Polio Di Aceh Ditetapkan Sebagai KLB, Kenali Lebih Jauh Tentang Penyakit Ini!
Kasus polio di Aceh kembali menjadi salah satu momok yang cukup menakutkan bagi anak-anak di Indonesia. Kemenkes sendiri mengatakan anak berusia 7 tahun di Kabupaten Pidie, Aceh yang terkena polio tersebut tidak pernah mendapatkan vaksin. Kondisinya saat ini diketahui telah mengalami kelumpuhan di pada kaki di bagian sebelah kiri.
Padahal sejak tahun 2006 yang lalu, negara kita dikatakan telah berhasil memberantas polio yang disebabkan oleh virus polio liar. Penyakit polio dapat menyebabkan kelumpuhan bagi pasiennya. Bahkan bisa mengakibatkan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus tersebut.
Polio diketahui juga bisa menyerang siapapun, namun yang paling banyak ditemukan adalah pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Nggak jarang, pada awal abad ke 20 yang lalu, kelumpuhan akibat polio ini bahkan menjadi penyakit yang sangat ditakuti di negara-negara industri, termasuk Indonesia.
Lalu sebenarnya apa sih penyebab polio lainnya yang perlu orang tua ketahui? Apakah penyakit ini bisa menular? Bagaimana cara mencegah penyakit polio? Selengkapnya simak ulasan berikut ya Bu!
Apa itu penyakit polio?
Dikutip dari website Kemenkes RI polio merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Penyakit ini bisa menyebabkan kelumpuhan dan kerusakan saraf motor pada tubuh manusia.
Virus polio yang umum ditemukan dapat berupa virus polio vaksin/sabin polio liar/WPV (Wild Poliovirus) dan VDPV (Vaccine Derived Poliovirus). Nah, ketika penderitanya didiagnosa dengan virus jenis VDVP, maka kelumpuhan tidak dapat dihindari lagi. Apalagi virus jenis ini bisa bermutasi lebih cepat.
Lalu, bagaimana cara penularan polio? Virus polio bisa dikategorikan sebagai penyakit yang menular. Bisa terjadi akibat kontak dari penderita ke orang lain melalui mulut, kemudian virus akan berkembang biak di usus. Virus ini akan sangat mudah berkembang biak pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk.
Nggak hanya itu, polio juga bisa menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses penderita. Bahkan melalui lalat yang secara pasif juga bisa memindahkan virus tersebut dari feses penderita ke makanan.
Kebanyakan orang yang terinfeksi virus ini nggak bergejala. Mereka juga tidak akan menyadari bahwa mereka sudah terinfeksi virus ini. Apalagi orang tanpa gejala ini bisa saja tanpa sadar telah menyebarkan virus polio ke ribuan orang lain, lho!
Bagian tubuh yang diserang polio
Secara keseluruhan polio merupakan penyakit yang amat sangat jarang terjadi. Sehingga jika ada satu kasus yang muncul di sebuah negara yang sudah lama bebas polio, dapat digolongkan sebagai kejadian luar biasa alias KLB.
Melansir Center for Disease Control and Prevention (CDC) polio memang tergolong penyakit yang tidak memiliki gejala sama sekali. Namun, orang tua perlu waspada dan curiga ketika anak tiba-tiba merasa lemas dan tidak bergairah dalam beraktifitas.
Apalagi, beberapa bagian tubuh yang diserang polio sejatinya sangat khas. Diantaranya adalah:
- Tenggorokan sakit
- Demam
- Kelelahan dan membuat tubuh lemas
- Sakit perut
- Kehilangan nafsu makan
- Mual
- Kepala terasa sakit
- Otot menjadi lemah
- Bagian kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku dan sakit
- Kehilangan refleks tubuh
- Sulit menelan
- Kesulitan bernapas
- Pada kondisi yang lebih serius bisa menyebabkan paralysis dan meningitis atau kelumpuhan otak.
Ketika gejala khas seperti ini muncul pada beberapa bagian tubuh pasien, pada akhirnya nasib pasien akan berakhir pada kelumpuhan. Apalagi perlu diketahui bahwa, penyakit ini tidak ada obatnya. Obat-obatan yang ada kemungkinan hanya akan berfungsi untuk meringankan gejala dan tidak bisa mengobati kelumpuhan secara permanen.
Lalu, bagaimana cara mencegah terjadinya penyakit polio?
Vaksinasi polio adalah jawaban yang tepat untuk mencegah terjadinya penyakit polio. Apalagi, melansir Mayo Clinic bukan tidak mungkin penyakit ini juga bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.
Untuk itu, vaksinasi polio sangat penting untuk digencarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Nggak perlu khawatir ya Bu, sebab vaksinasi polio dianggap sangat aman dan efektif untuk mencegah. Vaksin polio bisa dilakukan secara oral (OPV) dan vaksin polio yang tidak aktif (IPV).
Para ahli mengatakan sebaiknya vaksinasi polio dilakukan sebanyak 4 kali agar lebih efektif dalam mencegah virus tersebut. Polio bisa diberikan pada anak mulai usia:
- 2 bulan
- 4 bulan
- Antara 6 bulan hingga 18 bulan
- Antara umur 4 tahun hingga 6 tahun, terutama ketika si kecil sudah mulai masuk sekolah.
Vaksin polio yang diberikan secara bertahap juga dapat melindungi seorang anak seumur hidup dari virus ini. Jadi, usahakan agar vaksinasi polio anak sudah benar-benar lengkap ya Bu!
Selain itu, tindakan pencegahan polio lainnya juga dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan. Terutama dalam hal sanitasi ketika buang air besar di jamban atau tinggal di lingkungan yang tidak bersih.
Perawatan pasien polio
Biasanya untuk perawatan pasien polio, dokter akan fokus untuk memastikan pasien merasa nyaman, dan mencoba mencegah masalah kesehatan lainnya. Melansir WebMD beberapa perawatan pasien polio biasanya meliputi:
- Pemberian obat pereda nyeri (seperti ibuprofen)
- Memberikan alat bantu napas seperti ventilator
- Terapi fisik untuk merangsang otot dan pemberian obat antispasmodic untuk mengendurkan otot-otot dan meningkatkan mobilitas
- Pasien diminta untuk banyak beristirahat di tempat tidur
- Memberikan obat antibiotik untuk infeksi saluran kemih
- Terapi fisik berupa pemberian bantalan pemanas untuk nyeri otot dan mencegah kejang
- Melakukan rehabilitasi paru untuk membantu mencegah komplikasi
- Memberikan alat bantu mobilitas seperti tongkat, kursi roda, atau skuter listrik.
Perlu diingat, meski semua hal ini dapat meningkatkan mobilitas, tapi tidak dapat mengobati kelumpuhan polio secara permanen. Biasanya tata laksana kasus lebih ditekankan pada tindakan untuk pencegahan terjadinya cacat.
Tujuannya agar gerak tubuh bisa kembali berfungsi senormal mungkin. Pasien juga biasanya akan disarankan melakukan dirawat inap selama minimal 7 hari atau sampai penderita melampaui masa akut.