Ibupedia

Hati-Hati, Diare pada Anak bisa Memicu Dehidrasi

Hati-Hati, Diare pada Anak bisa Memicu Dehidrasi
Hati-Hati, Diare pada Anak bisa Memicu Dehidrasi

Ternyata, diare pada anak adalah salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Diare, paling banyak dialami oleh balita, yaitu sekitar 17%. Pada hasil penelitian lainnya, diare seringkali terjadi pada anak-anak yang tinggal di rumah tanpa memiliki akses air bersih. 

Diare, adalah kondisi ketika seseorang buang air besar lebih sering, dengan feses yang encer atau berair. Diare, biasanya hanya berlangsung selama beberapa hari saja, tapi jika terjadi lebih selama berminggu-minggu, maka mungkin diare tersebut menyertai penyakit lainnya. 

Pada bayi, tinja yang normal adalah tidak keras. Di sekitar satu minggu usia bayi, bisa saja bayi buang air besar lebih dari lima kali setiap harinya, bahkan, ada, loh, bayi yang buang air besar setiap habis menyusu. Nah, karena hal ini, maka sebaiknya Ibu turut mengenali dan waspada terhadap gejala diare pada bayi.

Jika kotoran bayi-bayi tiba-tiba keluar dalam jumlah banyak, tinja berair lebih dari tiga kali atau bayi buang air lebih dari satu kali di setiap habis menyusu, maka bisa saja itu adalah tanda diare pada anak. Ciri diare lainnya yaitu sakit perut, pusing dan kram.

Tingkatan diare dibagi tiga, yaitu:

  • Ringan: buang air besar tiga hingga 5x sehari;
  • Sedang: buang air besar enam hingga 9x sehari; dan
  • Parah: buang air besar lebih dari 10x sehari.

Penyebab Diare pada Anak dan Bayi

  1. Infeksi virus
    Seperti rotavirus, adalah penyebab diare pada anak di bawah usia dua tahun yang paling umum. Lainnya, misalnya norovirus. Virus dan bakteri biasanya masuk ke tubuh lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi. Norovirus juga menyebar dari orang ke orang, atau melalui permukaan yang tersentuh. Terinfeksi norovirus bisa berakibat serius jika mengenai bayi dan anak-anak.
  2. Infeksi bakteri
    Misalnya salmonella dan Escherichia coli. Salmonella biasanya ada pada daging dan telur mentah, atau buah dan sayuran yang belum dicuci. Selain itu, Anda juga bisa terkontaminasi salmonella ketika menyentuh hewan, terutama jenis reptil. Salmonella juga, yang menjadi penyebab dari demam tifoid (tipes). E. coli juga bisa masuk ke tubuh melalui makanan dan minuman, bisa pula, dari air kolam renang kotor yang nggak sengaja tertelan.
  3. Infeksi parasit
    Parasit giardia, paling berisiko menular pada anak-anak yang berada di tempat sejenis daycare. Contoh, parasit ini bisa menular melalui mainan, makanan dan lingkungan yang kotor.
  4. Perubahan pola makan
    Menyusu pada bayi, atau dari pola makan Ibu.
  5. Sebagai dampak antibiotik
    Baik itu yang dikonsumsi oleh bayi atau pun Ibu.
  6. Laktosa intoleran
    Adalah salah satu penyebab diare berulang pada anak atau recurrent diarrhea. Laktosa, adalah jenis gula yang ada pada susu dan olahannya. Beberapa orang yang mengonsumsi susu mengalami diare, dikarenakan tubuhnya kesulitan mencerna laktosa tersebut. Risiko laktosa intoleran juga bisa meningkat seiring usia yang menua, karena enzim yang bertugas mencerna laktosa berkurang. Selain diare, gejala lain laktosa intoleran adalah perut kembung dan bergas. Laktosa intoleran biasanya menurun.
  7. Alergi susu sapi
    Biasanya dimulai pada usia anak sekitar dua bulan. Terkadang, kotoran disertai darah.
  8. Obat-obatan
    Penggunaan obat-obatan misalnya antibiotik. Antibiotik bekerja dengan membunuh bakteri, sayangnya, bakteri baik pun ikut mati, dan salah satu dampaknya adalah mengganggu keseimbangan bakteri di usus. Contoh obat-obatan lain yang bisa menyebabkan diare adalah obat untuk perawatan kanker.
  9. Alergi makanan
    Juga bisa disertai dengan muntah, sakit perut, mual.
  10. Keracunan makanan
    Gejalanya biasanya terjadi dengan cepat, disertai dengan muntah. Tapi gejala ini juga cenderung cepat berhenti. Perawatan keracunan makanan yang terkait dengan diare, yaitu menjaga cairan tubuh anak.
  11. Terlalu banyak minum jus
    Fruktosa, adalah jenis gula yang secara alami ditemukan pada buah-buahan dan madu. Fruktosa juga sering ditambahkan pada minuman. Sama seperti laktosa intoleran, diare akibat fruktosa juga diakibatkan karena tubuh kesulitan mencernanya.

