman

    Alergi pada bayi juga bisa disebabkan oleh musim. Jika bayi menunjukkan gejala-gejala seperti bersin-bersin, hidung berair dan gatal pada musim-musim tertentu, seperti misalnya musim hujan, atau saat udara dingin, kemungkinan ia memiliki alergi musim. Ada juga yang alergi saat musim bunga-bunga tertentu mekar, biasanya karena serbuk sari dari bunga atau tanaman tersebut.

    Gejala alergi pada bayi yang disebabkan oleh pergantian musim kurang lebih sama seperti yang dialami orang dewasa:

    • Hidung berair dan gatal;
    • Mata berair;
    • Bersin;
    • Hidung tersumbat; dan
    • Beberapa ada yang mengalami sakit telinga juga.
    • Namun, pada saat pergantian musim, banyak dari kita akan lebih rentan terserang flu, termasuk juga bayi dan anak-anak. Lalu, bagaimana cara membedakan gejala flu biasa dengan gejala pertanda alergi? Salah satu caranya, Ibu bisa memerhatikan frekuensi gejala terjadi. Pilek dan flu sangat umum dialami bayi dan biasanya berlangsung selama satu atau dua minggu. Sedangkan gejala alergi musim cenderung bertahan lebih lama. Ibu juga perlu melihat adanya gejala lain selain hidung berair, tersumbat, dan bersin, umumnya gejala alergi musim tidak disertai demam, sedangkan flu biasa kerap disertai demam. Alergi juga tidak menyebabkan nyeri di tubuh seperti halnya influenza.

Cara Mengatasi Alergi pada Bayi

Tidak semua reaksi yang dipicu alergi pada bayi membutuhkan pengobatan medis. Seperti jika muncul ruam kemerahan ringan di kulit si kecil akibat penggunaan sabun yang berbeda, atau karena debu yang berasal dari suatu tempat. Biasanya gejala ringan ini akan memudar dalam beberapa jam dan mungkin juga tidak mengganggu bayi. Namun, jika gejala reaksi alergi menyebabkan ketidaknyamanan pada bayi, seperti misalnya membuat bayi lebih rewel, terus menggaruk bagian yang kemerahan hingga luka, menangis, atau bahkan sampai tidak nafsu makan, pengobatan medis kemungkinan akan diperlukan.

Karena penyebab alergi pada bayi bisa bervariasi, tentunya cara mengatasinya juga bisa berbeda-beda tergantung faktor pemicunya. Tapi secara umum, perawatan berikut mungkin dapat membantu:

  1. Menghindari pemicu

    Alergi pada bayi tidak mungkin muncul tanpa adanya pemicu. Orangtua perlu menemukan apa kira-kira penyebab alergi pada bayi, supaya jika muncul gejala reaksi, mereka bisa segera menjauhkan bayi dari pemicunya. Misalnya bila bayi alergi terhadap produk-produk kebersihan tertentu seperti sabun, deterjen, atau losion, maka sebaiknya hentikan pemakaian dan segera beralih ke produk yang terdapat label “hipoalergenik”.

  2. Mandikan bayi dengan air hangat

    Air hangat dapat membantu kulit yang iritasi menjadi lebih nyaman. Saat mandi, hindari menggunakan sabun yang terlalu banyak kandungan deterjen dan busanya, sebab hal ini justru bisa memperparah reaksi alergi pada bayi. Mandinya juga jangan terlalu lama, ya, sekitar 3-5 menit saja. Membuat bayi berendam terlalu lama juga bisa membuat kulit semakin kering.

  3. Menepuk-nepuk pelan kulit bayi setelah mandi

    Mandikan bayi menggunakan sabun hipoalergenik dan bebas pewangi. Beberapa bayi mungkin alergi terhadap parfum atau pewangi yang biasanya terkandung dalam sabun. Setelah mandi menggunakan sabun, tepuk-tepuk perlahan kulit bayi hingga kering. Hindari menggosok atau mengeringkan tubuh bayi menggunakan handuk terlalu keras karena dapat mengiritasi kulitnya.

  4. Menggunakan pelembap setelah mandi

    Setelah mandi, aplikasikan juga pelembab hipoalergenik pada tubuh bayi untuk mencegah agar kulitnya tidak kering. Pelembab juga memberikan perlindungan terhadap kulit dari iritan.

  5. Menggunting kuku anak dan memakaikannya sarung tangan

    Salah satu reaksi paling umum akibat alergi pada bayi adalah kulit memerah dan terasa gatal. Bayi yang belum bisa menahan biasanya akan terus menggaruknya. Jika tidak dicegah, kulit bayi bisa terluka bahkan berdarah. Ia juga akan merasakan perih luar biasa, dan berisiko terjadi infeksi. Untuk menghindari agar kulit bayi tidak luka, Ibu perlu rutin menggunting kukunya serta memakaikan sarung tangan pada tangan bayi.

Cara Mencegah Alergi pada Bayi

Kebanyakan alergi akan menetap seumur hidup. Yang paling mungkin bisa dilakukan adalah mencegah tubuh terpapar alergen. Meski banyak juga gejala alergi pada bayi yang membaik seiring bertambahnya usia. Namun, Ibu atau Ayah tidak dapat memastikan juga alerginya akan sembuh atau tidak sampai si kecil benar-benar terpapar alergen. Sebenarnya sulit juga bagi kita untuk mencegah sebagian besar alergi pada bayi, namun Ibu dan Ayah dapat mengambil langkah-langkah berikut untuk mengurangi risiko:

  1. Mencegah alergi pada makanan dan obat-obatan

    Kunci untuk mencegah alergi makanan adalah dengan memperkenalkan makanan baru secara perlahan dan mandiri pada si kecil. Misalnya, di minggu pertama, Ibu bisa memperkenalkan telur pada bayi. Jangan mencoba makanan baru lainnya sampai Ibu melihat bagaimana reaksi telur tadi kepada si kecil. Jika tidak tampak ada tanda-tanda reaksi alergi, Ibu bisa mencoba memperkenalkan makanan baru lainnya.

  2. Mencegah alergi lingkungan

    Jika bayi memiliki riwayat alergi lingkungan, misalnya debu, menjaga kebersihan karpet, sofa, dan kasur bayi dari debu dan tungau dapat membantu mencegah munculnya alergi. Misalnya dengan rajin menyedot debu, membersihkan permukaannya secara teratur, atau mencuci karpet dan sprei dengan air panas.

    Sedangkan untuk alergi bulu binatang, terdapat beberapa bukti yang menyatakan bahwa mengenalkan anak pada hewan sedini mungkin dapat membantu mengurangi risiko alergi terhadap bulu hewan peliharaan.

  3. Mencegah alergi musiman

    Jika si kecil memiliki alergi terhadap musim-musim tertentu, misalnya musim dingin, cara terbaik yang bisa Ibu dan Ayah lakukan adalah memerhatikan laporan cuaca. Bila hari itu suhu sedang dingin-dinginnya atau kira-kira akan terjadi hujan, hindari mengajak bayi keluar dan tetaplah di rumah serta menjaga kehangatan tubuh bayi. Ibu juga perlu memerhatikan penggunaan AC karena biasanya suhu dingin AC juga bisa memicu alergi.

Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih