Konsumsi Bangkai Hewan Ternak, Waspada Risiko Penyakit Anthrax!
Setelah momen Idul Adha berakhir, Indonesia kembali dihebohkan dengan tingginya kasus penyakit anthrax yang terjadi di Gunung Kidul, Yogyakarta. Puluhan orang diketahui positif mengidap penyakit anthrax, hingga menyebabkan korban meregang nyawa.
Kasus ini diduga kuat muncul, ketika masyarakat sekitar mengonsumsi daging hewan ternak yang mati dan sudah dikubur, kemudian dikonsumsi kembali. Penyebab penyakit ini adalah bakteri B.anthracis, yang menyerang hewan herbivora dan dapat menular ke manusia.
Yup! Penyakit anthrax pada sapi dan hewan pemakan rumput (kambing, kuda, kerbau dan sebagainya) ini, memang tergolong penyakit zoonosis yang konon dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Nah, yang lebih menyeramkan lagi virus ini bisa bertahan hidup hingga puluhan tahun meski daging hewan tersebut sudah dikubur di dalam tanah.
Lalu, seperti apakah bahaya anthrax lainnya yang perlu kita waspadai? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut.
Mengenal penyakit anthrax lebih dalam
Sebenarnya penyakit anthrax merupakan sebuah penyakit zoonosis yang cukup langka, dan jarang ditemukan di dunia. Apalagi, jika penyebab utamanya karena mengonsumsi daging hewan yang sudah mati (jadi bangkai).
Walau begitu, kita sebagai masyarakat awam tetap perlu waspada dengan penyakit anthrax untuk mencegah penularan yang lebih masif. Mengutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) penyakit anthrax merupakan penyakit infeksi serius dan mematikan, akibat paparan spora dari bakteri B.anthracis.
Bakteri ini sebenarnya berada di dalam tanah, namun dapat menginfeksi hewan ternak yang sedang sakit. Seseorang bisa terjangkit penyakit anthrax apabila ia bersentuhan dengan hewan yang terinfeksi, tanpa perlindungan layaknya sarung tangan atau bahkan bersentuhan dengan produk hewan yang terkontaminasi
Anthrax dapat memengaruhi kesehatan manusia dengan tingkat serius, bahkan cenderung mematikan. Meski begitu, sejatinya penyakit anthrax tidak ditularkan manusia ke manusia lain layaknya common cold.
Tiga jenis penyakit antrax berdasarkan cara penularan
Saat ini, diketahui terdapat tiga jenis penyakit anthrax yang bisa menjangkiti hewan ke manusia berdasarkan cara penularannya. Walau cara penularannya berbeda-beda, tapi tingkat kematiannya tetap tinggi.
Jika dikutip dari Mayo Clinic tiga jenis penyakit anthrax berdasarkan cara penuluarannya adalah sebagai berikut:
1. Cutaneous anthrax (antrhrax kulit)
Anthrax kulit biasanya dapat menular ke orang yang memiliki luka terbuka di kulit. Penularan ini terjadi ketika ia menyentuh kulit, bulu, tulang, atau daging hewan yang terinfeksi.
Namun, ada kemungkinan juga ia bisa saja terinfeksi anthrax kulit dari kontak dengan luka di kulit penderita antraks. Diantara jenis penyakit anthrax lainnya, anthrax kulitlah yang paling sering ditemukan.
Anthrax kulit biasanya akan berkembang sekitar 1-7 hari setelah terpapar. Gejala dari anthrax jenis ini biasanya adalah; timbul benjolan yang gatal dan menyerupai gigitan serangga, benjolan yang berkembang menjadi luka dengan bagian tengah berwarna hitam, kelenjar getah bening yang membengkak, dan gejala lain yang mirip flu serta sakit kepala.
2. Gastrointestinal anthrax (anthrax pencernaan)
Anthrax pencernaan terjadi akibat makan daging yang kurang matang dari hewan yang terinfeksi. Kondisi ini dapat memengaruhi saluran pencernaan dari tenggorokan ke usus besar. Tanda dan gejala meliputi:
- Mual
- Muntah
- Sakit perut
- Sakit kepala
- Kehilangan selera makan
- Demam
- Diare berdarah, biasa terjadi pada tahap akhir penyakit
- Sakit tenggorokan dan kesulitan menelan
- Leher bengkak.
3. Inhalation anthrax (anthrax pernapasan)
Meskipun jarang sekali terjadi, namun penyakit anthrax jenis ini jadi yang dianggap paling berbahaya. Karena menyangkut dengan saluran pernapasan pasien yang terinfeksi.
Pasien dapat terinfeksi anthrax pernapasan jika menghirup spora dari bakteri antraks pada hewan ternak yang sudah mati. Penyakit anthrax pernapasan bisa menimbulkan beragam gejala seperti:
- Demam
- Nyeri otot
- Nyeri saat menelan
- Kelelahan ekstrim
- Dada terasak sesak dan kesulitan bernapas
- Mengalami syok
- Pada gejala yang lebih parah bisa menyebabkan meningitis.
Bisakah penyakit anthrax disembuhkan?
Penyakit anthrax, selain dianggap sebagai salah penyakit mematikan, ternyata juga diklasifikasikan sebagai senjata biologi perang dunia. Hal ini dibuktikan pada sebuah kejadian di tahun 2001, di mana saat itu seorang peneliti militer Amerikan Serikat (AS) mengirimkan amplop berisi bubuk spora anthrax kepada anggota Kongres dan media.
Hal tersebut kemudian membuat 5 dari 22 orang yang hadir dalam kongres, tertular penyakit anthrax kulit dan pernapasan hingga meninggal dunia. Hingga saat ini, para agen federasi dunia, khususnya AS bekerja untuk mencegah agar anthrax tidak dijadikan senjata militer di kemudian hari.
Belajar dari kejadian tersebut, nyatanya masih ada 22 orang yang selamat dari spora mematikan ini. Jadi, mengutip dari Cleveland Clinic dapat disimpulkan bahwa penyakit anthrax sebenarnya bisa disembuhkan, dengan perawatan yang cepat dan tepat.
Jika pasien merasa telah terpapar, segera hubungi dokter dan rumah sakit. Agar dapat dilakukan perawatan dengan pemberian antibiotik dan tindakan lainnya meliputi:
- Pemberian obat antitoksin yang disuntikkan, guna menetralkan racun anthrax
- Vaksin untuk mencegah infeksi. Biasanya perawatan ini akan melibatkan 3 dosis vaksin selama empat minggu, untuk memaksimalkan pengobatan.
Nah, untuk persentase keberhasilan proses penyembuhannya sendiri sebenarnya juga tergantung pada usia, penyakit bawaan dan seberapa cepat pasien di bawa ke rumah sakit. Demi mencegah bahaya anthrax pada sapi, pastikan tidak mengonsumi daging hewan yang sudah mati serta rutin melakukan vaksin anthrax kepada seluruh hewan ternak yang sehat.