Pentingnya Peran Keluarga, Bantu Cegah Penularan HIV AIDS
Kita tahu bahwa hingga saat ini, HIV AIDS menjadi salah satu penyakit yang masih belum ditemukan obatnya. Sehingga, HIV AIDS menjadi salah satu penyakit yang penting dicegah sejak dini.
Pencegahan ini ternyata nggak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, lho! Karena walau bagaimanapun, peran keluarga dalam menanggulangi HIV AIDS nggak kalah penting.
Apalagi, berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan RI kasus HIV AIDS pada tahun 2023 ini, cenderung meningkat. Bahkan jumlah Ibu Rumah Tangga yang terinfeksi virus ini mencapai 35%.
Untuk itu, dalam memperingati Hari AIDS Sedunia yang pada tahun 2023 ini mengusung tema “Let Communities Lead" yang artinya “Biarkan Masyarakat yang Memimpin”, yang bertujuan agar dunia bisa mengakhiri penularan HIV AIDS dengan komunitas yang memimpin, yuk ketahui lebih jelas lagi bagaimana penerapannya. Sebagai upaya menanggulangi masalah dunia ini.
Ketahui dulu, apa itu HIV AIDS dan perbedaannya
HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan suatu jenis virus yang sangat berbahaya, bahkan bisa mematikan bagi penderitanya. Sebab, virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, tepatnya sel T dan CD4 yang merupakan bagian dari sel darah putih.
Nah, apabila penanganannya tidak dilakukan dengan baik atau bahkan si penderita cenderung mengabaikan kondisinya, menurut HIV.Gov hal ini akan berkembang menjadi stadium akhir yaitu AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome.
Ketika seseorang sudah didiagnosa HIV AIDS maka, hal ini dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuhnya sudah tidak mampu lagi melawan infeksi yang masuk. Sistem kekebalannya bisa dikategorikan sudah sangat buruk.
Sehingga, dapat dikatakan perbedaan HIV dan AIDS ini yaitu terletak pada konteksnya. Jika HIV merupakan kondisi ketika virus menyebabkan melemahnya sistem imunitas tubuh, maka AIDS disebabkan oleh kondisi gangguan kesehatan yang diakibatkan dari kondisi tersebut.
Karena sistem imunnya melemah, penderita HIV AIDS sangat rentan mengalami beberapa penyakit tertentu. Misalnya seperti kanker, tuberkulosis ataupun kondisi lain terkait gangguan pernapasan.
Apa sih yang jadi penyebabnya?
Dikutip dari National Health Service (NHS) kebanyakan kasus HIV AIDS di United Kingdom, disebabkan oleh aktivitas seksual tanpa menggunakan pengaman alias kondom. Seseorang dengan HIV AIDS bahkan dapat menularkan virusnya kepada orang lain, meskipun mereka tidak menunjukkan gejala apa pun.
Parahnya lagi, orang dengan HIV AIDS dapat menularkan virus dengan lebih mudah dalam beberapa minggu setelah terinfeksi. Pengobatan yang dilakukan pun hanya bisa mengurangi risiko penularannya saja. Tanpa bisa menyembuhkan secara keseluruhan.
Selain gemar bergonta-ganti pasangan dan melakukan seks bebas, kemungkinan lain seseorang terjangkit virus HIV AIDS adalah:
- Orang yang ketika melakukan seks oral sedang mengalami sariawan, luka atau gusi berdarah
- Orang yang memiliki pasangan HIV saat ini atau sebelumnya
- Orang yang memiliki pasangan saat ini atau sebelumnya yang berasal dari daerah dengan tingkat HIV AIDS cukup tinggi
- Orang yang berasal dari daerah dengan tingkat HIV tinggi (endemik)
- Orang yang terlibat dalam chemsex (menggunakan obat-obatan untuk membantu atau meningkatkan seks)
- Hubungan seks sesama jenis (utamanya pria dengan pria) tanpa menggunakan kondom
- Wanita yang melakukan hubungan seks tanpa kondom, dengan pria yang masih aktif berhubungan seks dengan sesama pria
- Orang yang aktif menggunakan jarum suntik (obat-obatan terlarang) dan gemar berbagi peralatan tersebut
- Orang yang melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan seseorang yang pernah menyuntikkan narkoba dan berbagi peralatan
- Orang yang berbagi mainan seks dengan seseorang yang terinfeksi HIV AIDS
- Orang dengan riwayat infeksi menular seksual, hepatitis B atau hepatitis C
- Orang yang memiliki banyak pasangan seksual
- Kasus pemerkosaan oleh orang dengan HIV AIDS
- Orang yang menerima transfusi darah, transplantasi atau prosedur rawan risiko lainnya di negara-negara yang tidak memiliki skrining HIV yang kuat
- Petugas kesehatan yang secara tidak sengaja tertusuk jarum yang terinfeksi (namun risiko ini sangat rendah)
- Bayi yang lahir dari orang tua dengan HIV AIDS yang tidak diobati dengan baik
Peran keluarga dalam pencegahan HIV AIDS
Yup! Ternyata peran keluarga untuk mengedukasi dini mengenai HIV AIDS sangat penting, lho. Apalagi, menurut studi tahun 2020 berjudul, Empowering Parents for Human Immunodeficiency Virus Prevention: Health and Sex Education at Home pendidikan seksual yang diberikan oleh orang tua sejak dini oleh anak-anaknya, menjadi sebuah strategi yang terbukti efektif sebagai langkah pencegahan HIV AIDS.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian tahun 2015 yang berjudul, The Role of Parents in Shaping and Improving the Sexual Health of Children – Lines of Developing Parental Sexuality Education Programmes yang menghasilkan beberapa tinjauan sistematis mengenai peran orang tua, sebagai kunci penting dalam membentuk pandangan anak-anak mereka tentang perilaku seksual, dan pada akhirnya akan memengaruhi proses pengambilan keputusan mereka di masa remaja.
Terutama ketika tingkat rasa penasaran mereka makin tinggi tentang seksual. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa banyak orang tua yang meremehkan peran mereka dalam mendidik anak tentang seks.
Akibatnya, banyak remaja rentan terlibat dalam kegiatan negatif seperti seks bebas atau penggunaan obat-obatan terlarang, yang bisa meningkatkan penularan HIV AIDS nantinya. Peran orang tua dan keluarga dalam memberikan edukasi seks pada anak, dapat membangun informasi serta nilai-nilai yang jelas tentang seks.
Agar wawasan anak jadi lebih terbuka, dan mereka bisa mematuhi nilai-nilai tersebut dengan baik. Dukungan ini sangatlah penting sebagai bentuk pencegahan HIV AIDS sejak dini.
Terlebih pada usia remaja, anak mempunyai risiko tertinggi terkena penyakit menular seksual dibandingkan kelompok umur mana pun di seluruh dunia. Apalagi, dikutip dari Psychology Today menurut data nasional yang dikumpulkan oleh Center for Disease Control and Prevention (CDC), hampir separuh siswa sekolah menengah yang ada di benua Amerika, telah aktif secara seksual. Sayangnya, separuh dari semua penyakit menular seksual baru terjadi pada mereka di bawah usia 24 tahun.
Bahkan, data tahun 2014, membuktikan adanya kelompok usia 13 hingga 24 tahun yang menyumbang 22% kasus infeksi HIV AIDS baru. Duh, miris banget ya Bu.
Itulah mengapa, peran keluarga juga sangat penting untuk meningkatkan nilai keimanan dan adab anak. Bisa dikatakan, hal ini menjadi benteng utama anak untuk dapat terhindar dari aktivitas berbahaya tersebut sejak dini.