Perhatikan 6 Aturan Pakai Masker Ini Selama Pandemi Covid-19
Menyebarnya virus SARS-Cov 2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 di lebih dari 200 negara di dunia telah mengakibatkan dampak serius. Selain goyahnya perekonomian global dan terguncangnya harga bahan pokok, krisis ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) dan masker medis juga terjadi. Padahal alat pelindung diri dan masker medis termasuk dalam alat tempur yang harus selalu ada bagi tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19.
Pada keadaan biasa, masker medis dijual bebas di pasaran dengan harga terjangkau. Namun selama pandemi Covid-19, masker medis susah dicari dan keberadaannya diutamakan untuk tenaga kesehatan.
Saat awal mula pandemi ini merebak, WHO menegaskan dalam aturan pakai masker bahwa masker medis (masker bedah) hanya diperuntukkan bagi yang sakit atau memiliki gejala Covid-19. Aturan pakai masker ini digaungkan di mana-mana dengan syarat yang menggunakan hanyalah yang memiliki gejala batuk, pilek dan demam. Mereka yang tidak sakit dan tidak memiliki gejala tidak dianjurkan untuk menggunakan masker karena hanya akan sia-sia dan justru membuat orang yang sebenarnya sakit jadi tidak kebagian masker.
Tetapi, seiring berjalannya waktu, ditemukanlah banyak pasien Covid-19 yang positif terjangkit tanpa menunjukkan gejala apa pun. Tanpa demam, batuk, pilek, atau sesak napas. Individu tersebut benar-benar tampak dalam kondisi sehat dan biasanya disebut sebagai carrier. Sejak itu diketahuilah bahwa virus ini dapat bertahan dalam tubuh manusia berimunitas baik. Mereka yang berimunitas baik masih bisa berpotensi positif Covid-19 karena tubuhnya adalah carrier atau pembawa dan mungkin bisa menularkannya kepada orang lain.
Untuk itulah, kini aturan pakai masker diubah. Masker kain yang pada awalnya tidak direkomendasikan WHO untuk digunakan dalam keadaan penyebaran virus, kini dapat digunakan sebagai alternatif di tengah langkanya masker bedah. IDAI atau Ikatan Dokter Anak Indonesia pun telah merangkumkan hal-hal seputar aturan pakai masker kain. Salah satunya bahwa masker kain belum diketahui efektivitasnya dalam mencegah virus corona, tetapi dalam keadaan darurat krisis masker, masker kain dapat dipertimbangkan sebagai alternatif. Penggunaan masker bedah diperuntukkan bagi tenaga kesehatan dan orang-orang yang memiliki gejala dan tergolong dalam populasi risiko tinggi yaitu imunokompromais atau dengan penyakit dasar seperti penyakit paru dan jantung.
Bagi masyarakat yang sehat, hal utama yang perlu dilakukan adalah tetap di rumah dan menerapkan PHBS (Pola Hidup Bersih Sehat) untuk menjaga imunitas agar tubuh bisa melawan virus. Bila terpaksa harus keluar rumah dalam keadaan darurat, penting untuk menggunakan masker kain dengan bahan nyaman dan pastikan untuk tetap melakukan prosedur higienitas lainnya. Bahkan IDAI menegaskan beberapa hal yang harus dilakukan bila tidak tersedia masker, seperti di bawah ini:
Orang Tanpa Gejala
Hindari kerumunan orang atau ruangan tertutup;
Jaga jarak 1-2 meter;
Jaga kebersihan tangan;
Melakukan etika batuk; dan
Cegah menyentuh membran mukosa seperti mata, hidung dan mulut.
Orang dengan Gejala
Segera pulang, isolasi mandiri di rumah baik ada masker ataupun tidak;
Jaga jarak minimal 1 meter dengan orang serumah;
Jaga kebersihan tangan; dan
Terapkan etika batuk.
Tak hanya IDAI, Kemenkes RI juga telah menegaskan bahwa masyarakat umum dihimbau untuk menaati aturan pakai masker kain, yaitu dengan menggunakan masker kain yang wajib diganti setiap 4 jam. Sedangkan masker bedah dan masker N95 diperuntukkan bagi tenaga kesehatan.
Lantas, apakah karena sudah ada masker, diri kita sudah serta merta terhindar dari virus? Jawabannya tidak. Tetapi penggunaan masker dapat meminimalisasi risiko penyebaran virus yang lebih luas. Penggunaan masker, baik masker bedah /N95 bagi tenaga medis dan masker kain bagi masyarakat umum, ada aturannya.
Aturan Pakai Masker Rekomendasi WHO:
Sebelum mengenakan masker, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau cairan antiseptik yang berbahan dasar alkohol.
Tutup mulut dan hidung dengan masker, dan pastikan tidak ada jarak di antara wajah dan masker.
Hindari menyentuh masker yang sedang dipakai. Jika menyentuh bagian luar masker, maka harus langsung cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau menggunakan cairan antiseptik beralkohol.
Segera ganti masker bila sudah terasa lembap dan kotor.
Masker bedah dan N95: ganti setelah kotor dan jangan dipakai kembali. Dalam keadaan sangat krisis, boleh digunakan kembali tapi tidak lebih dari satu hari.
Masker kain: ganti setiap 4 jam sekali. Bawalah cadangan jika bepergian lebih dari 4 jam
Lepaskan masker dengan benar. Jangan menyentuh bagian depan masker. Lepaskan dari tali belakangnya, lalu buang masker langsung ke tempat sampah (untuk masker bedah dan N95) atau cuci dengan sabun dan air (untuk masker kain).
Cuci kembali tangan setelah melepas masker dengan air mengalir dan sabun atau cairan antiseptik beralkohol.
Aturan pakai masker kain saat ini memang sudah disebarkan ke seluruh dunia. Bahkan banyak industri rumahan yang awalnya macet karena terdampak Covid-19 kembali bergerak karena memproduksi masker kain.
Meski begitu, efektivitas masker apa pun jenisnya tidak akan maksimal bila tidak disertai langkah-langkah preventif lain seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Lantas, bagaimana dengan aturan pakai masker untuk anak-anak?
Anak-anak berusia kurang dari 2 tahun dianggap sebagai individu yang tidak bisa menggunakan masker tanpa didampingi orang dewasa. Apalagi, di usia tersebut anak-anak justru rentan menyentuh masker dan wajah karena merasa tidak nyaman saat menggunakannya. Disebutkan dalam laman nationwidechildrens.org bahwa CDC, atau Pusat Pengendali Penyakit di Amerika menyebutkan masker kain tidak boleh digunakan pada anak di bawah 2 tahun, orang yang kesulitan bernapas, tidak sadarkan diri, dan tidak bisa melepaskan masker tanpa bantuan.
Artinya masker justru akan membahayakan bagi orang-orang dalam kategori tersebut. Oleh sebab itu, bayi dan anak-anak yang berusia kurang dari 2 tahun lebih baik tidak perlu menggunakan masker saat terpaksa bepergian, misal untuk imunisasi. Lebih baik lagi jika anak-anak juga tetap di rumah dan mengurangi aktivitas bepergian.
Lantas, apa solusi yang tepat jika bayi dan anak-anak harus keluar rumah? Solusinya adalah dengan menggunakan selimut atau apron menyusui. Kedua benda ini dapat menjadi alternatif penggunaan masker bagi bayi agar terhindar dari paparan droplet orang lain yang berada di sekitarnya. Cara menggunakannya pun mudah.
Jika menggunakan selimut, cukup kerudungkan saja selimut menutupi bahu Ibu sampai ke kepala dan bagian atas badan bayi. Bila selimut yang digunakan lebar bahkan bisa menutupi sampai keseluruhan badan bayi. Beri jarak untuk memberi bayi ruang bernapas. Lalu berikan celah untuk jalan masuknya udara agar sirkulasi udara bagi bayi tetap lancar.
Sedangkan bila menggunakan apron menyusui, cukup kalungkan apron di leher Ibu seperti biasa, lalu tutupkan di bagian badan bayi dan bahu Ibu. Karena apron menyusui dilengkapi kawat bukaan, maka sirkulasi udara lebih mudah didapat tanpa perlu membuat celah lagi. Jangan lupa pastikan selimut dan apron yang digunakan dalam keadaan bersih, bukan yang sudah dipakai berulang kali.
Ibu juga perlu membersihkan tangan terlebih dahulu sebelum menutupi bayi, menyentuh bayi, menyusui bayi, atau melakukan aktivitas lain dengan bayi. Gunakan air dan sabun bila ada, atau gunakan hand sanitizer bila air dan sabun tidak tersedia.
Anak-anak yang berusia di atas 2 tahun sudah bisa dipakaikan masker. Produsen masker kain pun menyediakan size untuk anak yang banyak dijual di pasaran. Jangan lupakan aturan pakai masker yang juga berlaku untuk anak ya, Bu.
Mintalah anak untuk mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum menggunakan masker, dan hindari menyentuh bagian depan masker. Bila tak sengaja menyentuh, Ibu bisa berikan hand sanitizer agar anak dapat membersihkan tangannya. Bila bepergian lebih dari 4 jam, bawalah masker cadangan juga untuk anak. Ajarkan juga cara melepaskan masker agar tetap aman terhindar dari virus.
Keberadaan masker kain saat ini bukan hal yang sulit ditemukan. Maka, sangat penting untuk kembali mengingatkan masyarakat bahwa menghemat masker bedah dan masker N95 adalah kebutuhan mendesak yang saat ini diutamakan untuk digunakan oleh para tenaga kesehatan. Itu pun dengan tetap memperhatikan aturan pakai masker sesuai dengan prosedur.
Jika dipikir lebih jauh, masih banyak pedagang nakal yang gemar memanfaatkan keadaan. Demi meraup untung, banyak produsen masker kain yang membuat maskernya kurang baik, sehingga efektivitasnya dalam menahan droplet dari pengguna atau dari luar pengguna menjadi turun. Berikut beberapa tips yang bisa Ibu coba saat memilih masker kain:
Pilih masker kain yang menutup sempurna sisi atas, samping dan bawah wajah agar tidak ada celah kemungkinannya virus bisa masuk.
Masker kain yang dijuak di pasaran kebanyakan hanya terbuat dari 2 lapis kain. Tambahkan lagi tisu di dalam masker untuk menjadikannya 3 lapis, seperti masker bedah.
Pilih masker dengan bahan kain yang tidak membuat pemakainya kesulitan bernapas.
Cobalah melakukan eksperimen meniup api saat menggunakan masker kain. Bila api gagal ditiup, maka masker kain yang digunakan sudah tepat. Tetapi bila api dengan mudahnya padam, maka lapisan dari masker kain tersebut kurang baik efektivitasnya dalam menahan droplet. Perlu diketahui bahwa eksperimen serupa dengan menggunakan masker bedah terbukti nyala api tidak padam.
Nah, bagaimana jika Ibu ingin membuat masker kain sendiri? Tentu bisa lho, Bu. Centers for Disease Control and Prevention bahkan memberikan beberapa tips untuk membuat masker kain sendiri di rumah tanpa mesin jahit.
Masker Saputangan (model earloop)
Siapkan saputangan berbentuk segi empat yang cukup lebar;
Lipat menjadi setengah;
Lipat lagi bagian bawah ke tengah dan bagian atas ke tengah;
Masukkan karet rambut besar di kedua sisi kanan dan kiri, beri jarak sekitar 10-15 cm;
Lipat sisi samping kiri ke arah dalam, lakukan hal yang sama untuk yang kanan;
Masukkan hasil lipatan kanan, ke lubang di dalam lipatan sisi kiri; dan
Masker siap dikenakan. Dapat diselipkan tisu lagi di dalamnya, ya.
Masker Baju Bekas (model hijab)
Ambil kaus bekas, ukur sekitar 20 cm dari ujung bawah kaos.
Gunting dari setinggi tanda tersebut.
Hasil guntingan kaus nantinya yang akan kita gunakan sebagai masker.
Beri tanda 15 cm dari ujung samping kanan kaus. Lakukan untuk sisi bawah dan atas. Kita sebut ini titik A atas dan A bawah.
Beri tanda 1 cm dari sisi atas kaus dan 1 cm dari sisi bawah kaus. Kita sebut titik ini B atas dan B bawah.
Gunting dengan arah B atas ke A atas
Gunting lagi dari A atas ke A bawah
Gunting lagi dari A bawah ke B bawah.
Masker sudah langsung jadi dan bisa digunakan, atau gunting terlebih dahulu bagian talinya agar mudah mengikatnya ke kepala.
Penggunaan masker kain baik beli jadi atau membuat sendiri harus tetap memperhatikan kaidah dan aturan pakai masker yang telah ditentukan secara global ya. Jangan sampai keteledoran kita justru tidak melindungi kita dari penyebaran virus. Jaga kesehatan dan tetap di rumah aja ya!
(Dwi Ratih)