Ibupedia

Penyebab dan Penanganan Kudis Pada Anak

Penyebab dan Penanganan Kudis Pada Anak
Penyebab dan Penanganan Kudis Pada Anak

Kudis adalah iritasi kulit yang disebabkan oleh pengerumunan kutu parasit berukuran kecil yang bersembunyi di bawah kulit. Ruam bergelombang yang Anda lihat sebenarnya reaksi alergi pada telur dan feses kutu yang tinggal di bawah kulit. Nama “scabies” (kudis) berasal dari bahasa Latin yang berarti “menggaruk.” Jika anak Anda terkena kudis, ia akan selalu menggaruk bagian tersebut.

Anak bisa terkena kudis melalui kontak kulit dengan kulit orang yang terinfeksi. Kudis sangat menular, dan siapa saja bisa terkena, meski orang tersebut sangat menjaga kebersihan. Kalau ada satu orang di rumah terkena kudis, maka yang lain juga punya resiko terkena kudis. Sama halnya saat di sekolah atau daycare tempat anak menghabiskan banyak waktu.

Kudis yang parah, kadang dialami oleh orang dengan masalah sistem kekebalan. Pada kasus ini, kulit yang mengeras mengandung banyak kutu kudis dan telur yang berkembang-biak. Kutu ini tidak lebih kuat dari kutu lain tapi ada banyak jumlahnya.

Gejala Kudis Pada Anak

Bila anak terkena kudis, ia akan merasa sangat gatal dan muncul ruam benjolan berwarna merah, biasanya di sela jari. Pada anak kecil, kudis biasa muncul pada kepala, leher, bahu, telapak tangan, dan tumit. Pada anak yang lebih besar atau orang dewasa, ruam muncul pada tangan, pergelangan tangan, organ genital, dan perut.

Garis tipis berwarna merah menjadi tempat kutu bersembunyi di bawah kulit. Anak juga bisa punya jerawat kecil yang berisi cairan saat terkena kudis. Kutu kudis betina bekumpul di bawah kulit, dan di sana mereka bertelur dan menyimpan kotoran. Telur dan kotoran tersebutlah yang memicu reaksi alergi dan menyebabkan rasa gatal luar biasa. Rasa gatal biasanya paling intens setelah mandi air panas atau pada malam hari, dan ini membuat anak tidak bisa tidur. Bentuk kudis yang tidak enak dilihat terbentuk di area yang digaruk anak, dan infeksi bakteri bisa berkembang kalau digaruk.

Saat anak pertama kali mengalami kudis, butuh 4 - 6 minggu sebelum anak merasa gatal sejak kutu kudis menempel padanya. Jika anak pernah terkena kudis sebelumnya, waktu reaksinya akan lebih pendek, hanya 1 hingga 3 hari.

Bunda, Anda harus selalu menghubungi dokter bila bayi mengalami ruam yang tak teridentifikasi. Semakin cepat ditangani, semakin cepat juga anak merasa lebih nyaman. Dokter akan memeriksa ruam dan mungkin melakukan tes yang tidak berbahaya dengan mengambil sampel kulit dan melihatnya di bawah mikroskop. Atau dokter memberi Anda rujukan ke ahli kulit. Kutu kudis dan telurnya baru bisa dilihat dengan kaca pembesar. Kutu mungkin tidak terlihat karena biasanya hanya ada 10 atau lebih sedikit pada orang yang terinfeksi kudis.

Penanganan Kudis Pada Anak

Dokter akan meresepkan obat oles. Krim permethrin jadi obat yang paling umum untuk penyakit kudis. Obat lain yang juga berguna ada benzyl benzoate, crotamiton, lindane, dan malathion. Namun perlu diingat, beberapa obat tersebut tidak boleh diberikan pada bayi. Krim permethrin adalah yang paling aman. Tapi daripada menebak-nebak obat apa yang aman diberikan ke bayi, lebih baik Bunda berkonsultasi ke dokter saja.

Saat diberi obat kudis oleh dokter, perhatikan betul cara penggunaannya. Kalau Bunda bingung, ini gambaran umum tentang penggunaan obat kudis:

  • Krim permethirn, bisa digunakan pada bayi usia 2 bulan atau lebih.

  • Krim crotamiton, digunakan sekali setiap hari selama 2 hari berturut-turut, dan dibilas 48 jam setelah digunakan.

  • Salep sulfur, digunakan pada malam hari selama 3 malam berturut-turut, dan dibilas 24 jam setelah penggunaan. Salep sulfur jadi pilihan terbaik untuk bayi dan wanita hamil dan menyusui karena sangat aman digunakan.

  • Krim lindane, cuci krim setelah 8 jam. Lindane bisa menjadi racun pada beberapa orang. Bayi dan anak kecil tidak boleh diobati dengan lindane, juga wanita hamil dan menyusui atau orang dengan penyakit yang mempengaruhi saraf.

Anda perlu mengoleskan krim pada tubuh anak mulai dari leher ke bawah. Termasuk pada bagian tubuh yang terlihat tidak terinfeksi. Jangan lupa mengoleskan krim di sela jari, bawah lengan, pusar, dan area genitalnya. Bila melihat ruam pada kulit kepala atau wajah, gunakan krim sepanjang garis rambutnya, juga di dahi, kulit kepala, dan pelipis. Ikuti instruksi untuk membiarkan krim pada kulit sekitar 8 jam atau lebih, kemudian baru dibilas.

Berhubung anak suka memasukkan tanganya ke mulut, jadi lebih baik oleskan krim pada saat ia tidur dan cucilah di pagi hari. Jika anak suka menghisap jari ketika tidur, tutup tangannya dengan kaos tangan sepanjang malam untuk menghindarinya menelan krim yang Anda oleskan.

Untuk kudis yang lebih parah dokter bisa meresepkan obat oral, seperti:

  • Pil Ivermectin, diminum sekali dan diulangi 1 sampai 2 minggu berikutnya. Ivermectin tidak boleh digunakan pada anak usia kurang dari 5 tahun atau dengan berat badan kurang dari 15 kg atau wanita hamil dan menyusui.

  • Pil antihistamin.

  • Pil antibiotik, jika area luka terlihat terinfeksi bakteri, dokter bisa meresepkan antibiotik.

Ketika anak dibawah pengawasan dokter, ada beberapa langkah yang bisa Anda ambil untuk mencegah kudis datang lagi:

  • Kutu tidak bisa bertahan di luar tubuh manusia selama lebih dari 48 hingga 71 jam. Karenanya, cuci semua pakaian, sprei, dan handuk yang digunakan orang yang terkena kudis di 72 jam sebelumnya di air panas dan keringkan.

  • Bersihkan karpet, keset, dan lapisan funitur di rumah.

Ruam sendiri butuh 2-6 minggu untuk hilang. Jika ruam terus menyebar atau terlihat ada ruam baru, dokter bisa menyarankan pengobatan ulangan. Beberapa dokter langsung meresepkan dosis kedua pada satu atau dua minggu setelah dosis pertama.

Karena butuh waktu untuk menghilangkan penyebab iritasi, rasa gatal bisa terus terasa selama 3 minggu setelah kutu hilang. Gunakan kompres dingin atau lotion calamine pada kulit untuk membantu mengurangi gatal. Bila masih mengganggu, dokter anak bisa meresepkan antihistamine atau krim steroid. Sementara itu, jaga kuku anak tetap pendek untuk mencegahnya melukai kulit dan menyebabkan infeksi. Anak bisa kembali ke sekolah atau daycare setelah pengobatan dengan krim ini selesai.

Melindungi Anggota Keluarga Dari Kudis

Beberapa dokter menganjurkan semua anggota keluarga, termasuk pengasuh, untuk mendapatkan pengobatan kudis meski mereka tidak menunjukkan gejala. Paling baik bila semua diobati di waktu yang bersamaan, jadi orang yang terkontaminasi kudis tidak menginfeksi yang lain. Namun, ada beberapa dokter lain yang lebih memilih untuk melihat dan menunggu, serta menyarankan semua anggota keluarga diperiksa tapi hanya yang menunjukkan tanda kudis yang diobati.

Meski kudis sangat menular, penularannya itu butuh kontak kulit dalam jangka waktu yang lama dengan orang yang terinfeksi. Berjabat tangan atau berpelukan biasanya tidak menyebabkan infeksi. Tapi kudis mudah menyebar ke pasangan seksual dan anggota keluarga di rumah. Juga saat ada yang berbagi handuk, pakaian, atau sprei.

Penularan kudis melalui baju atau kain sebenarnya masih diperdebatkan. Jika Anda khawatir, Anda bisa mencuci pakaian, handuk, dan sprei di air yang suhunya lebih panas dari 140 Fahrenheit, lalu keringkanlah. Bungkus semua mainan boneka yang tidak bisa dicuci dalam kantong plastik  selama satu minggu, karena kutu kudis tidak bisa hidup di luar tubuh manusia.

Satu-satunya cara untuk menghindari kudis adalah menghindari kontak dengan orang yang terkena. Ini mungkin sulit dilakukan, terutama jika anak menghabiskan banyak waktu di daycare atau sekolah dengan anak-anak lain dan banyak pengasuh. Bila anak terkena kudis, Anda bisa mencegah penyebarannya dengan memastikan Anda mengobatinya sebelum ia kembali ke sekolah atau daycare.

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram