Ibupedia

Skrining Tiroid, Cegah Bayi Alami Gangguan Tumbuh Kembang

Skrining Tiroid, Cegah Bayi Alami Gangguan Tumbuh Kembang
Skrining Tiroid, Cegah Bayi Alami Gangguan Tumbuh Kembang

Ketika bayi baru lahir, ternyata ada banyak sekali jenis pemeriksaan yang sebenarnya wajib kita lakukan, lho! Salah satu jenis pemeriksaannya adalah skrining tiroid pada bayi.

Yes! Skrining tiroid jadi salah satu pemeriksaan yang nggak boleh dilewatkan ya, Bu. Tujuannya, untuk mengetahui apakah si kecil mengalami kekurangan hormon tiroid atau tidak.

Kekurangan hormon tiroid bagi bayi sendiri, sebenarnya cukup fatal. Bahkan, bisa menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak yang lebih serius.

Apalagi, fungsi hormon tiroid ini punya peran penting bagi bayi. Salah satunya adalah, mengatur metabolisme tubuh dan memastikan fungsi jantungnya berjalan dengan baik.

Untuk itu, skrining tiroid kongenital atau kelainan bawaan ini sangat penting. Kapan sebaiknya skrining tiroid dilakukan? Simak penjelasannya berikut ini, yuk!

Mengenal hormon tiroid lebih dalam


Hormon tiroid ternyata punya peran yang sangat penting dalam tubuh manusia. Mengutip dari Cleveland Clinic hormon tiroid atau TSH (thyroid stimulating hormone) adalah, hormon yang bertanggung jawab untuk mengendalikan metabolisme tubuh manusia.

Pada bayi, hormon tiroid ini sangat penting untuk perkembangan otak dan tumbuh kembang tubuh bayi. Sebenarnya, tiroid sendiri merupakan sebuah kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu yang diproduksi oleh kelenjar pituitari di otak, yang kemudian berperan membantu mengatur kelenjar tiroid.

Hormon tiroid ini nantinya juga berfungsi membawa pesan melalui darah ke organ, otot, dan jaringan lain. Sinyal-sinyal ini memberi tahu tubuh apa yang saja hal yang harus dilakukan dan kapan harus bergerak.

Dikutip dari American Academy Family Phsysician skrining tiroid kongenital pada bayi, disarankan dilakukan pada 48-72 jam setelah lahir. Biasanya, akan dilakukan melalui mengambilan sampel darah bayi, yang diambil dari tumit.

Untuk nilai normal kadar TSH ketika melakukan skrining tiroid pada bayi baru lahir adalah kisaran 20-40 mUTSH/L. Biasanya, bayi baru lahir dinyatakan positif jika kadar TSH ≥ 20 mU/L.

Kalau kondisinya seperti ini, biasanya perlu dilakukan pemeriksaan ulang. Jika hasil selanjutnya menunjukkan TSH ≥ 20 mU/L dan kadar FT4 (darah) turun atau < normal, maka bayi bisa dinyatakan mengalami hipotiroid kongenital primer.

Tinggi rendahnya kadar tiroid tersebut, tetap harus melakukan konsultasi ke dokter spesialis endokrinologi anak. Tujuannya, untuk mengetahui terapi apa yang nantinya dibutuhkan, jika memang hasil skrining tiroid pada bayi ini menunjukkan angka yang tidak normal.

Apa itu hipotiroid?


Skrining tiroid pada bayi ini menjadi sebuah pemeriksaan yang cukup penting, demi keberlangsungan hidup si kecil kelak. Tapi, bagaimana jika skrining tiroid yang dilakukan menunjukkan hasil positif?

Sebelumnya, kenali terlebih dahulu yuk apa itu hipoteriod. Jadi, jika melansir Kids Health hipotiroid merupakan kondisi ketika kelenjar tiroid menjadi kurang aktif, yang berakibat tidak bisa menghasilkan cukup banyak hormon penting.

Kondisi ini, bikin tubuh bayi lebih lambat dalam menggunakan energi. Bahkan, mengakibatkan aktivitas kimiawi (metabolisme) dalam sel tubuh bayi jadi melambat.

Ada banyak penyebab yang memicu gangguan tiroid yang satu ini. Biasanya, akibat kelainan kelenjar, yang menyebabkan kelenjar tidak maksimal dalam menghasilkan hormon tiroid.

Selain itu, faktor kehamilan saat Ibu kekurangan zat yodium juga berperan penting mengakibatkan bayi mengalami hipotiroid. Tidak aktif menyusu, jadi tanda yang cukup khas ketika bayi mengalami hipotiroid. Tanda lainnya adalah:

  • Kadar bilirubin bayi di atas 5mg/dL, mengakibatkan bayi alami kuning. Pada beberapa kasus akibat skrining tiroid bayi yang positif, bahkan kuning pada bayi ini bisa jadi tak kunjung membaik
  • Lambat dalam bergerak atau sekadar menggerakan tangan dan kaki
  • Lidah terlihat membesar dan melebar melebihi ukuran normal, ketika menyusu bayi juga seringkali mudah tersedak
  • Pusar bayi terlihat menonjol
  • Kulit bayi tampak kering, mirip eczema
  • Bayi tampak lebih mudah kedinginan.

Apakah hipotiroid pada bayi bisa disembuhkan?


Menurut data global dari Kementerian Kesehatan RI sebanyak 1:3.000 kelahiran, menunjukkan bahwa 1.500 dari 4,4 juta bayi baru lahir Indonesia diperkirakan, lahir dengan hipotiroid kongenital. Itulah pentingnya skrining tiroid pada bayi yang perlu dilakukan dengan segera setelah lahir.

Lalu bisakah bayi dengan hipotiroid disembuhkan? Sebenarnya, hipotiroid ini nggak bisa disembuhkan secara total ya, Bu.

Namun, Kemenkes mengungkapkan, jika bayi melakukan skrining tiroid dan gangguan hipotiroid ini diketahui secara dini, maka harus segera dilakukan tindak pengobatan. Pengobatan sebaiknya juga dilakukan dengan segera, yakni tak lebih dari 1 bulan setelah lahir.

Dikutip dari Healthy Children, biasanya, hipotiroid kongenital diobati dengan memberikan obat hormon tiroid dalam bentuk pil yang disebut levothyroxine. Beberapa bayi mungkin juga membutuhkan terapi obat ini seumur hidup.

Levothyroxine harus dihancurkan dan diberikan sekali sehari, dicampur dengan sedikit air, susu formula, atau ASI dengan menggunakan pipet. Tentunya, hal ini juga harus dilihat berdasarkan kondisi bayi, yang dilakukan oleh spesialis endokrin anak.

Dokter juga akan melakukan skrining tiroid kongenital, untuk mengetes fungsi tiroid secara berkala. Supaya nantinya dosis obat dapat disesuaikan dengan baik seiring pertumbuhan bayi.

Nggak perlu khawatir, terapi obat yang dilakukan sengaja dibuat mirip seperti hormon tiroid yang dibutuhkan tubuh bayi. Nantinya, obat ini akan bermanfaat untuk mengganti apa saja yang hilang akibat kekurangan hormon tiroid.

Secara umum, efek samping hanya terjadi jika dosisnya terlalu tinggi. Itulah mengapa, dokter perlu melakukan screening tiroid pada bayi dengan hipotiroid secara berkala.

Efek samping hipotiroid pada bayi jika tidak segera diobati


Untuk mengobati hipotiroid pada bayi, Ibu perlu melakukannya dengan segera di usia emasnya. Jika terlambat sedikit saja, hal ini dapat menimbulkan berbagai efek seperti;

  • Pertumbuhan bayi tidak normal, bayi rentan memiliki tubuh pendek atau cebol
  • Biasanya akan mengalami perubahan wajah, dengan kondisi cukup khas dialami pengidap hipotiroid kongenital. Misalnya seperti, muka sembab, bibir yang cenderung tebal, dan hidung yang terlihat pesek
  • Bayi rentan mengalami gangguan kecerdasan atau memiliki emotional quotient (EQ) atau intelligence quotient  (IQ) yang rendah
  • Terkadang juga bisa mengakibatkan bayi kesulitan berbicara atau menyusun kata.

Bahkan, yang lebih parahnya lagi, bayi juga rentan mengalami keterbelakangan mental yang dapat berpengaruh pada kehidupannya kelak. Itulah mengapa, skrining tiroid pada bayi nggak boleh ditunda ya, Bu!