Penyebab diare lainnya yaitu:

  • Konsumsi pemanis
    Seperti xylitol, sorbitol dan mannitol.
  • Celiac disease
    Adalah penyakit autoimun yang mengganggu sistem pencernaan. Penyakit celiac ini dipicu oleh gluten yang dikonsumsi oleh penderitanya. Gluten adalah sejenis protein yang ada pada beberapa jenis makanan, misalnya roti, pasta, dll.
  • Irritable bowel syndrome atau IBS
    Adalah beberapa (gejala) yang terjadi akibat saluran pencernaan yang teriritasi. Selain diare, gejala IBS lainnya adalah perut kembung, kram berulang dan sembelit. Untuk mengatasi IBS ini, perbanyak konsumsi serat, disarankan untuk menghindari makanan yang mengandung gluten, dst.
  • Bakteri berlebih pada usus
    Beberapa jenis bakteri pada usus bisa memproduksi gas ekstra dan juga menyebabkan perut kembung, sembelit, nyeri dan berat tubuh menurun.
  • Penyakit pada usus
    Misalnya Chron’s disease dan ulcerative colitis. 

Ruam Popok Akibat Diare pada Bayi


Selagi anak mengalami diare, maka mungkin akan mengalami ruam popok. Untuk pencegahannya, ikuti langkah berikut.

  • Langsung dan rutin mengganti popok;
  • Selama masih diare, hentikan membersihkan badan anak hanya dengan tisu atau kapas basah, tetapi harus disiram; dan
  • Biarkan bokong bayi terpapar udara (diangin-anginkan) sebelum menggunakan krim ruam.

Tanda Dehidrasi pada Anak

Dehidrasi adalah komplikasi serius dari diare atau muntah (dengan tingkatan parah), dan jika mengenai bayi dan anak-anak, terutama di bawah usia tiga tahun, dehidrasi bisa berakibat fatal. Beberapa tanda anak dehidrasi, yaitu:

  • Terus merasa haus;
  • Popoknya tetap kering setelah tiga hingga empat jam;
  • Anak tidak buang air kecil lebih dari delapan jam. Biasanya ini terjadi pada masa awal dehidrasi;
  • Urin anak berwarna kuning pekat;
  • Mulut dan lidah terasa kering;
  • Menangis tapi tidak keluar air mata;
  • Mata, pipi, perut dan bagian atas kepala terlihat cekung;
  • Demam di atas tigapuluh sembilan derajat;
  • Mengantuk dan rewel;
  • Kurang merespons dan tidak bertenaga; dan
  • Dalam kasus berat, dehidrasi bisa menyebabkan kejang, kerusakan otak bahkan kematian.

Agar Ibu lebih yakin, Ibu bisa mencoba hal berikut untuk mengecek apakah anak sekiranya mengalami dehidrasi. Tekan ibu jari anak hingga warnanya memucat, kemudian lepaskan tekanan. Hitung berapa detik jari anak kembali memerah. Jika lebih lambat dari dua detik, kemungkinan anak mengalami dehidrasi.

Kapan Harus Bawa Anak ke Dokter Saat Diare?

Anak terlihat sakit, umur anak di bawah enam bulan, muntah berwarna hijau kemerahan atau cairan kuning, muntah lebih dari dua kali, tidak bisa menahan cairan, demam yang tidak hilang, terdapat darah pada kotorannya, buang air lebih dari empat kali dalam waktu empat jam, timbul ruam. Jika Ibu melihat warning signs di atas, maka anak harus segera mendapatkan perawatan dari dokter.

Waspada Traveler’s Diarrhea pada Anak

Singkat kata, traveler’s diarrhea ini didapat ketika anak sedang traveling. Anak-anak, pastinya tertarik dengan aneka jajanan yang dilihatnya. Ditambah lagi, mencicipi makanan yang belum pernah sebelumnya, menambah rasa penasaran anak. Untuk mencegah anak mengalami diare saat sedang jalan-jalan, pastinya adalah dengan menjaga kebersihan, terutama pada makanan dan minuman. 

