Kesulitan Membaca, Bisa Jadi Ciri Penyakit Disleksia Pada Anak
Mengajarkan anak membaca, mengeja huruf dan menulis adalah salah satu tantangan tersendiri bagi orang tua. Nggak semua pelajaran bisa diresapi dengan baik oleh si kecil.
Sebab, tiap anak punya kemampuan dan tingkat kecerdasan yang berbeda. Meski tahapan usianya sama, belum tentu juga kemampuan dan kecerdasannya bisa disamaratakan ya, Bu.
Apalagi kalau ternyata si kecil punya masalah lain dalam hal membaca yang membuat ia jadi makin kesulitan belajar. Biasanya masalah terkait hal ini lebih dikenal dengan penyakit disleksia.
Meski begitu, secara keseluruhan penyakit disleksia sendiri sebenarnya nggak hanya dialami oleh anak-anak. Orang dewasapun punya kemungkinan mengalami kondisi ini, sehingga penyakit disleksia bisa jadi tantangan tersendiri bagi penderitanya, terutama dalam hal belajar.
Simak selengkapnya apa itu disleksia dan apa penyebab disleksia yang paling umum terjadi pada anak-anak, dalam ulasan berikut!
Jadi, apa itu disleksia?
Dikutip dari Mayo Clinic penyakit disleksia merupakan kondisi ketika seseorang mengalami masalah kesulitan belajar. Terutama dalam hal membaca, menulis dan mengeja huruf atau kalimat.
Masalah gangguan belajar akibat penyakit disleksia ini memengaruhi saraf pada bagian batang otak. Di mana bagian batang otak inilah yang memproses kemampuan bahasa seseorang.
Tapi, nggak perlu khawatir ya Bu. Sebab, penyakit disleksia juga tidak akan memengaruhi kecerdasan otak seseorang, asalkan dikelola dan ditangani dengan baik. Apalagi, kebanyakan anak dengan penyakit disleksia juga punya tingkat kecerdasan yang cenderung normal dan biasanya memiliki penglihatan yang normal juga.
Nggak hanya itu, sebagian besar anak dengan penyakit disleksia juga bisa sukses secara akademis, apabila mendapatkan dukungan penuh dari orang tua dan diterapi secara keseluruhan. Yup! Dukungan emosional dari orang-orang terdekat memang sangat berperan penting dalam membantu mengatasi ciri-ciri disleksia yang dialami si kecil.
Apa saja penyebab disleksia yang paling umum?
Genetik, adalah faktor penyebab disleksia yang paling umum terjadi pada seseorang, termasuk anak-anak. Melansir WebMD anak mungkin bisa mengidap penyakit disleksia akibat faktor keturunan atau genetik, ketika ada anggota keluarga terdekat mengalaminya
Selain faktor genetik, penyakit disleksia juga bisa disebabkan oleh cedera otak, trauma otak serta penyakit tertentu layaknya stroke. Biasanya berkaitan dengan kondisi anak saat lahir.
Penyakit disleksia ini sejatinya bisa dideteksi melalui CT Scan. Pada orang dengan penyakit disleksia, biasanya terdapat perbedaan bagian otak yang fungsinya memproses bahasa.
Bagian otak tersebut seharusnya aktif bekerja saat seseorang membaca, tapi justru tidak berfungsi dengan baik. Sehingga mengakibatkan otak jadi kesulitan menghubungkan huruf dengan suara yang mereka buat, lalu memadukan suara-suara itu menjadi kata-kata.
Contohnya, anak dengan penyakit disleksia biasanya kesulitan mengeja suatu kata seperti kata “takut”, dibaca bisa menjadi “tukat” seolah menjadi terbalik. Anak dengan penyakit disleksia akan kesulitan membaca dan sulit memproses tulisan untuk dibaca atau dilafalkan.
Tingkat keparahan disleksia seseorang juga terdiri dari dua jenis yakni mulai dari derajat ringan hingga sedang. Penyakit disleksia ringan sejatinya bisa diatasi dengan cara terapi, yang bertujuan untuk melatih anak agar dapat berlaku normal di masyarakat, serta membantu mengatasi kesulitan yang ia hadapi saat belajar atau bersosialisasi.
