Gampang Sakit, Benarkah Jadi Tanda Anak Kekurangan Protein?
Kita tahu protein merupakan salah satu nutrisi yang berperan sangat penting untuk tubuh. Terutama dalam menyusun hampir seluruh sel-sel, dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.
Untuk itu, penting dalam memastikan konsumsi protein harian tercukupi dengan baik. Khususnya bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Apabila anak kekurangan protein, hal ini jelas akan sangat berbahaya bagi tubuhnya. Kekurangan protein bisa sebabkan pertumbuhan anak jadi terganggu, bahkan bisa meningkatkan risiko penyakit dengan komplikasi serius.
Para ahli juga menyebutkan, salah satu gejala anak kekurangan protein yang paling mudah dideteksi adalah, gampang sakit. Atau bahkan, mengalami infeksi penyakit yang sama dalam kurun waktu yang cukup singkat.
Pentingnya peran protein untuk anak
Protein merupakan nutrisi esensial untuk tubuh manusia, khususnya untuk anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Protein berperan dalam meningkatkan imun tubuh agar tidak mudah sakit.
Dikutip dari laman Parents protein juga berperan penting dalam pembentukan otot si kecil. Namun, fakta yang belum banyak diketahui adalah bahwa bahan penyusun protein, yang dikenal sebagai asam amino, berperan penting dalam menyusun hampir setiap sel dalam tubuh.
Protein untuk anak juga mengangkut molekul lain ke seluruh tubuh yang juga bertidak sebagai antibodi yang melawan penyakit. Serta berfungsi sebagai pembawa pesan dalam berbagai fungsi biologis.
Untuk itu, protein punya peran penting karena dicerna lebih lambat daripada karbohidrat, sehingga dapat membantu menstabilkan respons gula darah. Terutama jika konsumsinya dikombinasikan dengan karbohidrat dan nutrisi lain, yang dapat membantu tubuh merasa kenyang lebih lama setelah makan.
Ternyata, ini penyebab kurang protein pada anak Indonesia
Penyebab kurang protein pada anak sebenarnya ada banyak. Namun, kebiasaan makan keluarga dan penyakit tertentu menyumbang peran yang cukup besar dalam meningkatkan risiko kurang protein pada anak.
Jika mengutip dari Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan RI salah satu penyebab kurang protein pada anak Indonesia adalah, masalah kemiskinan yang belum terselesaikan. Hal ini, makin meningkatkan risiko anak mengalami stunting akibat asupan protein hewani harian yang tidak tercukupi dengan baik.
Meski angka stunting di Indonesia terus menurun, namun pada tahun 2024 prevalensinya masih tergolong tinggi sebesar 14%. Padahal standar Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah di bawah 20%.
Hal ini pun disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Budi G. Sadikin yang mengungkapkan, bahwa kekurangan protein hewani pada anak berperan penting dalam meningkatkan angka stunting di Indonesia. Bahkan, kekurangan protein pada anak ini sudah terjadi sejak awal kehamilan.
Tanda dan gejala anak yang kekurangan protein
Jika melansir dari Healthline beberapa akibat dari defisiensi protein atau kekurangan protein pada anak antara lain adalah edema, rambut rontok, peningkatan rasa lapar, dan jika terjadi infeksi kemungkinan akan lebih parah.
Hal ini karena, protein merupakan salah satu bahan pembangun utama tubuh. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi otot, kulit, enzim, dan hormon.
Di negara Barat seperti Amerika Serikat, kasus kekurangan protein pada anak jarang sekali terjadi. Bentuk kekurangan protein yang paling parah dikenal sebagai kwashiorkor.
Kondisi ini paling sering terjadi pada anak-anak di negara berkembang, di mana malnutrisi dan pola makan yang tidak seimbang lebih umum terjadi. Beberapa tanda kekurangan protein pada anak lain, diantaranya adalah:
- Memiliki imun rendah, sehingga rentan sakit
- Rambut jagung dan mudah rontok
- Edema, menyebabkan pembengkakan di kaki, tangan dan bagian tubuh lain
- Nafsu makan dan berat badan turun drastis
- Kelelahan
- Kehilangan massa otot
- Proses penyembuhan luka lambat
- Terjadi penumpukan lemak di organ hati
- Kuku dan kulit terlihat pucat
- Mengalami patah tulang berulang
- Stunting.
Acuan kebutuhan protein harian anak
Kementerian Kesehatan RI merilis acuan kebutuhan protein harian anak yang harus diingat oleh para orang tua. Namun, yang perlu jadi catatan adalah, kebutuhan protein tiap anak berbeda-beda.
Semua dibedakan menurut usia, jenis kelamin serta aktivitas yang nggak sama tiap anak. Meski begitu, berikut adalah acuan kebutuhan protein anak yang harus orang tua ketahui berdasarkan Angka Kecukupan Gizi Kemenkes RI, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 75 tahun 2013:
Bayi dan balita:
- Usia 0-6 bulan: 13 gram/hari
- Usia 7-11 bulan: 18 gram/hari
- Usia 1-3 tahun: 26 gram/hari
Anak-anak:
- Usia 4-6 tahun: 35 gram/hari
- Usia 7-9 tahun: 49 gram/hari
Saat anak memasuki usia 10 tahun, kebutuhan proteinnya juga meningkat dan dibedakan seusai dengan jenis kelamin. Namun, kebutuhan protein anak laki-laki biasanya lebih banyak ketimbang anak perempuan.
Penting menjadi catatan orang tua adalah, sumber protein untuk anak, nggak cuma berasal dari protein hewani saja ya Bu. Sebab, sumber protein untuk anak bisa berasal dari protein nabati seperti kacang-kacangan, dan produk olahannya juga bisa jadi sumber protein yang baik untuk tubuh anak.
Yuk, cegah agar anak tidak kekurangan protein sejak dalam kandungan. Untuk menciptakan anak-anak yang sehat dan jauh dari segala macam penyakit di masa depan.