Serba-Serbi Tindik Telinga Pada Bayi, Adakah Risikonya?
Tindik telinga pada bayi perempuan adalah hal lumrah yang dilakukan orang tua di Indonesia. Biasanya, sejak baru lahir, orang tua disarankan untuk menindik telinga bayi agar jenis kelamin bayi lebih mudah dikenali. Mengingat wajah bayi yang masih sering berubah dan belum menampakkan ciri khas sesuai jenis kelaminnya, tindik telinga pun dilakukan. Selain itu, bagi masyarakat Indonesia, tindik telinga bayi juga dilambangkan sebagai hadiah menyambut kelahiran bayi. Hal ini merujuk pada perhiasan yang dipakai pada telinga. Karena biasanya orang tua di Indonesia memakaikan anting bayi dari emas.
Waktu Tepat untuk Tindik Telinga Bayi
Photo source: BabySparks
Menurut laman Fatherly, tindik telinga bayi sebaiknya dilakukan saat bayi telah berusia 2 bulan. Sedangkan Healthline menyebutkan untuk menindik telinga bayi pada usia sekitar 4 bulan. Ada alasan dibalik ini semua, lho. Pada usia lebih dari 2 bulan dan kurang dari 5 bulan, bayi sudah mendapatkan vaksin tetanusnya. Selain itu, karena bayi yang masih sangat muda belum bisa mengidentifikasi di mana letak rasa sakit yang ia rasa, maka ini akan lebih aman untuk anting bayi dan bekas tindikan.
Di usia 5 hingga 6 bulan, bayi sudah mengenali letak rasa sakit, gatal, atau tidak nyaman, sehingga kemungkinan bayi akan menarik-narik telinganya. Tentunya ini berbahaya bagi lubang tindikan yang masih baru untuk mengalami infeksi dan anting bayi juga kemungkinan justru melukai telinga. Namun, ada orang tua yang meyakini bahwa tindik telinga adalah salah satu keputusan yang perlu didiskusikan bersama anak. Orang tua ini lebih memilihi untuk menunggu anak lebih besar dan mendiskusikan kapan mereka ingin tindik telinga.
Di mana sebaiknya menindik telinga bayi?
Photo source: New York Post
Tindik telinga untuk bayi sebaiknya dilakukan oleh dokter, perawat, bidan atau ahli yang menjamin kesterilan alat tindik. Tindik telinga sebaiknya tidak dilakukan sendiri, apalagi dengan cara manual yang meningkatkan risiko alergi. Selain berbahaya, jika tindik telinga tidak tepat dilakukan dapat memicu perdarahan berlebih.
Risiko yang Mungkin Muncul Saat Tindik Telinga
Photo source: Codedfilm
Tindik telinga memiliki risiko. Pada intinya, tindak telinga membuat lubang yang akan harus melukai cuping telinga. Membuat luka berarti membuka risiko infeksi. Infeksi saat tindik telinga terjadi bisa karena alat yang digunakan menindik tidak steril, adanya kuman yang masuk ke luka, atau parahnya reaksi terhadap anting bayi. Reaksi terhadap anting bayi sendiri dikategorikan sebagai alergi.
Bayi bisa saja alergi terhadap jenis logam tertentu. Biasanya, emas murni lebih aman digunakan karena minim reaksi alergi. Sedangkan emas dengan kadar karat dibawah 20 lebih tinggi risiko alerginya. Emas pada kadar karat tersebut dicampur dengan nikel, di mana nikel sendiri dapat memicu alergi pada bayi. Alergi yang tidak tertangani pun selanjutnya dapat menjadi infeksi.
Selain infeksi dan alergi, risiko yang mungkin muncul saat tindik telinga adalah keloid. Tidak menyangka ada risiko ini kan, Bu? Pada bayi yang memiliki sejarah keluarga mengalami keloid, segala bentuk luka sebaiknya dihindari. Termasuk didalamnya tindik telinga. Dilansir dari laman Healthline bahwa ada sebuah studi yang menemukan bahwa keloid saat tindik telinga rata-rata muncul di usia lebih dari 11 tahun. Jika kembali merujuk pada waktu terbaik menindik telinga, memang sebaiknya dilakukan sebelum anak mencapai usia 11 tahun.
American Academy of Pediatrics (AAP) menyebutkan satu lagi risiko yang mungkin terjadi. Yaitu kemungkinan tertanamnya anting ke dalam cuping telinga. Cuping telinga adalah bagian tubuh yang berdaging. Bila cuping telinga tebal, maka bisa saja anting jadi tertanam dan malah muncul kemerahan.
Memilih Anting Bayi
Photo source : today.com
Dalam pemilihan anting bayi, perlu diingat bahwa logam selain emas dapat bereaksi dengan kulit. Sehingga sebisa mungkin orang tua sebaiknya memilih emas sebagai anting. Selain itu, model anting juga perlu diperhatikan. Gunakan model anting yang tidak mudah lepas. Anting yang lepas berisiko hilang bahkan tertelan oleh bayi. Baiknya memilih anting model tusuk dengan ujung belakang berpenutup tumpul atau berbentuk loop. Anting bentuk kaitan lebih rentan lepas karena kaitannya sangat kecil. Risiko tertusuk pun masih ada pada bentuk anting ini.
Perawatan Tindik Telinga
Photo source: metro.co.uk
Tindik telinga aman dilakukan dan minim risiko jika penanagannya tepat dan perawat setelah tindik juga tepat. Lakukan langkah berikut ini ya, Bu.
- Oleskan antibiotic pada bekas tindikan di kedua sisi. Ini berguna untuk mencegah infeksi bakteri.
- Putar perlahan anting bayi 2 kali dalam sehari. Jika anting tidak bisa diputar, artinya ada luka pada bekas tindikan. Luka ini bahkan meningkatkan risiko infeksi.
- Hindari mengganti anting bayi sebelum 4 hingga 6 minggu.
- Jika Ibu atau Ayah ingin menyentu bekas tindikan, sebaiknya cuci tangan dengan bersih terlebih dahulu untuk mencegah kontaminasi bakteri.
Jika sudah melakukan perawatan yang tepat tetapi muncul kemerahan, bengkak, disertai demam pada bayi, artinya ada masalah pada tindik telinga. Segera temui dokter untuk memeriksa bekas tindikan.
Keputusan untuk menindik telinga bayi ada dikembalikan kepada orang tua. Jangan sampai karena harus menuruti petuah orang yang lebih tua atau mengikuti tren saja, orang tua bayi jadi abai terhadap keamanan proses tindik telinga.
Penulis: Mega Pratidina Putri
Editor: Dwi Ratih