Agar anak bisa mendapatkan perawatan yang tepat mengenai penyakit disleksia, maka terapis harus melakukan diagnosa tegak mengenai kategori kondisi si kecil ke dalam beberapa jenis penyakit disleksia, diantaranya adalah:
- Double deficit dyslexia: adalah kombinasi dari disleksia fonologis dan rapid naming deficit
- Disleksia fonologis: ketika anak mengalami kesulitan menempatkan suara pada huruf-huruf yang membentuk sebuah kata
- Rapid naming deficit: ketika anak tidak mampu menyebutkan huruf atau angka dengan cepat
- Surface dyslexia: ketika anak merasa kesulitan untuk memahami sebuah kata setelah melihatnya. Jenis disleksia ini juga kerap disebut dengan disleksia visual.
Ciri-ciri disleksia pada anak
Menurut data dari International Dyslexia Association sebanyak 15-20% populasi manusia di dunia, diperkirakan memiliki gejala atau ciri-ciri disleksia. Pada anak-anak ciri-ciri disleksia yang dialami mungkin baru akan terdeteksi ketika mereka mulai memasuki usia sekolah.
Namun, biasanya ciri-ciri penyakit disleksia yang memengaruhi seseorang berbeda-beda. Beberapa orang tua juga mungkin tidak menyadari bahwa anaknya menderita penyakit disleksia, hal ini justru baru terlihat ketika mereka mulai dewasa.
Dikutip dari Everyday Health menurut Kimberly R. Freeman, PhD, selaku ketua asosiasi eksekutif pekerjaan sosial dan ekologi sosial di Universitas Loma Linda di San Bernardino, California, penyakit disleksia biasanya justru diketahui pertama kali oleh guru saat curiga adanya masalah membaca di ruang kelas.
Namun, orang tua yang melihat perkembangan anak-anaknya setiap hari mungkin saja mengetahui ciri-ciri disleksia pada anak. Biasanya ciri-ciri tersebut meliputi:
Sebelum masuk usia sekolah
- Terlambat bicara
- Kesulitan belajar dan mengingat huruf
- Salah mengucapkan kata-kata
- Kesulitan mempelajari lagu anak-anak atau lagu berima.
Setelah masuk sekolah dasar
- Level membaca di bawah tingkat kelas
- Kesulitan memproses bahasa
- Kesulitan memahami ucapan
- Ketidakmampuan untuk mengingat urutan huruf
- Kesulitan melihat dan mendengar persamaan dan perbedaan kata
- Kesulitan menemukan kata yang tepat
- Kesulitan mengeja atau mengucapkan kata-kata
- Menghindari membaca.
Pada remaja dan dewasa
- Lambat ketika membaca
- Kesulitan mengeja
- Salah mengucapkan kata-kata
- Menghabiskan waktu yang lama untuk latihan menulis
- Kesulitan menghafal
- Kesulitan menyelesaikan soal matematika
- Ketidakmampuan untuk memahami lelucon atau ekspresi.
Cara mengatasi disleksia
Untuk mengatasi disleksia biasanya dibutuhkan pendekatan dan terapi khusus sesuai dengan derajat keparahan penyakit disleksia. Biasanya akan diketahui setelah anak melalui tes psikologi.
Nantinya para terapis akan membantu mengajarkan anak untuk meningkatkan kemampuan baca dan tulis dengan berbagai metode. Biasanya mulai dari pelajaran tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia, belajar mengenali satuan bunyi terkecil dalam kata, memahami huruf dan susunan huruf yang membentuk bunyi tersebut, memahami bacaan, membaca cara membunyikan kata, hingga membangun kosakata.
Namun, selain terapis orang tua juga punya peran penting untuk membantu meringankan gejala disleksia yang dialami si kecil. Caranya dengan selalu melatih kemampuan anak, seperti:
- Membacakan buku cerita
- Bekerjasama dengan pihak sekolah dan guru pengajar
- Rutin mengajarkan anak belajar membaca dan lakukan pengulangan pelajaran secara rutin
- Buat lingkungan belajar jadi lebih nyaman
- Menyemangati dan membujuk si kecil
- Selalu berupaya membangun kepercayaan diri anak.
Secara keseluruhan, penyakit disleksia bukanlah penyakit yang bisa disembuhkan. Untuk itu, penanganan penyakit disleksia pada anak memerlukan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Sehingga orang tua diharapkan harus selalu bersabar dalam membimbing si kecil setiap hari.