Ibupedia

Menopause Dini Bikin Was-was? Yuk Kenali 14 Gejalanya!

Menopause Dini Bikin Was-was? Yuk Kenali 14 Gejalanya!
Menopause Dini Bikin Was-was? Yuk Kenali 14 Gejalanya!

Menopause merupakan salah satu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap perempuan, tapi tidak dengan menopause dini. Menopause dini bisa menjadi salah satu indikator bahwa ada yang tidak beres di tubuh Ibu, maupun gangguan kesehatan tertentu. 

Hasil penelitian yang dipublikasikan di NCBI menunjukkan, sebanyak 1 persen kasus Premature Ovarian Failure (POF) terjadi pada perempuan berusia di bawah 40 tahun. Sedangkan kasus menopause dini dialami oleh sekitar 5 persen perempuan berusia antara 40 hingga 45 tahun. Normalnya, menopause akan dialami oleh perempuan dengan rentang usia 45 sampai 55 tahun, dan rata-rata mengalaminya di usia 51-an. 

Menopause terjadi ketika rahim berhenti memproduksi sel telur, menurunkan kadar hormon estrogen, sehingga menyebabkan berhentinya siklus menstruasi. Ibu mungkin mengalami menopause jika sudah 12 bulan berturut-turut tidak menstruasi

Faktor Penyebab Terjadinya Menopause Dini


Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya menopause dini. Dilansir dari Healthline,  setidaknya ada 5 faktor penyebab menopause dini, yaitu: 

  • Faktor Genetik

    Jika Ibu memiliki tubuh yang sehat dan tidak ada riwayat penyakit maupun keluhan, bisa jadi faktor genetik mempengaruhi menopause dini. Hal ini bisa ditelusuri dari riwayat menopause ibu dan nenek, apakah mereka mengalami menopause dini atau tidak. Jika ya, kemungkinan menopause dini akan diturunkan ke generasi selanjutnya.

  • Faktor Gaya Hidup

    Faktor satu ini sangat mempengaruhi kesehatan Ibu, khususnya kesehatan reproduksi. Kebiasaan merokok jadi salah satu penyumbang anti-estrogen yang bisa memicu terjadinya menopause dini. Perempuan yang memiliki kebiasaan merokok cenderung akan mengalami menopause dini, 1-2 tahun lebih cepat dari perempuan yang tidak merokok. Berat badan proporsional atau Body Mass Index (BMI) juga bisa menyebabkan menopause dini. 

    Pasalnya, hormon estrogen biasanya tersimpan di jaringan lemak. Perempuan yang bertubuh sangat kurus bisa mengalami menopause dini. Beberapa penelitian lain juga menunjukkan kebiasaan hidup yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya menopause dini, seperti kurang terkena sinar matahari, kurang berolahraga, dan pola makan yang kurang sehat.

  • Faktor Gangguan Kromosom 

    Beberapa gangguan kromosom dapat menyebabkan menopause dini. Misalnya, sindrom Turner yang mengakibatkan kelahiran dengan kromosom yang tidak lengkap. Perempuan dengan sindrom Turner memiliki ovarium yang tidak berfungsi dengan baik. Selain itu, gangguan kromosom disgenesis gonad murni juga bisa menyebabkan menopause dini. Dalam kondisi ini, ovarium tidak berfungsi. Perempuan dengan kelainan kromosom ini biasanya mendapatkan terapi penggantian hormon agar bisa mengalami menstruasi.

  • Faktor Penyakit Autoimun

    Menopause bisa terjadi pada perempuan yang mengalami penyakit autoimun, seperti tiroid atau rheumatoid artritis. Penyakit autoimun ini menganggu sistem imun alamiah dalam tubuh, sehingga dapat menyerang bagian tubuh lain yang dianggap mengalami gangguan. 

  • Faktor Penyakit Epilepsi 

    Epilepsi adalah kelainan kejang yang berasal dari otak. Wanita dengan epilepsi lebih mungkin mengalami kegagalan ovarium prematur, yang menyebabkan menopause. Sebuah studi menemukan pada sekelompok wanita dengan epilepsi, sekitar 14 persen dari mereka yang diteliti mengalami menopause dini, dibandingkan dengan 1 persen dari populasi umum.

Selain 5 faktor di atas, Women’s Health juga menyebutkan beberapa faktor lain yang menyebabkan menopause dini, di antaranya kemoterapi atau radiasi, operasi pengangkatan rahim (biasanya terjadi pada perempuan yang memiliki tumor rahim), operasi pengangkatan uterus, HIV/AIDS, dan sindrom kelelahan kronis. 

