Ibupedia

Cari Tahu Di Sini! Bayi Jalan Jinjit dan Cara Menanganinya

Cari Tahu Di Sini! Bayi Jalan Jinjit dan Cara Menanganinya
Cari Tahu Di Sini! Bayi Jalan Jinjit dan Cara Menanganinya

Pernahkah Ibu mengamati kebiasaan bayi jalan jinjit? Bayi jalan jinjit merupakan hal yang normal sekaligus hal yang menghawatirkan. Terlihat lucu memang, saat bayi jalan jinjit baik dengan cara dituntun ataupun berjalan sendiri. Meski demikian, bayi jalan jinjit yang melebihi batas usia normal perlu diwaspadai.

Bayi Jalan Jinjit


Bayi jalan jinjit disebut dengan istilah toe walking. Keadaan ini merupakan kondisi anak berjalan menggunakan bagian ujung depan kaki dan mengangkat bagian tumitnya. Pada bayi yang baru mulai belajar berjalan, jalan jinjit adalah hal yang umum dilakukan. Bayi 11 bulan jalan jinjit, misalnya. DI usia tersebut, bayi sedang mengekplorasi. Tetapi jika lebih dari 2 tahun anak jalan jinjit, Ibu dan Ayah perlu mencurigai hal ini. Sebenarnya anak yang berusia lebih dari 2 tahun dan masih berjalan jinjit sesekali hanyalah sebuah kebiasaan yang dilakukan anak. Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, bayi jalan jinjit lebih dari 2 tahun merupakan sinyal adanya gangguan kesehatan yang cukup serius.

Penyebab Bayi Jalan Jinjit

 

Toe Walking adalah kelainan yang bersifat idiopatik, yang artinya penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, karena kebanyakan pemeriksaan fisik dan tes-tes yang dilakukan menunjukkan hasil yang normal. Dilansir dari Ortho Info dari American Academy of Orthopaedic Surgeons, terjadinya toe walking atau bayi jalan jinjit ini secara anatomi dikarenakan kombinasi otot dan tendon di bagian kaki terlalu pendek sejak lahir.

Kaki manusia di bagian betis atas memiliki otot besar yang disebut Gastrocnemius muscle di bawah kulit dan otot yang lebih kecil di bawahnya yang disebut Soleus muscle. Keduanya terhubung dengan urat Achilles yang masuk di tulang tumit. Jika dilakukan kontraksi pada otot besar dan kecil, urat Achilles menarik tumit dan terangkat.

Anak yang berjalan jinjit karena kebiasaan akan berjalan dengan normal jika diingatkan untuk menapak. Dalam kondisi ini kombinasi otot dan uratnya cukup panjang. Sedangkan yang memiliki kelainan sejak lahir ukurannya pendek.

Meski dalam kasus yang jarang, bayi jalan jinjit bukan karena kebiasaan memiliki pertanda adanya penyakit serius seperti cerebral palsy, cedera sumsum tulang belakang atau gangguan lemah otot. Tetapi, jalan jinjit lebih condong ke arah masalah sensori.

Gejala Bayi Jalan Jinjit


Bayi jalan jinjit di usia kurang dari 5 tahun akan bisa berjalan menapak saat diingatkan. Sayangnya, jika di atas 5 tahun masih saja mengalami jalan jinjit, diperlukan adanya pemeriksaan dan terapi lebih lanjut agar dapat berjalan normal kembali. Beberapa gejala jika jinjit menjadi kebiasaan:

1. Bayi jalan jinjit tanpa disadari dan perlu selalu diingatkan.

2. Tidak nyaman memakai sepatu.

3. Tidak nyaman melakukan kegiatan fisik yang banyak membutuhkan gerak, seperti permainan olahraga atau berlari.

4. Sering hilang keseimbangan tubuh.

5. Kesulitan berjalan tegap dan sering tersandung.

6. Otot kakinya kaku.

7. Keterampilan motoriknya kurang baik dan tidak menunjukkan perkembangan.

Cara Mengatasi Anak Jalan Jinjit


Jika gejala-gejala tersebut sering Ibu temui, menemui dokter adalah saran paling utama. Sebelum benar-benar memutuskan ini adalah toe walking Dokter akan meneliti kondisi fisik anak dengan memperhatikan caranya berjalan dan melakukan beberapa pemeriksaan.

Pada beberapa kasus serius bayi jalan jinjit pada autisme, penggunaan sepatu AFO (ankle-foot orthosis) akan disarankan. Ini bertujuan untuk meregangkan otot dan urat yang berperan di dalam berjalan, agar tumit bisa menyentuh tanah. Ini juga merupakan bagian dari terapi bayi jalan jinjit.

Pada kasus yang berdasarkan kebiasaann saja, seperti panjang otot dan urat mencukupi tapi anak telah terbiasa jalan jinjit, Dokter biasanya akan menyarakan terapi berjalan. Ibu dan Ayah juga bisa mendampingi latihan sederhaa di rumah, seperti:

  1. Latihan berjalan datar di tanah;
  2. Latihan duduk-berdiri dari kursi dengan posisi telapak kaki harus tetap datar. Ibu atau Ayah bisa membantu dengan memegangi bagian kaki, agar anak tidak reflek menjinjit lagi;
  3. Latihan-latihan peregangan otot kaki, seperti menekuk dan meregangkan kaki anak saat ia berbaring di tempat tidur;
  4. Latihan sensori pada telapak kaki, seperti berjalan di beberapa tekstur berbeda. Rumput, karpet bulu, batu refleksi, kelereng, atau matras kulit jeruk,
  5. Latihan jalan penguin, dengan tumit menapak tapi ujung kaki terangkat. Ini berfungsi untuk melatih kekuatan.
  6. Duduk di skateboard atau papan apapun yang bisa digeser dan setinggi skateboard. Minta anak meletakkan tumit di lantai dan ujung kaki terangkat. Kemudian minta ia mendorong skateboard dengan tekanan pada tumit tersebut.
  7. Latihan mengangkat beban dengan kaki. Gunakan karung berisi beras atau kacang dan letakkan di atas kaki anak. Minta ia memindahkan karung kecil itu ke tempat yang berbeda. Jika keadaan anak membaik, ia akan berhasil memindahkan karung kecil itu.

Dari ke semua cara terapi di rumah yang bisa dilakukan itu, sebaiknya orang tia menyiapkan stok sabar yang luas. Menahan diri untuk tidak marah sangat baik dilakukan untuk menjaga mental anak tidak merosot dan menolak dilakukannya terapi lanjutan.

Editor: Dwi Ratih

Follow Ibupedia Instagram