Bisa Diturunkan Orang Tua, Kenali Penyakit Autoimun Pada Anak
Pernahkah Ibu berpikir bahwa penyakit yang diderita si kecil bisa saja diturunkan dari orang tuanya, atau genetik? Seperti halnya penyakit autoimun pada anak.
Yup! Penyakit autoimun dikenal sebagai penyakit seribu wajah, yang menyerang sistem kekebalan tubuh seseorang. Penyakit seribu wajah ini bisa menyerang organ-organ penting pada tubuh manusia, seperti ginjal, paru-paru, bahkan jantung.
Sayangnya, penyakit autoimun ini juga jadi salah satu penyakit yang dapat diturunkan oleh orang tua ke anak. Namun, tidak semua penyakit autoimun bisa memengaruhi anak-anak ya Bu, sebab hanya ada beberapa jenis saja yang bisa diturunkan.
Sisanya mungkin saja diakibatkan oleh faktor hormonal ataupun lingkungan. Yuk, kenali lebih jauh mengenai apa itu penyakit autoimun pada anak dalam ulasan berikut ini.
Apa penyebab penyakit autoimun?
Secara keseluruhan ada lebih dari 80 jenis penyakit autoimun yang ada di dunia, namun hanya ada beberapa saja yang bisa diturunkan pada si kecil. Tapi, jika ditanya apa penyebab penyakit autoimun pada anak, jawabannya tidak diketahui secara pasti hingga sekarang.
Melansir Medline Plus penyakit autoimun sebenarnya merupakan sebuah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Ini terjadi karena tubuh menganggap sel tubuh yang sehat sebagai zat asing atau musuh yang menyerang sel-sel sehat.
Meski penyebabnya tidak diketahui secara pasti, namun para ahli mencurigai beberapa hal berikut ini bisa jadi penyebab penyakit autoimun pada anak:
- Genetik atau riwayat keturunan keluarga
- Gaya hidup yang tidak sehat
- Punya berat badan berlebih
- Tubuh terlalu sering terkena paparan zat kimia berbahaya yang bisa menyebabkan radiasi
- Orang yang menderita infeksi virus Epstein Barr.
Penyakit autoimun pada anak maupun orang dewasa bisa menyebabkan beberapa keluhan seperti:
- Jaringan tubuh yang hancur perlahan
- Pertumbuhan organ yang tidak normal
- Perubahan fungsi organ.
Penyakit autoimun juga dapat memengaruhi satu atau lebih jenis organ atau jaringan. Area yang sering terkena gangguan autoimun meliputi:
- Pembuluh darah
- Jaringan ikat
- Kelenjar endokrin seperti tiroid atau pankreas
- Sendi
- Otot
- Sel darah merah
- Kulit.
Jenis-jenis penyakit autoimun pada anak
Melansir Childrens Hospital secara umum, penyakit autoimun sering jatuh ke dalam salah satu dari dua kelompok dasar yakni gangguan organ secara spesifik dan gangguan jaringan tubuh tertentu. Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit autoimun yang sering menyerang anak:
- Penyakit Addison: biasanya bisa memengaruhi kelenjar adrenal
- Hepatitis akibat autoimun: bisa memengaruhi organ hati
- Penyakit Crohn: bisa memengaruhi saluran pencernaan
- Multiple sclerosis (MS): bisa memengaruhi sistem saraf pusat
- Diabetes tipe 1: dapat memengaruhi kelenjar pankreas
- Kolitis ulserativa: dapat memengaruhi saluran pencernaan
- Gangguan non-organ-spesifik (atau gangguan sistemik): bisa menyebabkan masalah di seluruh tubuh seperti sendi, tulang, kulit, organ paru dan lain sebagainya.
Selain faktor genetik, penyakit autoimun pada anak juga lebih sering menyerang mereka dengan kategori berikut:
- Jenis kelamin: anak perempuan hampir tiga kali lebih mungkin terkena penyakit autoimun dibandingkan anak laki-laki. Contohnya penyakit autoimun lupus (SLE), lebih dari 85% pasiennya kebanyakan anak perempuan
- Umur: sebagian besar penyakit autoimun menyerang orang yang lebih muda dan paruh baya
- Genetik: tak perlu dipungkiri, penyakit autoimun juga bisa diturunkan oleh
- Ras: anak-anak dengan ras Afrika-Amerika, kemungkinan lebih mungkin mengembangkan penyakit lupus (SLE) dan skleroderma daripada orang Kaukasia
- Penyakit lain: anak-anak dengan satu penyakit autoimun cenderung berisiko lebih tinggi terkena penyakit lain. Misalnya, anak-anak dengan diabetes tipe 1, lebih rentan terkena penyakit celiac atau penyakit Addison.
Cara cek autoimun pada anak
Meskipun ada banyak cara cek autoimun pada anak, namun sejatinya tidak ada satu test pun yang bisa mendiagnosa 100% penyakit autoimun pada anak. Namun, dikutip dari Very Well Health karena penyakit autoimun tergolong penyakit seribu wajah, maka untuk menegakkan diagnosa dokter tetap memerlukan beberapa pengecekan seperti:
1. Test Protein C-reaktif (CRP)
Protein C-reaktif atau CRP merupakan protein hasil produksi hati yang dilepaskan aliran darah saat terjadi peradangan. Test ini bisa mendiagnosa adanya perubahan pada tubuh dan dicurigai adanya infeksi atau peradangan, yang bisa dicurigai jadi penyebab penyakit autoimun.
2. Test Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR)
Tes ESR mengukur seberapa cepat eritrosit (sel darah merah, sel darah putih) terkumpul di bagian bawah tabung reaksi yang berisi sampel darah. Biasanya, sel darah merah menetap relatif lambat.
Tingkat yang lebih cepat dari normal dapat mengindikasikan adanya peradangan dalam tubuh. Hal ini nantinya bisa mengindikasi adanya kemungkinan penyakit autoimun, infeksi, kanker, penyakit ginjal kronis, atau kondisi peradangan lainnya.
3. Antinuclear Antibodies (ANA)
Untuk mengetahui kemungkinan antibodi anak tidak menyerang sel-sel sehat, maka perlu dideteksi menggunakan test Antinuclear Antibodies (ANA). Test ini biasanya menggunakan sampel darah untuk mendeteksi gejala autoimun.
Beberapa penyakit autoimun pada anak yang dapat didiagnosis dengan tes ini antara lain lupus, skleroderma, rematik, dan sindrom Sjögren.
4. Test ferritrin
Melansir Mayo Clinic test ferritrin juga menjadi cara cek autoimun yang bisa dilakukan. Ferritrin sendiri sebenarnya merupakan jenis protein yang berfungsi menyimpan zat besi dalam sel sebelum tubuh siap menggunakannya.
Biasanya, kadar ferritin yang rendah bisa menandakan bahwa tubuh kekurangan zat besi. Sebaliknya, kalau hasil tes ferritin yang lebih tinggi justru dapat mengindikasi tanda adanya inflamasi, atau sel kanker yang jadi penyebab penyakit autoimun pada anak.
5. Ragam test autoimun lainnya
- Test imunoglobulin (mendeteksi IgM, IgG, IgA
- Antigen nuklir
- Lupus antikoagulan
- DNA untai ganda
- Tes partikel pengenalan anti-sinyal
- Krioglobulin
Penyakit autoimun pada anak memang bukanlah penyakit yang bisa dideteksi dengan mudah, hanya dengan satu jenis test saja. Pemeriksaan menyeluruh diperlukan guna mendapatkan diagnosa yang tepat mengenai jenis autoimun yang dialami si kecil.