Gejala Menopause Dini


Tanda-tanda menopause dini bisa diamati segera setelah Ibu mulai mengalami menstruasi tidak teratur atau siklus menstruasi yang terasa lebih lama atau lebih pendek dari biasanya. Berikut ini 13 gejala menopause dini yang tidak boleh dianggap sepele:

  1. Perdarahan hebat

    Jika Ibu mengalami menstruasi dengan volume darah yang banyak atau melebihi biasanya, itu bisa menjadi salah satu tanda menopause dini akan segera menghampiri.

  2. Bercak

    Adanya bercak atau keputihan yang tidak normal.

  3. Menstruasi yang berlangsung lebih dari seminggu

    Siklus menstruasi yang terjadi lebih dari 7 hari patut diwaspadai. Selain itu, jeda waktu yang tidak normal antar siklus menstruasi juga bisa jadi tanda menopause.

    Hal ini biasanya terjadi menjelang menopause dini, yakni ketika Ibu mengalami siklus menstruasi dengan jeda waktu yang tidak biasanya. Perubahan menstruasi bisa berbeda-beda pada setiap perempuan. Kemungkinan besar, Ibu akan mengalami beberapa ketidakteraturan dalam menstruasi sebelum mengalami menopause. 

    Adanya menstruasi yang ke-skip atau terlewat adalah hal yang wajar terjadi. Seringkali, siklus menstruasi akan terlewat satu bulan dan kembali, atau terlewati beberapa bulan dan kemudian dimulai lagi selama beberapa bulan. Menstruasi juga cenderung terjadi pada siklus yang lebih pendek dan berdekatan.

  4. Mood swings 

    Perubahan mood yang drastis atau senantiasa berubah-ubah dalam waktu singkat.

  5. Perubahan hasrat seksual

    Jika Ibu mengalami penurunan libido atau hasrat seksual yang tidak seperti biasanya.

  6. Vagina kering

    Vagina yang terasa kering dan tidak nyaman. 

  7. Gangguan tidur

    Ibu sering mengalami insomnia atau sulit tidur? Bisa jadi itu salah satu tanda menopause dini.

  8. Keringat berlebihan pada malam hari

    Udara tidak begitu panas, sudah menyalakan AC di kamar pada malam hari, tapi Ibu masih berkeringat? Jangan sepelekan, hal itu juga bisa menjadi gejala menopause dini.

  9. Menopausal hot flashes

    Gejala ini juga biasanya kerap terjadi pada malam hari, saat temperatur tubuh terasa lebih hangat atau lebih panas dari biasanya. Serupa dengan demam, menopausal hot flashes ini membuat Ibu merasa tidak nyaman dan kepanasan. 

  10. Merasa kedinginan

    Tiba-tiba merasa kedinginan atau menggigil tanpa sebab.

  11. Gangguan kandung kemih

    Sering tidak bisa menahan buang air kecil, atau rasa sakit saat buang air kecil termasuk gangguan kandung kemih yang berpotensi menjadi tanda-tanda menopause dini. 

  12. Gangguan metabolisme

    Metabolisme yang terganggu bisa menyebabkan tubuh kesulitan menjalankan fungsinya. Biasanya, salah satu gejala menopause dini ditandai dengan adanya gangguan metabolisme yang menyebabkan naiknya berat badan. 

  13. Kerontokan pada rambut kulit kering

    Gejala satu ini juga perlu diperhatikan, sebab menopause dini bisa menimbulkan kerontokan rambut yang signfikan dan kulit yang cenderung lebih kering dari sebelumnya. 

  14. Payudara yang terasa tidak penuh

    Apakah Ibu merasa payudara tidak terasa penuh atau berubah seperti menyusut? Hal ini juga bisa menjadi tanda menopause dini.

Waktu menjelang menopause disebut perimenopause. Selama waktu ini, Ibu sangat mungkin akan mengalami menstruasi tidak teratur dan gejala lain yang datang dan pergi. Lantas, bagaimana caranya mendeteksi apakah Ibu benar-benar mengalami menopause dini, atau tidak? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan. 

Tes biasanya tidak diperlukan untuk mendiagnosis menopause. Kebanyakan perempuan dapat mendiagnosis menopause berdasarkan gejalanya. Tetapi, jika Ibu merasa mengalami tanda-tanda menopause dini, perlu berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui dengan lebih pasti.

Tes Hormon Untuk Mendeteksi Menopause Dini


Dokter bisa membantu Ibu melakukan tes hormon untuk menentukan apakah gejala yang Ibu rasakan disebabkan oleh perimenopause atau kondisi kesehatan lain. Beberapa hormon yang paling umum untuk dites, di antaranya:

  1. Hormon anti-Mullerian (AMH): The PicoAMH Elisa menggunakan hormon ini untuk membantu menentukan apakah Ibu mendekati menopause atau sudah mencapai siklus menstruasi terakhir.

  2. Estrogen: Dokter akan memeriksa kadar estrogen. Saat menopause, kadar estrogen biasanya menurun.

  3. Hormon perangsang folikel (FSH): Jika kadar FSH Ibu secara konsisten di atas 30 mIU / mL, dan sudah tidak mengalami menstruasi selama setahun, kemungkinan Ibu telah mencapai menopause. 

  4. Hormon perangsang tiroid (TSH): Dokter akan memeriksa kadar TSH pada tubuh Ibu untuk memastikan diagnosis. Jika Ibu memiliki tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme), maka kadar TSH akan jadi terlalu tinggi. Gejala gangguan hormon ini mirip dengan gejala menopause.

The North American Menopause Society (NAMS) mengungkapkan bahwa tes hormon terkadang tidak membantu karena kadar hormon masih berubah dan berfluktuasi selama perimenopause. Meski begitu, jika Ibu khawatir dan merasa mengalami tanda-tanda menopause dini, NAMS menyarankan untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh dengan dokter yang Ibu percaya. 

Waspada Menopause Dini Memicu Penyakit Lain


Usia menopause yang terlalu dini bisa memicu munculnya beberapa penyakit atau gangguan kesehatan lain. Hal ini yang menyebabkan menopause dini harus diwaspadai oleh Ibu. Pasalnya, menopause dini biasanya terjadi tanpa disadari, dan sangat mungkin Ibu menganggap bahwa usia menopause tidak akan berpengaruh terhadap tubuh, padahal sebaliknya. 

Menopause dini dipicu oleh menurunnya kadar hormon estrogen. Aliran estrogen yang stabil ke jaringan tubuh memiliki banyak manfaat. Estrogen meningkatkan kolesterol HDL "baik" dan menurunkan kolesterol LDL "buruk". Ini juga melemaskan pembuluh darah dan mencegah pengeroposan tulang. Kadar estrogen yang menurun dapat menyebabkan timbulnya serangkaian penyakit serius, seperti penyakit jantung, osteoporosis, depresi, demensia hingga kematian dini. Mengingat seriusnya risiko menopause dini, perempuan yang memasuki masa menopause lebih awal sering diberi resep obat untuk terapi penggantian hormon.

Tapi ironisnya, menopause dini juga terbukti bisa melindungi Ibu dari penyakit, seperti mencegah kanker payudara. Perempuan yang memasuki masa menopause terlambat (setelah usia 55 tahun) justru berisiko lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan mereka yang memasuki masa transisi lebih awal. Ini karena jaringan payudara terpapar estrogen lebih lama.

Cara Mengatasi dan Mencegah Menopause Dini


Ada beberapa cara mengatasi dan mencegah menopause dini. Dikutip dari Healthline, beberapa terapi akan direkomendasikan oleh dokter sesuai kondisi tubuh dan riwayat penyakit yang Ibu alami. 

  • Terapi penggantian hormon

    Estrogen dan progestin tambahan dapat membantu menggantikan beberapa hormon reproduksi yang tidak dapat lagi dibuat oleh tubuh Ibu sendiri. Hormon-hormon tersebut sering digunakan sampai usia rata-rata menopause (sekitar 50 tahun) untuk mengatasi gejala tidak nyaman menopause dini. Terapi ini juga membantu mencegah keropos tulang dan mendukung kesehatan jantung. Namun, perawatan ini tidak dianjurkan untuk semua perempuan karena dapat meningkatkan risiko penyakit seperti stroke, pembekuan darah, dan kanker payudara.

  • Asupan kalsium dan vitamin D tambahan

    Kalsium dan vitamin D tambahan dapat membantu mencegah osteoporosis jika Ibu tidak mendapatkan nutrisi yang cukup dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Perempuan berusia 19 hingga 50 tahun harus mengonsumsi 1.000 miligram kalsium per hari melalui makanan atau suplemen. Wanita di atas usia 51 tahun harus mengonsumsi 1.200 miligram per hari. Jumlah vitamin D harian yang direkomendasikan oleh para ahli adalah sekitar 600 IU / hari. Untuk perempuan dewasa, kebanyakan dokter merekomendasikan 600-800 IU melalui makanan atau suplemen.

  • Terapi psikologis

    Jika Ibu masih memiliki unek-unek atau hal yang mengganjal, terutama dalam menghadapi menopause dini, terapi psikologis bisa menjadi pilihan yang tepat. Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental juga perlu diprioritaskan. Berkonsultasi dengan psikolog bisa menjadi solusi menghadapi masa transisi menuju menopause, terlebih jika Ibu mengalami menopause dini. 

    Selain bisa bebas bercerita dan melepaskan beban, Ibu juga akan dibantu oleh psikolog untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mental secara professional, sesuai dengan kondisi masing-masing. Terapi psikologi sangat bermanfaat terutama dalam mengatasi dan mencegah depresi, gangguan kecemasan, gangguan tidur, dan sebagainya. 

