Langkah Mengatasi Anak Kejang
Ada penjelasan sederhana tentang apa yang terjadi di dalam otak saat anak kejang. Otak terdiri dari jutaan sel saraf yang disebut neuron, yang saling berkomunikasi melalui dorongan elektrik. Kejang terjadi ketika sel dalam jumlah yang banyak mengirim dorongan elektrik di waktu yang sama. Gelombang elektrik yang tidak normal dan intens ini membuat otak kewalahan dan menghasilkan kejang, yang bisa menyebabkan kejang otot, hilang kesadaran, perilaku aneh, atau gejala lain.
Siapapun bisa mengalami kejang pada kondisi tertentu. Misalnya, demam, kurang oksigen, trauma kepala, atau penyakit yang bisa menyebabkan kejang. Seseorang didiagnosa epilepsi ketika mengalami kejang yang terjadi lebih dari satu kali tanpa penyebab yang spesifik. Pada kebanyakan kasus, sekitar 7 dari 10 penyebab kejang tidak bisa diidentifikasi. Jenis kejang ini disebut “idiopathic” atau “cryptogenic,” yang berarti tidak diketahui penyebabnya. Kemungkinan masalahnya ada pada neuron tak terkontrol di otak yang memicu kejang.
Fakta Tentang Kejang
Kejang bisa terasa menakutkan bagi para orangtua tapi kejang biasanya hanya berlangsung beberapa menit, berhenti sendiri, dan tidak mengancam keselamatan. Beberapa kejang bisa disebabkan oleh masalah medis lain, seperti infeksi, cedera kepala, keracunan, atau overdosis obat. Juga bisa disebabkan oleh tumor otak atau maslah kesehatan lain yang mempengaruhi otak. Pada beberapa kasus penyebab kejang tidak pernah diketahui.
Kejang yang terjadi lebih dari sekali atau berulang kali bisa mengindikasikan epilepsi yang berlanjut. Beberapa anak di bawah usia 5 tahun mengalami kejang selama demam tinggi, biasanya di atas 38 derajat Celsius. Meski menakutkan orang tua, kejang ini biasanya berlangsung singkat dan jarang menyebabkan masalah serius jangka panjang, kecuali demam yang disebabkan infeksi serius seperti meningitis.
Beberapa kemungkinan tanda kejang antara lain:
Kejang otot yang tidak terkontrol.
Hilang kesadaran.
Pipis atau buang air besar tak terkontrol.
Anak kecil juga kadang mengalami hal yang disebut breath-holding spells yang memicu kejang. Ini terjadi saat anak merasakan sakit atau marah dan menahan nafas dengan atau tanpa menangis lebih dulu. Kemudian tubuh anak membiru, sangat pucat, sering kali pingsan, dan mengalami kondisi seperti kejang di mana tubuh kaku, tidak sadarkan diri, dan tidak bernafas. Jangan panik bila ini terjadi ya Bunda, kondisi ini berhenti dengan sendirinya dan anak tidak mengalami bahaya tapi Anda perlu menghubungi dokter bila si kecil mengalaminya.
Diagnosa Kejang Pada Anak
Mendiagnosa kejang terkadang susah-susah gampang. Kejang berlangsung sangat cepat sehingga dokter mungkin tidak bisa melihat apa yang terjadi pada anak. Dokter perlu memastikan kondisi tertentu saat anak kejang, misalnya kejang non-epilepsi. Kejang non-epilepsi bisa mirip dengan kejang biasa, tapi sering disebabkan oleh faktor lain, seperti gula darah atau tekanan darah turun, perubahan di ritme jantung, atau stres emosional.
Penjelasan Anda tentang kejang yang dialami anak sangat penting untuk membantu dokter melakukan diagnosa. Pertimbangkan juga untuk membawa anggota keluarga lain yang melihat anak saat kejang, misalnya si adik yang meski lebih muda, bisa melihat yang tidak orang tua sadari saat kakaknya kejang. Anda juga bisa menyimpan rekaman video agar Anda bisa merekam anak selama kejang. Mungkin ini terkesan tidak sensitif ya Bun, tapi video rekaman ini bisa membantu dokter membuat diagnosa yang akurat.
Bila Anak Kejang
Anak yang mengalami kejang harus dibaringkan di tanah atau lantai pada area yang aman, dengan posisi tubuh miring ke kanan. Pindahkan benda yang ada di dekatnya yang bisa membahayakan. Longgarkan pakaian, terutama di sekitar kepala atau leher. Jangan masukkan benda apapun di sela gigi dan jangan melakukan gerakan untuk menahannya. Ketika kejang berakhir, perlahan tenangkan dan lindungi anak. Sebaiknya anak tetap berbaring hingga ia sepenuhnya terjaga dan ingin bergerak.
Hubungi rumah sakit bila anak:
Kesulitan bernafas.
Kulitnya jadi kebiruan.
Mengalami cedera kepala.
Terlihat tidak sehat.
Memiliki kondisi jantung yang diketahui.
Belum pernah mengalami kejang sebelumnya.
Kemungkinan menghirup racun, obat, atau semacamnya.
Jika si kecil sebelumnya pernah mengalami kejang, hubungi rumah sakit bila kejang berlangsung lebih dari 5 menit atau sangat berbahaya bagi Anda dan Anda cemas dengan keadaan anak. Bila anak bernafas normal dan kejang berlangsung hanya beberapa menit, Anda bisa menunggu sebelum menghubungi dokter.
Setelah mengalami kejang, anak biasanya merasa lelah atau bingung dan tertidur pulas. Tak perlu membangunkannya ya Bun, selama ia bernafas dengan nyaman. Jangan berusaha memberi makanan atau minuman apapun hingga anak bangun dan tersadar. Setelah kejang pertama kali, hubungi dokter untuk bertanya instruksi selanjutnya. Anak biasanya perlu diperiksa dokter sesegera mungkin setelah kejang.
Pertolongan Pertama Pada Anak Yang Kejang
Bila anak mengalami kejang dengan gerakan berulang pada lengan dan kaki:
Perlahan tempatkan anak di lantai atau tanah.
Jangan tahan lengan atau kaki agar berhenti bergetar karena tidak akan menghentikan kejang dan bisa membuat anak merasa lebih tidak nyaman.
Jangan masukkan apapun ke mulut anak. Anak tidak akan menelan lidahnya dan memisahkan gigi bisa menyebabkan cedera.
Bila anak muntah, jaga posisi tubuhnya tetap miring.
Jangan berikan minum.
Biarkan anak tidur setelah kejang.
Hubungi dokter.
Segera periksa apakah anak bernafas.
Setelah kejang berakhir, miringkan tubuh anak dan tetap bersamanya hingga ia benar-benar sadar. Awasi nafas anak. Bila ia tidak bernafas dalam 1 menit setelah kejang berhenti, lakukan pernafasan buatan. Jangan lakukan pernafasan buatan selama terjadi kejang karena bisa mencederai anak dan Anda sendiri.
Bila anak mengalami demam, acetaminophen bisa diberikan melalui rektum.
Penanganan Medis Untuk Kejang
Penanganan medis untuk anak yang kejang berbeda dengan penanganan untuk orang dewasa. Kecuali ditemukan ada penyebab spesifik, kebanyakan anak dengan kejang pertama kali tidak membutuhkan perawatan intensif. Ada beberapa alasan kenapa anak sebenarnya tidak perlu memulai pengobatan tertentu:
Selama pemeriksaan pertama kali, banyak dokter tidak yakin bila yang terjadi adalah kejang atau hal lain.
Banyak pengobatan untuk kejang memiliki efek samping, termasuk kerusakan pada liver atau gigi anak
Banyak anak yang hanya mengalami satu kali kejang selama hidupnya.
Bila pengobatan mulai dilakukan:
Pemberian obat membuat anak perlu sering menjalani tes darah. Dokter akan mengawasi efek sampingnya. Biasanya butuh waktu berminggu-minggu hingga beberapa bulan untuk menyesuaikan obat, dan kadang ada lebih dari satu jenis obat yang dibutuhkan.
Bila anak memiliki status epilepsi, ia akan ditangani secara agresif dengan obat anti kejang dan dirawat di ruang intensif.
Kebanyakan anak yang bebas dari kejang ketika mengkonsumsi obat selama 1 hingga 2 tahun bisa mengurangi obat secara perlahan dan akhirnya berhenti. Rata-rata anak-anak ini tidak mengalami kejang kembali. Bila kejang terjadi lagi, bisa dengan mudah dikontrol dengan kembali minum obat.
(Ismawati)