Pangkas Usia Seseorang, Dampak Polusi Udara Bisa Perpendek Umur!
Polusi udara yang belakangan ini melanda wilayah Jabodetabek, bikin kita makin khawatir dengan dampaknya terhadap kesehatan. Selain bisa menyebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), dampak polusi udara konon juga bisa memperpendek umur seseorang, lho!
Waduh, benar nggak ya? Jika mengutip dari laman Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menurut penelitian terbaru dari State of Global Air (SOGA) 2019 yang diterbitkan oleh Health Effects Institute di Amerika, dan Universitas British Columbia di Kanada mengatakan, polusi udara adalah penyebab ke-5 paling besar yang ternyata bisa memperpendek usia manusia. Penelitian ini juga sekaligus memprediksi adanya kemungkinan harapan hidup yang lebih pendek pada anak-anak.
Terutama mereka yang tinggal di negara dengan polusi yang tinggi. Sehingga jelas, dampak polusi udara ini sungguh nggak main-main ya Bu.
Lebih jelasnya, yuk kita simak dampak polusi udara lain yang dapat memperpendek usia serta penyakit berbahaya yang dapat menyertainya dalam ulasan berikut.
Beragam dampak polusi udara dapat memperpendek umur
1. Bisa memangkas usia hingga 2 tahun
Siapa sih yang nggak mau memiliki umur panjang dan menikmati indahnya kehidupan? Tentu, ini merupakan harapan tiap orang ya Bu.
Namun ternyata, dikutip dari The Guardian Michael Greenstone, direktur Institut Kebijakan Energi di Universitas Chicago, yang melakukan penelitian tentang dampak polusi udara di sebuah negara mengungkapkan, seseorang dapat berhenti merokok dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri dari beragam penyakit akibat merokok.
Namun, mereka tidak bisa melindungi diri sepenuhnya dari beragam penyakit yang disebabkan oleh polusi udara. Berdasarkan beberapa penelitian terkait polusi udara juga membuktikan bahwa, dampak polusi udara dapat memangkas rata-rata umur manusia di seluruh dunia hingga hampir 2 tahun, sehingga menjadikannya ancaman terbesar bagi kesehatan manusia.
Terutama bagi mereka yang tinggal di negara dengan tingkat polusi udara yang tinggi, layaknya di negara kita. Duh, mengerikan sekali ya Bu!
2. Risiko terpapar polusi yang jadi penyebab penyakit asma
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan 90% paparan polusi sudah membunuh setidaknya 7 juta orang setiap tahunnya dan merugikan miliaran orang lainnya, termasuk kelompok-kelompok rentan layaknya lansia dan anak-anak. WHO juga memprediksi adanya pemangkasan angka harapan hidup anak-anak di negara dengan paparan polusi udara yang masif.
Jumlah korban bisa melebihi kematian yang disebabkan malaria, kecelakaan lalulintas, kekurangan gizi ataupun kecanduan alkohol.
Tetapi, tingkat kematian dini itu tidak sama di seluruh dunia, tergantung sebanyak seberapa parah tingkat polusi udara di negara itu.
Tapi yang jelas, mengutip dari Healthy Children dampak polusi udara terhadap anak-anak juga dapat menimbulkan masalah terkait pernapasan yang berkembang menjadi asma. Kondisi ini makin diperparah dengan kemungkinan anak yang memiliki bakat alergi.
Paparan polusi udara yang berkepanjangan makin meningkatkan risiko anak terkena penyakit kronis seperti asma, tekanan darah tinggi, kanker, dan gangguan kesehatan mental yang memengaruhi proses belajar, ingatan, pemikiran, dan pemecahan masalah.
3. Kematian terhadap bayi yang lahir prematur
Dampak polusi udara yang juga dapat memperpendek usia juga bisa dialami oleh bayi yang baru lahir. Terutama para bayi yang lahir prematur atau belum cukup bulan.
Menurut data dari European Environment Agency diperkirakan pada tahun 2020 lalu, ada sekitar 238.000 kematian bayi prematur di 27 negara Uni Eropa yang disebabkan oleh PM2.5 (Particulate Matter) yang merupakan salah satu tipe polusi paling berbahaya yang berbentuk sangat amat kecil dan bisa masuk ke paru-paru. Konsumsi energi perumahan, komersial, dan institusi merupakan sumber utama partikel pada tahun 2020 di UE.
Itu artinya, dampak polusi udara terhadap kelompok rentan, termasuk bayi prematur juga sedikit banyak bisa menurunkan kualitas hidup mereka. Meski sudah didukung dengan beragam alat canggih yang dapat meningkatkan kualitas hidup sang bayi.
Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah dampak polusi udara?
Kita tahu bahwa polusi udara di Jabodetabek memang sedang tidak baik-baik saja. Berbagai macam upaya juga mulai dilakukan oleh pemerintah.
Mulai dari penyemprotan air ke jalanan protokol, hingga merekayasa cuaca dan membuat hujan buatan yang dilakukan oleh BMKG. Namun, hingga artikel ini Ibumin tulis, kualitas udara saat ini masih belum berangsur membaik.
Lalu, apa sih yang bisa masyarakat lakukan sebagai pencegahan mandiri dalam mengatasi dampak polusi udara? Mengutip dari Sehat Negeriku Kemenkes pemerintah mengajak masyarakat untuk mulai menerapkan 6M dan 1S. Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dr.dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS, hal ini dilakukan seiring dengan meningkatnya kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang belakangan terus terjadi, terutama pada kelompok-kelompok rentan.
Nah, yang dimaksud dengan 6M dan 1S adalah sebagai berikut:
- Memeriksa kualitas udara melalui aplikasi atau website
- Mengurangi aktivitas luar ruangan dan menutup ventilasi rumah/kantor/sekolah/ atau tempat umum di saat polusi udara tinggi
- Menggunakan penjernih udara dalam ruangan atau air purifier
- Menghindari sumber polusi dan asap rokok
- Menggunakan masker saat tingkat polusi udara tinggi
- Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Segera konsultasi daring/luring dengan tenaga kesehatan jika muncul keluhan pernapasan.
Selain itu, mengingat dampak polusi udara bisa masuk ke dalam rumah, sebagai langkah pencegahan selanjutnya, Ibu juga bisa menanam beberapa tanaman hias yang dapat menjernihkan udara di rumah. Jangan lupa selalu gunakan air purifier berkualitas untuk membantu menyaring udara kotor.
Usahakan selalu rutin mengganti filternya, ya Bu! Jadi, apa saja nih langkah yang sudah kamu lakukan untuk mencegah polusi udara di rumah?