Memeriksa Kesuburan Pria Melalui Analisa Sperma
Memeriksa kesuburan pria bisa dilakukan dengan cara menganalisa spermanya. Analisa terhadap sperma yang baru dihasilkan dari ejakulasi menjadi alat diagnosa yang paling penting untuk penyelidikan awal kesuburan pria. Sperma merupakan campuran sekresi dari beberapa komponen sistem genital. Selama ejakulasi, cairan bergerak melalui epididymis dan vas. Kebanyakan cairan sperma dihasilkan oleh kelenjar di bagian dasar kandung kemih, khususnya kelenjar prostat dan seminal vesicles.
Bagian pertama dari ejakulasi mengandung jumlah sperma yang paling tinggi dengan motilitas terbaik. Penilaian yang sesuai dari kualitas sperma dalam analisa sperma diperlukan untuk mendiagnosa beberapa gangguan kesuburan pria yang bisa diobati. Pada banyak faktor di pasien pria, tidak ada pengobatan spesifik yang tersedia untuk meningkatkan kualitas sperma. Analisa sperma memberi informasi penting tentang prospek kehamilan alami dan penggunaan reproduksi bantuan.
Analisa sperma memberi indikasi kesuburan pada pria tapi tidak menjadi tes yang absolut untuk kesuburan karena tidak menilai aspek penting dari fungsi sperma, misalnya kemampuan sperma untuk membuahi sel telur. Lebih jauh, penemuan nilai kualitas sperma yang buruk dapat mengurangi kemungkinan kehamilan, tapi konsepsi alami masih bisa terjadi dalam beberapa kasus. Namun semakin parah cacat pada sperma, semakin rendah kemungkinannya.
Untuk hasil analisa sperma paling baik, pengumpulan sperma menjadi hal penting. Analisa sperma dilakukan pada spesimen baru dalam dua jam pengumpulan. Sebelum dites, direkomendasikan periode 2 hingga 5 hari pantangan ejakulasi. Rasa cemas tentang produksi spesimen menjadi hal yang umum dan harus didiskusikan dengan dokter. Spesimen sperma paling baik dikumpulkan melalui masturbasi pada wadah yang steril. Cara ini paling nyaman dilakukan dalam fasilitas yang tersedia di laboratorium meski pengumpulan di tempat lain bisa dilakukan jika langsung dipindahkan (dalam satu jam) dan disimpan pada suhu tubuh.
Sperma yang terkumpul melalui persetubuhan tidak dianjurkan karena bisa beresiko merusak sampel, khususnya pada bagian awal ejakulasi. Sperma tidak boleh dikumpulkan di dalam kondom biasa, yang mengandung komponen yang bisa membunuh sperma. Jika kepercayaan agama atau keyakinan pribadi melarang masturbasi, kondom khusus bisa digunakan yang tidak mempengaruhi kualitas sperma.
Laboratorium bervariasi dalam kemampuannya untuk memberikan kualitas analisa. Analisa sperma paling baik dilakukan di laboratorium khusus yang memiliki banyak pengalaman menggunakan metode standar WHO. Analisa ejakulasi meliputi karakteristik cairan sperma (volume, pH) dan sperma sendiri termasuk jumlahnya (disebut jumlah sperma atau konsentrasi), gerakannya (motalitas) dan bentuk (morfologi).
Rentang normal berbagai parameter kualitas sperma ditunjukkan berikut ini:
Volume tes standar > 2,0 ml
Konsentrasi sperma > 20 juta sperma/ml
Motalitas sperma > 50 persen dengan gerakan maju
Morfologi sperma > 15 persen bentuk normal
Sel darah putih < 1 juta sel/ml
Antibodi sperma < 50 persen sperma dengan partikel penyokong.
Penting untuk mengenali bahwa kualitas sperma seseorang bisa berbeda antar tiap sampel, bahkan pada pria dengan parameter sperma normal. Sebagai hasil, setidaknya dua, dan biasanya tiga, analisa sperma diperlukan, setiap beberapa minggu yang terpisah, untuk mendapat hasil kualitas sperma rata-rata individu. Jumlah sperma bisa dipengaruhi oleh penyakit terutama demam, yang bisa sementara waktu menekan jumlah sperma pada pria normal selama beberapa bulan. Dalam kasus ini analisa sperma harus ditunda untuk beberapa bulan.
