Bahayakah Jika Kena Herpes Saat Hamil?
Herpes oral, yang biasa muncul menyerupai benjolan bisul pada area dekat mulut atau pada bagian dalam mulut, hampir selalu disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 1 (HSV-1). Virus ini menyebar melalui kontak langsung dengan luka, sering kali melalui ciuman. Virus herpes simplex tipe 2 (HSV-2) umumnya disebabkan oleh herpes genital dan tampak seperti benjolan bisul atau timbulnya rasa sakit pada area genital.
Jika Anda belum pernah terjangkit herpes genital, Anda bisa tertular bila melakukan hubungan seks dengan pasangan yang telah terjangkit. Anda juga bisa terkena herpes genital jika pasangan terjangkit herpes oral dan melakukan oral seks dengan Anda. Kasus herpes genital disebabkan oleh virus tipe 1 yang ditularkan melalui oral seks.
Gejala infeksi herpes genital yang muncul bisa bervariasi dari satu orang ke orang lain. Gejala akan sangat terlihat pada infeksi yang terjadi pertama kali. Antara 2 hingga 14 hari setelah terpapar virus, Anda akan mendapati benjolan berwarna kemerahan pada vagina atau vulva, yang berubah menjadi benjolan berisi cairan, kemudian pecah dan menjadi luka yang menimbulkan rasa sakit. Luka perlahan mengering dan jika ini adalah infeksi pertama yang bunda alami, bisa-bisa ini berlangsung selama 3 minggu. Anda akan merasakan gatal, terbakar, serta sakit pada area genital, mengeluarkan kotoran vagina yang tidak normal, dan tidak nyaman saat buang air kecil.
Infeksi ini juga bisa menyebabkan Anda mengalami demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Beberapa wanita hamil ada yang jatuh sakit saat terinfeksi herpes pertama kalinya dan perlu diinfus antivirus yang disebut acyclovir. Sering kali orang yang terkena herpes genital tidak menyadarinya, ini karena mereka tidak menunjukkan gejala apapun. Mereka hanya menunjukkan gejala ringan atau bahkan mereka tidak mengetahui sama sekali tentang penyakit ini.
Herpes Genital Saat Hamil
Bila Anda terjangkit herpes di saat hamil, kemungkinan besar penyakit ini akan tertular pada si bayi saat persalinan. Bayi yang baru lahir memang jarang terkena herpes, tapi bila ini terjadi akan sangat berbahaya. Jadi sangat penting untuk Bunda mempelajari bagaimana mengurangi resiko pada bayi supaya tidak terinfeksi penyakit ini. Resiko penularan menjadi semakin tinggi bila Anda terkena herpes untuk pertama kali di akhir masa kehamilan.
Anda juga bisa menularkan virus ini ketika infeksi kambuh kembali, tapi ini jarang terjadi. Jika Anda pernah terkena herpes, virus tetap berada di dalam tubuh dan bisa aktif kembali. Pada kasus yang juga jarang muncul, wanita hamil bisa menularkan infeksi pada bayi melalui plasenta jika ia terkena herpes untuk pertama kali di trimester pertama. Jika bayi terinfeksi dengan cara ini, virus bisa menyebabkan keguguran atau cacat lahir yang serius.
Jika Anda terinfeksi herpes di area genital sebelum trimester ketiga atau sebelum Anda hamil, dan Anda tidak menunjukkan gejala terjangkit herpes ketika ketuban pecah atau persalinan dimulai, Anda bisa menjalani persalinan melalui proses yang normal. Pada situasi ini, resiko bayi terkena herpes kurang dari 1 persen. Hal ini karena Anda telah mengembangkan antibodi terhadap herpes setelah Anda pertama kali terinfeksi, dan antibodi ini disalurkanke bayi melalui plasenta. Pada 6 hingga 12 minggu, bayi Anda akan mendapatkan kekebalan sebagai hasil dari antibodi ini dan memberinya perlindungan saat Anda kembali terjangkit.