Disarankan, untuk membeli minuman dalam kemasan. Tempat membelinya pun perlu diperhatikan. Contoh, banyak orang menjual minuman dingin tapi tidak menggunakan es dari air yang bersih, baik itu untuk dicampur ke dalam minuman, maupun untuk mendinginkan kemasan minuman. Beli makanan dari tempat yang terjaga kebersihannya, karena penyebab diare juga bisa menular melalui pembuat makanan & perlengkapan masaknya. Makanan yang terbuka atau sudah selesai dimasak dalam waktu yang lama juga berpotensi membawa penyakit bagi anak. 

Nah, ada baiknya sedikit pilih-pilih, daripada anak jatuh sakit, kan? Apalagi sedang dalam suasana liburan.

Mengatasi Diare pada Anak

Umumnya, obat untuk penanganan diare pada bayi dan anak harus sesuai dengan anjuran dokter. Untuk mengatasi diare yang disebabkan oleh bakteri, maka akan diberikan antibiotik. Bisa juga, dokter akan menganjurkan pemberian cairan rehidrasi oral (CRO, cairan yang mengandung elektrolit untuk menggantikan air dan elektrolit yang hilang akibat diare), karena jika hanya memberikan air, maka kandungannya nggak cukup untuk membantu kondisi anak. Mungkin pula, dokter akan menyarankan probiotik, untuk menyehatkan kembali usus anak.

Untuk bayi, tetap harus disusui. ASI bisa membantu anak membaik lebih cepat. Untuk anak dengan susu formula, juga harus memperbanyak minum susu, atau ikuti anjuran dokter. Jika bayi sudah mendapatkan makanan padat, berikan jenis makanan yang mudah dicerna misalnya sereal, pisang atau crackers khusus bayi. Hindari memberi bayi jus, makanan yang tinggi serat, makanan yang digoreng, susu dan keju, serta makanan manis lainnya.

Selain mengubah sementara makanan anak, bagi Ibu yang memberi ASI pun, juga harus mengubah pola makan, yaitu menghindari makanan dan minuman yang bisa memicu diare anak bertambah parah. 

Diare yang disebabkan oleh bakteri dan virus, bisa menular. Untuk mencegah penyebarannya, Ibu wajib mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah mengganti popok anak. Selalu bersihkan area penggantian popok dan rutin mengganti popok anak.

Cara Mencegah Diare pada Anak

Berikut cara mencegah diare pada anak yang dijabarkan oleh situs who.int

  • Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan.
  • Untuk Ibu dan Ayah, bisa menghentikan penularan dan penyebaran diare dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan;
  • Cegah penularan diare pada yang lain dengan mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet dan setelah Ibu mengganti popok anak;
  • Menyediakan air minum yang bersih dan menjaga kebersihan makanan;
  • Menjaga kebersihan lingkungan sekitar anak;
  • Menjaga kebersihan diri;
  • Memberikan ASI kepada bayi, setidaknya di usia enam bulan pertama;
  • Mengedukasi anak mengenai kebersihan; dan
  • Melakukan vaksinasi rotavirus.

Rotavirus adalah virus penyebab diare. Selain diare parah, terinfeksi rotavirus ini juga bisa menyebabkan sakit perut, muntah dan demam. Rotavirus sangat menular, yaitu melalui kontak fisik terhadap orang yang terinfeksi. Selain itu, virus ini juga bertahan lama pada permukaan, di antaranya adalah pada tangan seseorang. Maka dari itu, sebaiknya anak diberikan vaksinasi rotavirus, untuk menghindari anak mengalami diare dengan tingkat parah, dan tentu saja, untuk membantu mengurangi risiko anak mengalami dehidrasi.

Jika vaksin rotavirus diberikan pada waktu yang tepat, maka manfaatnya akan lebih maksimal. Perlu juga Ibu ketahui, jika vaksin ini diberikan pada anak setelah usianya delapan bulan, maka vaksin ini menjadi tidak bermanfaat. Di Indonesia, ada dua jenis vaksin rotavirus, yaitu:

  1. Vaksin yang diberikan ketika anak berusia dua, empat dan enam bulan.
  2. Vaksin diberikan ketika berusia dua dan empat bulan.

Editor: Dwi Ratih

Follow Ibupedia Instagram