Sudahkah Ibu Menjaga Asupan dan Kualitas Tidur?

Selain mengatasi menopause dini, ada beberapa cara juga yang bisa dilakukan untuk mencegah menopause dini. Dikutip dari Medical News Today, berdasarkan penelitian terbaru dari para ilmuan di Universitas Leeds di Inggris, pola makan sehat yang banyak mengonsumsi kacang-kacangan dan ikan dapat menunda menopause secara alami. Sebaliknya, makanan yang tinggi kandungan karbohidrat bisa mempercepat terjadinya menopause dini. 

Yashvee Dunneram, seorang peneliti di School of Food Science and Nutrition di University of Leeds di Inggris, dan rekannya untuk melakukan studi tentang hubungan antara diet dan menopause. Dunneram dan rekannya memeriksa data yang tersedia dari UK Women’s Cohort Study - survei terhadap lebih dari 35.000 wanita yang tinggal di Inggris berusia antara 35 dan 69 tahun. Hasilnya, perempuan yang mengonsumsi ikan dan kacang-kacangan mengalami menopause di usia normal (51 tahun), sedangkan perempuan yang banyak mengonsumsi karbohidrat seperti pasta dan nasi, mengalami menopause dini hingga 1,5 tahun lebih cepat. 

Asam lemak omega-3 yang ditemukan pada ikan dapat memicu aktivitas antioksidan di dalam tubuh manusia, yang berfungsi mencegah menopause dini. Sebaliknya, karbohidrat olahan dianggap sebagai faktor risiko resistensi insulin, yang dapat meningkatkan produksi estrogen dan menyebabkan menopause dini. Selain itu, konsumsi harian vitamin B-6 dan zinc yang lebih tinggi juga bisa menunda menopause. Faktor lain, adanya radikal bebas yang dapat merusak DNA dan mempengaruhi hormon bisa mempercepat terjadinya menopause. 

Berdasarkan pembahasan di atas, Ibu bisa mencegah menopause dini dengan cara sebagai berikut:

  1. Hindari radikal bebas

    Menghindari radikal bebas berkaitan erat dengan gaya hidup yang Ibu jalani. Hindari merokok, minum minuman beralkohol, maupun gaya hidup lain yang kurang sehat dan bisa menyebabkan menumpuknya radikal bebas dalam tubuh.

  2. Perbanyak konsumsi ikan dan kacang-kacangan

    Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, konsumsi ikan dan kacang-kacangan seperti kacang polong, kacang arab, kacang merah, kacang hitam dan semacamnya mengandung omega 3, vitamin dan zinc yang diperlukan tubuh untuk melancarkan metabolisme. Metabolisme yang lancar akan menghambat terjadinya menopause dini.

  3. Perbanyak konsumsi serat

    Konsumsi serat yang hanya terdapat pada sayuran dan buah-buahan juga bermanfaat memperlancar metabolisme, sehingga menopause dini pun bisa dicegah. 

  4. Konsumsi suplemen jika diperlukan

    Hal ini perlu dikonsultasikan terlebih dahulu ke dokter ya, Ibu. Apakah Ibu perlu mengonsumsi suplemen tambahan untuk melengkapi nutrisi dalam tubuh, seperti asupan kalsium, vitamin dan zat lainnya.

  5. Cukup tidur

    Jangan remehkan kekuatan di balik waktu tidur – Ibu akan merasakan dampak yang signfikan jika mulai tidur teratur dan cukup. Waktu tidur yang diperlukan oleh rata-rata orang dewasa adalah sekitar 6-9 jam per hari. Kualitas tidur pun berpengaruh terhadap kesehatan, semakin nyenyak maka tidur pun akan lebih berkualitas dan organ-organ tubuh bisa melakukan proses detoksifikasi dengan sempurna.

  6. Rutin berolahraga

    “Mens sana in corpore sano”, istilah yang mungkin sudah tidak asing lagi. Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Salah satu aktivitas yang dapat menyehatkan tubuh dan pikiran tentunya adalah olahraga. Berolahragalah secara rutin setiap hari, luangkan waktu setidaknya 15 hingga 30 menit sehari untuk olahraga sesuai dengan yang Ibu suka. Bisa nyontek home workout dari Youtube, mencoba zumba atau freeletics, mengikuti kelas yoga online, bersepeda bersama keluarga, atau sekadar lari pagi di daerah sekitar rumah. Variasikan jenis olahraga yang dilakukan supaya tidak bosan. 

Mengalami menopause bisa menjadi salah satu fase yang berat untuk dilalui Ibu. Karenanya, ketahui gejala-gejala untuk mencegah menopause dini, stay happy, dan andalkan support system yang Ibu miliki agar masa transisi bisa dilewati dengan mudah. 

Penulis: Yusrina
Editor: Dwi Ratih

Follow Ibupedia Instagram