Ibupedia

Jangan Panik Saat Anak Perempuan Alami Pubertas Dini. Ini Penjelasannya!

Jangan Panik Saat Anak Perempuan Alami Pubertas Dini. Ini Penjelasannya!
Jangan Panik Saat Anak Perempuan Alami Pubertas Dini. Ini Penjelasannya!

Rata-rata anak perempuan mulai mengalami pubertas pada usia 9 hingga 14 tahun. Tapi beberapa ada yang mulai mengalami perkembangan payudara atau pertumbuhan rambut kemaluan pada usia 8 tahun, dan sejumlah kecil mulai matang sebelum usia 7 tahun. Istilah teknis untuk ini adalah precocious puberty. Anak perempuan 5 kali lebih mungkin mengalami precocious puberty dibanding anak laki-laki.

Pada kondisi normal saja saat Bunda melihat anak perempuan Anda mengalami pubertas, emosi Anda pasti naik-turun. Apalagi jika ia mengalami pubertas dini, pasti akan membuat Bunda sangat kaget. Tapi pada kebanyakan kasus pubertas dini ini, tak ada kondisi yang harus dikhawatirkan. Anak mungkin tidak bisa disebut normal, dan ia pasti mengalami keanehan dalam aspek sosial atau fisik, tapi tenang, teman-temannya seumurannya akan seperti dia juga kok Bun. Jika ini sangat menganggu, Bunda bisa memberikan si kecil obat penunda pubertas.

Tanda Anak Perempuan Mulai Mengalami Pubertas

Nah, sebelum khawatir lebih jauh, Bunda harus tahu terlebih dahulu tanda-tanda pubertas. Tanda awal yang biasanya terjadi adalah berkembangnya payudara yang terlihat seperti gundukan di bawah area puting. Satu payudara mungkin tumbuh lebih awal dari yang satunya, dan terasa lunak ketika disentuh.

Ini sering diikuti dengan pertumbuhan rambut kemaluan, bau badan (karena kelenjar keringat lebih aktif), dan jerawat (karena kelenjar minyak lebih aktif). Anak perempuan Anda juga mengalami peningkatan tinggi badan beberapa inci dan pinggul lebih lebar serta pinggang lebih ramping selama pubertas.

Anak juga akan sering moody dan dan mudah tersinggung. Ia juga akan mengeluarkan kotoran atau lendir berwarna kekuningan dari vagina dan mulai mengalami menstruasi sekitar 2 hingga 2,5 tahun kemudian sejak tanda pubertas awal terjadi. Bulu ketiak juga muncul mendekati akhir pubertas. Keseluruhan proses ini biasanya butuh sekitar 2,5 hingga 3 tahun, tapi akan terus berlanjut hingga 4 atau 5 tahun setelahnya.

Bila tanda-tanda ini mulai terjadi saat anak berusia 7 atau 8, mungkin akan terdengar terlalu dini untuk Anda, tapi ternyata ini masih di rentang yang normal lho Bun. Anak yang mulai puber pada usia 7 atau 8 tahun biasanya memiliki grafik pertumbuhan yang lebih tinggi. Bila mereka sehat, tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan pertumbuhan payudara atau rambut kemaluan.

Tapi anak Anda perlu diperiksakan ke dokter. Bahkan anak perlu diperiksa dokter kapanpun ia mulai mengalami pubertas, karena ini adalah waktu yang tepat bagi dokter untuk mengukur kesehatan fisik dan psikologis anak dan memastikan semua perubahan yang terjadi normal. Ini juga kesempatan bagi anak untuk bertanya pada orang yang profesional, bukan hanya pada ayah dan bunda, tentang tubuhnya.

Bila anak perempuan Anda belum berusia 7 tahun dan menunjukkan tanda pubertas, Anda perlu memeriksakannya ke dokter. Payudara dan rambut kemaluan yang tumbuh tidak sepenuhnya berarti pubertas sudah sepenuhnya dimulai, bisa beberapa tahun lagi sebelum semua hormon muncul, tapi dokter perlu memeriksa anak perempuan Anda untuk melihat apakah ia membutuhkan pengobatan.

Tidak ada efek fisik jangka panjang untuk pubertas dini kecuali anak Anda terlihat lebih tinggi dari teman-temannya, pertumbuhannya membuat ia sedikit lebih pendek dari rata-rata orang dewasa.

Penyebab Pubertas Dini

Kebanyakan kasus pubertas dini pada anak perempuan tidak memiliki penyebab medis. Pubertas pada anak perempuan dimulai ketika tubuh mulai memproduksi hormon yang mengarahkan pertumbuhan tulang dan payudara, menumbuhkan rambut kemaluan, dan menyebabkan sel telur matang dan terlepas dari ovarium. Pada kebanyakan kasus pubertas dini, kelenjar di bawah otak mulai memproduksi hormon lebih awal dari biasanya.

