Ibupedia

Meski Bermanfaat, Makan Jeroan Berisiko Tingkatkan Kadar Kolesterol Darah!

Meski Bermanfaat, Makan Jeroan Berisiko Tingkatkan Kadar Kolesterol Darah!
Meski Bermanfaat, Makan Jeroan Berisiko Tingkatkan Kadar Kolesterol Darah!

Makan jeroan ayam ataupun sapi, memang jadi tradisi yang cukup kental di Indonesia. Banyak olahan makanan tradisional yang mengandalkan jeroan sebagai salah satu isiannya.

Nggak dipungkiri, makan aneka jeroan memang dianggap lebih lezat ketimbang dagingnya itu sendiri. Meski begitu, ada juga orang yang nggak suka dengan tekstur dan aroma jeroan yang dianggap lebih amis.

Salah satu jenis jeroan yang sering diberikan pada anak adalah hati ayam dan otak sapi. Keduanya terbukti memiliki banyak manfaat, termasuk nutrisi yang sangat dibutuhkan tubuh anak dalam masa pertumbuhannya.

Sebenarnya, makan jeroan dalam batas yang wajar dianggap sah-sah saja ya Bu. Namun, konsumsi yang berlebihan jelas nggak baik bagi kesehatan. Bahkan, bisa berisiko timbulkan berbagai macam penyakit berbahaya, termasuk kolesterol tinggi.

Manfaat dan risiko makan jeroan untuk kesehatan

Yes! Bagi banyak orang, jeroan mungkin sudah tidak asing lagi ditemukan dalam menu makanan harian. Apalagi sebenarnya, jeroan dianggap cukup bergizi dan mudah ditemukan di Indonesia.

Harga jeroan juga biasanya jauh lebih murah ketimbang harga dagingnya itu sendiri. Jeroan sendiri merupakan bagian organ hewan yang diolah dan dikonsumsi masyarakat sebagai lauk makanan.

Organ yang paling umum dikonsumsi berasal dari; sapi, babi, domba, kambing, ayam, dan bebek. Keberadaan jeroan sendiri sering kali diabaikan, dengan sebagian besar daging biasanya dikonsumsi sebagai steak, paha bawah, atau daging giling.

Untuk itu, jeroan biasanya dianggap ‘daging sisa’ yang harganya cenderung lebih murah. Bagian-bagian dari organ hewan ternak yang dianggap sebagai jeroan diantaranya adalah; paru, usus, jantung, hati, babah, kikil dan juga limpa.

Dikutip dari Healthline manfaat jeroan sendiri mengandung nilai gizi yang cukup baik untuk tubuh. Di dalam jeroan, terdapat vitamin B12 dan folat, yang juga merupakan sumber zat besi dan protein yang sangat baik untuk tubuh kita.

Sayangnya, mengonsumsi jeroan disarankan tidak boleh terlalu banyak ya Bu. Sebab, risiko jeroan bagi tubuh tetap ada dan dampak jeroan pun nggak main-main bagi kesehatan.

Nggak cuma bisa menyebabkan kolesterol jeroan saja, namun juga bisa menimbulkan beragam gangguan kesehatan lainnya. Serta berpotensi mengganggu kinerja sel-sel saraf.

Bahaya jeroan, nggak boleh disepelekan!

Diakui oleh Kementerian Kesehatan RI berdasarkan penelitian dari dokter dan ahli terkait, jeroan masuk ke dalam bahan pangan yang sangat bergizi. Terutama bagi anak-anak di awal MPASI, khususnya jeroan hati ayam dan otak sapi.

Jeroan bahkan terbukti mengandung protein, lemak, mineral, karbohidrat serta vitamin B kompleks dan vitamin A. Namun sekali lagi, kebisaan makan jeroan yang berlebih tetap nggak baik buat kesehatan ya Bu.

Yang paling terkenal, makan jeroan berisiko menaikkan kadar kolesterol jahat di dalam tubuh yang sangat berbahaya buat kesehatan manusia. Dikutip dari Cleveland Clinic jeroan mengandung kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi, yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah serta otomatis dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

Nggak cuma itu, makan jeroan juga sangat berisiko bagi mereka yang sudah memiliki kadar asam urat yang tinggi. Hal ini karena, jeroan tergolong bagian daging hewan ternak yang mengandung zat purin. Bahaya makan jeroan lain yang nggak boleh lagi disepelekan diantaranya adalah:

Berisiko mengalami kelebihan vitamin A dan zat besi

Tahukah Ibu? Mengonsumsi terlalu banyak vitamin A dapat meningkatkan risiko cacat lahir pada janin, lho! Untuk itu, karena jeroan mengandung vitamin A dalam jumlah tinggi, Ibu hamil disarankan untuk menghindarinya.

Jeroan juga mengandung banyak zat besi, yang dapat menjadi masalah bagi mereka yang mengalami gangguan kelebihan zat besi. Terlebih faktanya, anak-anak hanya membutuhkan lebih sedikit vitamin A dan zat besi jika dibandingkan dengan orang dewasa.

  • Sebabkan infeksi parasit

Organ dalam hewan ternak mengandung banyak parasit, yang dikonsumsi selama hewan tersebut hidup. Kita tidak akan pernah tahu, makanan apa saja yang dikonsumsi hewan selain yang kita berikan, bukan?

Nggak menutup kemungkinan, mereka juga memakan parasit selama hidupnya. Terutama apabila hewan tersebut dilepas liarkan di alam. Maka, mengonsumsi jeroan daging dari hewan terlalu banyak sebaiknya dihindari.

  • Gangguan pencernaan

Nggak dipungkiri, kebanyakan jenis jeroan cenderung sulit diolah. Hal ini karena, aroma dan teksturnya yang lebih keras dibandingkan daging biasa, sehingga membutuhkan waktu lama untuk proses memasaknya.

Meski sudah dimasak lama sekalipun, jeroan tetap memiliki tekstur yang keras. Ditambah dengan kadar zat besi yang tinggi di dalam jeroan, sangat berisiko sebabkan gangguan pencernaan atau konstipasi.

  • Makan jeroan hewan ternak berpenyakit, tingkatkan risiko penyakit sapi gila

Penyakit sapi gila atau yang dikenal sebagai bovine spongiform encephalopathy (BSE), merupakan penyakit yang menyebar dari konsumsi daging hewan ke manusia. Terutama jika mereka memakan otak atau sumsum tulang belakang sapi yang terinfeksi.

  • Sebabkan penumpukan lemak pada organ hati manusia

Sebuah penelitian tahun 2013 https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35225189/ terhadap orang dewasa di Tianjin menemukan bahwa mengonsumsi jeroan dapat meningkatkan risiko terkena penyakit hati berlemak nonalkohol. Agar aman, jika Ibu mengidap diabetes tipe 2 dan kolesterol tinggi ada baiknya perlu menghindari makan jeroan.

  • Kandungan purin yang tinggi bisa sebabkan reumatik dan sakit pinggang

Hal ini juga berkaitan dengan asam urat tinggi ya, Bu. Untuk itu, apabila memiliki kadar asam urat yang tinggi ada baiknya hindari makan jeroan agar keluhan reumatik dan sakit pinggang yang diderita tidak semakin parah.

Ibumin akui, buat para penggemar jeroan pasti akan sulit untuk menghindari makan jeroan di saat-saat tertentu. Yang jelas, pastikan untuk mengonsumsi jeroan tidak lebih dari 1 kali dalam seminggu.

Sebagai alternatif, Ibu bisa mengolah aneka masakan yang dasarnya mengandung jeroan dan digantikan dengan aneka daging yang lebih sehat seperti; dada ayam tanpa lemak, ikan dan lain sebagainya.

Follow Ibupedia Instagram