Tapi sebaliknya, jika Bunda terjangkit atau mengalami gejala herpes ketika ketuban pecah atau ketika menjalani persalinan, Anda lebih disarankan melahirkan melalui operasi sesar. Apalagi bila Anda memiliki luka akibat herpes pada serviks, vagina, atau area genital eksternal lainnya, atau Anda menunjukkan gejala seperti rasa terbakar dan nyeri yang kadang menjadi tanda terjangkitnya penyakit ini. Satu-satunya pengecualian adalah jika Anda memiliki luka herpes atau gejalanya dan ketuban pecah ketika bayi masih sangat prematur. Pada kasus ini, dokter bisa mencoba menunda kelahiran dan memberi bayi Anda lebih banyak waktu untuk berkembang. Anda akan diobati dengan antivirus selama waktu ini.
Untuk meningkatkan kemungkinan melahirkan vaginal, para ahli menyarankan wanita hamil dengan herpes kambuhan pada area vaginal untuk diberikan antivirus oral mulai dari kehamilan minggu 36 hingga waktu melahirkan. Penelitian menunjukkan pengobatan ini bisa mengurangi resiko terjangkit herpes kembali pada saat persalinan.
Jika Anda pertama kali terkena herpes genital di akhir kehamilan dan tes darah menunjukkan Anda belum pernah mengalaminya, beberapa ahli menyarankan Anda untuk menjalani operasi sesar meskipun Anda tidak menunjukkan gejala herpes ketika menjalani persalinan. Dengan infeksi yang baru pertama kali, tubuh Anda tidak memiliki waktu untuk mengembangkan antibodi dan memberi perlindungan pada janin, virus cenderung berada dalam konsentrasi yang tinggi, dan kemungkinan virus tersebut masih aktif selama persalinan. Jika demikian, resiko penularan ke bayi menjadi sangat tinggi, yakni mencapai 50 persen.
Sekitar 5 persen kasus herpes pada bayi baru lahir terjadi setelah kelahiran, dan ini sama bahayanya dengan herpes yang didapat selama persalinan. Tapi Anda bisa mencegah hal ini jika melakukan beberapa pencegahan. Pastikan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh bayi Anda dan jangan biarkan siapapun yang terkena flu mencium atau menggendong bayi Anda. Segala jenis herpes bisa berbahaya bagi bayi baru lahir, jadi tutupi bagian tubuh yang terkena herpes untuk mencegah kontak dengan kulit bayi. Berhati-hatilah Bunda, karena virus herpes bisa tersebar dari tangan ke mulut.
Amankah Menyusui Saat Mengidap Herpes?
Menyusui tetap aman dilakukan ketika Anda terkena herpes selama tidak ada luka pada payudara, menutup bagian yang luka akibat herpes, dan mencuci tangan dengan hati-hati. Jika ada luka herpes pada satu payudara, Anda bisa menyusui dengan payudara yang lain. Pastikan untuk membersihkan area tersebut dengan baik dan menutup luka dengan kain yang bersih. Jika Anda mengalami luka pada bagian mulut, jangan mencium bayi hingga luka hilang sepenuhnya. Para ahli menyarankan penggunaan masker untuk menutupi mulut Anda saat menggendong bayi hingga seluruh luka mengeras dan mengering.
Penyakit Herpes Pada Bayi
Herpes bisa terjadi pada kulit, mata, atau mulut bayi yang baru lahir tapi tidak pada organ tubuh yang lain. Luka herpes biasanya menyerupai benjolan bisul dan bisa muncul dimana saja pada tubuh bayi. Jika tidak segera diobati, bayi yang mulai terkena herpes pada kulit, mata, dan mulut bisa terjangkit jenis herpes yang lebih serius. Pada sebagian bayi yang terkena herpes, sistem saraf utama bisa terganggu. Ini bisa terjadi pada usia 2 hingga 3 minggu dengan gejala berupa demam, tidak mau menyusu, atau seizure.
Ada juga bayi yang terkena disseminated herpes, yang melibatkan organ paru dan hati. Kondisi ini biasanya muncul pada minggu pertama setelah lahir. Bayi dengan herpes jenis ini tidak memiliki luka pada kulit. Disseminated herpes merupakan jenis herpes yang sangat serius. Meski dengan penanganan medis, bayi biasanya tidak bisa bertahan hidup dan yang bertahan akan mengalami masalah kesehatan jangka panjang serta masalah perkembangan.
(Ismawati)