Penemuan ketiadaan sperma dalam ejakulasi (disebut azoospermia) merupakan ketiadaan produksi sperma atau gangguan aliran sperma. Sampel sperma azoospermic perlu diperiksa dengan hati-hati untuk mengetahui apakah ejakulasi mengandung beberapa sperma. Jika beberapa sperma masih bisa ditemukan (disebut virtual azoospermia), teknik mikroinjeksi sperma tunggal (juga disebut Intra Cytoplasmic Sperm Injection, ICSI) bisa berhasil. Pada beberapa sperma pria tidak subur muncul hanya sebentar-sebentar sehingga perlu beberapa kali analisa sperma.
Seiring dengan jumlah sperma yang rendah, motilitas sperma sering kali lemah pada pria dengan produksi sperma yang buruk idiopathic (berarti penyebabnya tidak diketahui). Tapi ada kondisi penting lain yang sebagian besar mempengaruhi motilitas sperma, seperti auto imun sperma, kondisi yang memperhitungkan sekitar 6 persen masalah kesuburan pada pria. Sperma yang menunjukkan tidak ada gerakan bisa karena masalah struktural pada ekor sperma atau karena kematian sperma. Pasangan yang mengalami hal ini memiliki kesempatan yang sangat rendah untuk memperoleh kesuburan secara alami tapi ICSI bisa memberi alternatif.
Sistem kekebalan menghasilkan antibodi sebagai bagian pertahanan normal terhadap unsur asing dan organisme. Sperma secara normal dilindungi dari eksposur terhadap sistem kekebalan. Tapi beberapa pria memproduksi anitbodi sperma, yang terjadi setelah menjalani pembedahan (misalnya vasektomi), atau trauma pada testis. Pada pria lain tidak ada penyebab yang jelas untuk perkembangan antibodi mereka.
Antibodi yang melekat pada permukaan sperma dan mengurangi rentang hidup sperma itu sendiri, merusak motalitas sperma dan kemampuan untuk menembus lapisan lendir serviks pasangan. Antibodi yang berada pada kepala sperma bisa mencegah sperma membuahi sel telur. Penilaian untuk antibodi sperma menjadi tes awal yang penting untuk mencurigai gangguan kesuburan. Teknik immunobead merupakan tes sederhana yang bisa digunakan untuk mendeteksi antibodi anti sperma pada darah atau cairan sperma.
Bentuk sperma menjadi indikator prediksi penting untuk kemampuan sperma untuk membuahi. Dibandingkan dengan spesies lain, manusia memiliki persentase sperma yang relatif kecil yang menunjukkan morfologi normal (sebenarnya didefinisikan sebagai bentuk yang ideal), dengan 15 persen bentuk normal dianggap sebagai batas rendah yang normal. Kesuburan menurun ketika persentase menurun, khususnya pada pria dengan ejakulasi dengan kurang dari 5 persen sperma bentuk normal. Penilaian ini membutuhkan kemampuan dan pengalaman. Sperma berbentuk noda dan terlihat di bawah mikroskop, dengan penilaian pada bagian kepala, tengah, dan ekor. Banyak struktur yang abnormal memiliki cacat, yang bisa mempengaruhi semua bagian sperma.
Persentase sperma yang hidup menjadi penting karena ini menurunkan korelasi dengan infeksi saluran genital dan gangguan transportasi sperma melalui saluran genital. Jumlah sel darah putih juga mungkin menjadi tanda infeksi saluran genital. Meski dengan ketiadaan riwayat dan gejala yang relevan, penemuan jumlah sel putih yang tinggi bisa mendorong untuk dilakukan investigasi infeksi dan membutuhkan sejumlah terapi antibiotik yang sesuai. Infeksi semacam ini bisa menyebabkan kerusakan sperma tapi mudah untuk diatasi.
Penting diketahui bahwa meski rentang normal diberikan untuk parameter variasi sperma, ini tidak memisahkan secara jelas antara sperma subur dan tidak subur. Pasangan dengan faktor pria yang tidak subur memiliki kesempatan kehamilan yang menurun. Meski pada pasangan dengan jumlah sperma kurang dari 5 juta per ml, kira-kira 25 persen pasangan memperoleh kehamilan dalam periode dua tahun. Data ini menunjukkan bahwa jumlah sperma bukan menjadi ukuran tepat untuk kesuburan pria. Seorang pria tidak bisa secara umum dikatakan steril ketika ada sperma bergerak pada saat ejakulasi. Faktor meliputi durasi ketidak-suburan, frekuensi, dan waktu persetubuhan, dan usia serta kesehatan pasangan juga menjadi pertimbangan penting.
(Ismawati)