Para peneliti menemukan beberapa pemicu untuk hal ini termasuk obesitas dan paparan pada bahan kimia saat hamil. Namun tidak ada bukti untuk teori ini. Pada kasus yang sangat jarang, terjadi pertumbuhan tumor, biasanya pada kelenjar otak atau hypothalamus, bagian otak yang membantu mengontrol kelenjar otak. Meski jarang, tumor bisa memicu pubertas. Kemungkinan yang jarang lainnnya berupa penyakit genetik yang menyebabkan masalah hormonal, cedera otak, infeksi seperti meningitis, dan masalah dengan ovarium serta kelenjar tiroid.

Evaluasi Dan Penanganan Pubertas Dini

Pertama dokter akan melihat riwayat medis anak dan bertanya tentang kapan Anda dan anggota keluarga lain mulai mengalami pubertas. Lalu ia akan memeriksa payudara anak dan area genitalnya dengan hati-hati. Kadang yang diduga pertumbuhan payudara ternyata hanya kelebihan lemak pada tubuh.

Berdasarkan evaluasi awal ini, dokter akan menentukan apakah akan memeriksa anak lebih lanjut, melakukan tes darah dan urin untuk mengukur berbagai tingkat hormon, dan sinar X pada tangan atau pergelangan tangan untuk melihat perkembangan tulang yang terlalu cepat atau pemeriksaan otak untuk mencari luka.

Bila kondisi anak dianggap tidak normal atau perlu mendapat pengobatan, Anda akan mendapat referensi ke seorang spesialis. Jika diberikan pengobatan, ini akan bergantung pada hasil pemeriksaan. Seorang spesialis bisa membatu orangtua menentukan apa yang harus dilakukan berdasarkan situasi individu anak dan hasil tes (misalnya usia, tingkat kematangan, tinggi badan, dan perkiraan tinggi badannya di masa mendatang).

Pubertas kemungkinan bisa ditunda dengan hormon, tapi ini tidak mudah dan tidak umum dilakukan. Biasanya ini dilakukan dengan obat yang disuntikkan setiap hari atau setiap 3 hingga 4 minggu.

Anak bisa menunjukkan tanda pubertas lebih jauh selama 6 minggu pertama pengobatan, seperti perubahan mood, jerawat bahkan menstruasi, tapi biasanya ini akan berhenti. Efek sampingnya minimal dan pubertas mulai terjadi lagi segera setelah anak behenti menggunakan obat. Temui dokter secara teratur untuk memonitor pertumbuhan dan tingkat hormon anak.

Pengaruh Pubertas Dini Pada Anak

Ketika pubertas berhenti, penambahan tinggi badan juga berhenti. Karena tulang kerangka matang dan pertumbuhan tulang berhenti pada usia yang lebih dini dari normalnya, anak dengan pubertas dini biasanya tidak memiliki tinggi badan orang dewasa. Pertumbuhan dini bisa membuat mereka awalnya lebih tinggi dibanding teman-temannya, tapi berhenti tumbuh terlalu dini dan meyebabkan tinggi badan yang lebih pendek dari yang seharusnya mereka peroleh.

Menjalani pubertas dini juga bisa sulit bagi anak secara emosi dan sosial. Misalnya, anak perempuan dengan pubertas dini bisa bingung atau malu tentang perubahan fisiknya seperti menstruasi atau payudara yang membesar sebelum teman-temannya mengalami kondisi tersebut. Tapi bagian tersulit adalah menghadapi ledekan yang didapat oleh anak dengan kondisi ini, terutama pada anak perempuan. Emosi dan perilaku bisa berubah pada anak dengan pubertas dini. Anak perempuan bisa sangat moody dan cepat marah. Kalau pubertas dini ini terjadi pada anak laki-laki, ia akan menjadi lebih agresif dan memiliki libido yang tidak tepat untuk usianya.

Memberi Dukungan Pada Anak Yang Mengalami Pubertas Dini

Bagi kebanyakan anak, terlihat berbeda akan terasa tidak nyaman, dan perubahan fisik akan membuat anak perempuan malu. Anda bisa menenangkannya, membuatnya merasa nyaman, dan memberi dukungan melewati hari-harinya yang sulit, tapi jangan ragu untuk mendapat bantuan emosional untuk anak atau diri Anda sendiri bila membutuhkannya.

Berikut ini beberapa tips dari para ahli jika anak mengalami pubertas dini:

  • Tanda-tanda pubertas dini bisa membuat anak perempuan diledek teman-temannya. Selalu lakukan komunikasi dengan guru anak dan waspadai tanda depresi atau menarik diri dari lingkungan sosialnya. Ajak anak untuk melakukan aktivitas rutin, seperti berolahlaga.

  • Beritahukan anak Anda tentang apa yang sedang terjadi pada tubuhnya. Pastikan ia tahu kalau perubahan ini adalah hal yang normal, hanya saja ini terjadi lebih awal. Teman-temannya akan mengalami hal yang sama.

  • Beli buku tentang pubertas. Luangkan waktu untuk membacanya bersama anak. Dengan begitu ia akan merasa nyaman bersama Anda. Gunakan momen ini untuk menjalin kedekatan dengannya.

  • Meski fisik anak mengalami perkembangan, ia masih tetap seorang anak. Jangan berharap ia bertindak sebagai orang dewasa.

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram