Dikenal Sebagai ‘Puber Kedua’, Ladies Yuk Ketahui Gejala Perimenopause!

Memasuki usia yang matang antara 45-55 tahun, para wanita tentu akan mengalami menopause. Hal ini merupakan proses transisi yang wajar terjadi pada tiap wanita, yang ditandai dengan berhentinya menstruasi.
Karena sudah tak lagi menstruasi, hal ini membuat indung telur atau ovarium pun otomatis berhenti memproduksi sel telur. Sehingga kemungkinan mengalami kehamilan sudah tidak akan terjadi lagi.
Namun, sebelum memasuki masa menopause para wanita biasanya akan mengalami beberapa tanda dan transisi yang dikenal dengan perimenopause. Kondisi ini memungkinkan wanita mengalami berbagai gejala fisik, termasuk siklus menstruasi yang mulai nggak teratur atau nggak menstruasi sama sekali dalam sebulan.
Perimenopause pun konon dapat terjadi sekitar 4-10 tahun jelang masa menopause. Perimenopause pun tak jarang sering diartikan sebagai ‘puber kedua’, benar nggak, ya?
Apa itu perimenopause?
Jika dikutip dari Johns Hopkins Medicine perimenopause merupakan masa transisi menjelang menopause. Mirip seperti menopause, perimenopasue seringkali ditandai dengan perubahan siklus menstruasi, disertai gejala fisik dan emosional lainnya.
Masa ini dapat berlangsung selama 4 hingga 10 tahun. Perimenopasei berlangsung, kemungkinan besar membuat ovarium lebih jarang melepas sel telur, menyebabkan seorang wanita juga jarang menstruasi.
Selain itu, gejala perimenopause membuat tubuh lebih sedikit memproduksi hormon estrogen dan hormon lainnya. Akibatnya membuat wanita menjadi kurang subur, cenderung memiliki siklus menstruasi yang lebih pendek dan tidak teratur.
Nggak jarang, seorang wanita mungkin mengalami perubahan hormon dan gejala seperti yang hendak menstruasi. Saat hormon estrogen rendah, kita mungkin mengalami hot flashes atau keringat di malam hari. Meski terdengar mengkhawatirkan, namun sejatinya fase ini sangat normal terjadi dalam hidup tiap wanita.
Perbedaan antara perimenopause dan menopause
Yes! Walau sekilas gejalanya tampak sama, namun sebenarnya perbedaan antara perimenopause dan menopause terletak di awal dan akhir masa transisi. Para ahli dari Cleveland Clinic memaparkan, usia rata-rata wanita mengalami perimenopasue dapat dimulai sejak pertengahan usia 30-an atau paling lambat pada pertengahan usia 50-an.
Sebagian wanita mengalami perimenopause hanya dalam waktu singkat, sementara yang lain mengalaminya selama beberapa tahun. Meskipun siklus menstruasi tidak dapat diprediksi dan kadar hormon menurun, seorang wanita masih memiliki kemungkinan untuk hamil selama masa perimenopause.
Mengenai perbedaan antara perimenopause dan menopause sendiri, terletak pada masa transisinya. Perimenopause adalah masa transisi yang berakhir pada menopause.
Sementara menopause berarti periode yang menandakan bahwa menstruasi seorang wanita telah berakhir. Jika seorang wanita tidak mengalami siklus menstruasi selama 12 bulan berturut-turut, berarti ia telah resmi memasuki masa menopause.
Gejala-gejala perimenopause dan menopause sendiri juga hampir mirip. Sayangnya pada gejalanperimenopause sendiri, sering disalah artikan sebagai puber kedua pada wanita. Beberapa gejala yang muncul biasanya seperti:
- Muncul perubahan pada siklus menstruasi
- Merasakan sensasi panas di seluruh tubuh, terasa gerah dan sering berkeringat di malam hari meski udara di ruangan dingin
- Mengalami gangguan tidur
- Moody
- Migrain dan sakit kepala hebat
- Vagina menjadi kering dan terasa nggak nyaman ketika berhubungan intim
- Payudara terasa nyeri, mirip seperti gejala PMS.
Cara mengatasi gejala perimenopause, bisa dilakukan dengan terapi
Perimenopause merupakan proses alami yang nggak dapat dihindari oleh tiap wanita. Namun, tiap wanita mungkin akan mengalami gejala yang berbeda-beda.
Terkadang, gejala perimenopause ini memang sering mengganggu aktivitas harian mereka. Bahkan pada beberapa kasus ada pula yang mengalami komplikasi akibay gejalanya yang lebih berat.
Oleh sebab itu, dikutip dari Mayo Clinic dibutuhkan terapi khusus untuk mengatasi gejala perimenopause yang mengganggu. Terdapat berbagai macam terapi yang dapat dipilih sesuai gejala, seperti terapi hormon, terapi obat antidepresan hingga yang paling mudah adalah mengubah gaya hidup lebih sehat.
Untuk membuat wanita lebih nyaman saat berhubungan intim, para ahli juga menyarankan melakukan terapi estrogen vagina. Estrogen dapat diberikan langsung ke vagina menggunakan tablet, cincin, atau pelumas vagina.
Terapi hormon untuk perimenopause ini dapat melepaskan sedikit hormon estrogen, yang diserap oleh jaringan vagina. Ini dapat membantu meredakan vagina yang kering, ketidaknyamanan saat berhubungan seksual, dan beberapa gejala terkait gangguan saluran kencing.
Mulai sekarang, nggak perlu khawatir lagi dalam menghadapi perimenopause ya Bu. Tiap wanita pasti akan mengalami transisi tersebut, tetap semangat dan pastikan kebutuhan gizi terpenuhi setiap hari agar Ibu tetap bisa beraktivitas normal seperti sediakala.