Terdeteksi Di Singapura! Fakta Terbaru Cacar Monyet Yang Perlu Diwaspadai
Belum selesai dengan varian baru Covid-19 yang belakangan muncul, kini terdapat penyakit baru yang perlu kita waspadai yakni cacar monyet (monkey pox). Penyakit cacar monyet adalah penyakit infeksi langka yang disebabkan oleh hewan liar.
Penyakit ini pada umumnya ditemukan di Afrika atau negara-negara dengan tingkat kesadaran akan kebersihan yang rendah. Namun, belakangan ini cacar monyet mulai ramai diperbincangkan usai menyebar di kawasan Eropa, Amerika Serikat, dan Australia.
Negara lain yang sudah melaporkan wabah kasus cacar monyet sendiri di antaranya adalah Inggris, Spanyol, Italia, Amerika Serikat, dan Australia. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa cacar monyet dapat menyebar akibat hubungan seks sesama jenis.
Akan tetapi para ilmuwan masih terus meneliti hal tersebut lebih dalam. Meskipun cacar monyet belum sampai ke Indonesia, sayangnya Singapura sudah mengkonfirmasi adanya kasus cacar monyet di negaranya.
Untuk meningkatkan kewaspadaan kita akan bahaya cacar monyet, berikut adalah beberapa fakta terbaru cacar monyet yang perlu kita ketahui!
Cara penularan cacar monyet
Kasus cacar monyet terus menyebar ke seluruh negara Eropa dan Asia termasuk yang paling menghebohkan belakangan adalah negara Singapura telah melaporkan beberapa kasus. Hal ini membuat Indonesia patut mewaspadai gejala cacar monyet.
Mengingat jarak negara tetangga tersebut cukup dekat dengan negara kita. Melansir Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) cacar monyet atau monkey pox adalah virus zoonosis atau virus yang ditularkan ke manusia dari hewan liar.
Cacar monyet memiliki gejala yang persis seperti cacar air pada umumnya. Bahkan secara klinis gejalanya tidak terlalu parah.
Penyakit ini dikenal dan sudah mewabah sejak tahun 1958-1980-an di Afrika Tengah dan Barat. Pada awalnya penyakit ini muncul di dekat hutan hujan tropis, dan semakin sering muncul di daerah perkotaan.
Virus cacar monyet disebarkan oleh hewan pengerat, seperti tikus, mencit dan tupai. Untuk cara penularannya sendiri adalah melalui gigitan hewan liar tersebut yang menyentuh darah, cairan tubuh, bintik-bintik, lecet atau koreng seseorang.
Namun seseorang bisa juga tertular cacar monyet dengan memakan daging dari hewan yang terinfeksi yang belum dimasak dengan sempurna atau dengan menyentuh produk lain dari hewan yang terinfeksi.
Fakta-fakta terbaru cacar monyet
1. Cacar monyet muncul di Singapura
Melansir Pandemic Talks dalam satu minggu belakangan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencatat kasus terkonfirmasi cacar monyet (di luar negara endemik) 1.200 kasus di 30 negara.
Di Singapura sendiri penemuan kasus cacar monyet tersebut berasal dari turis asing yang transit di Bandara Changi pada minggu lalu. Turis asing tersebut diketahui melakukan perjalanan dari Barcelona dan pada 1 Juni 2022 dan tiba Bandara Changi. Kemudian ia melanjutkan perjalanan menuju Sydney di hari yang sama.
Kemudian pada 3 Juni, turis tersebut dinyatakan positif mengidap cacar monyet. Namun Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan karena kasusnya tidak masuk ke Singapura alias sang turis tidak berinteraksi dengan orang-orang di komunitas, sejauh ini belum ada risiko penularan ke komunitas yang lebih luas. Meski begitu negara tetangga termasuk Indonesia diminta untuk lebih waspada.
2. Gejala mirip cacar pada umumnya
Cacar monyet memiliki gejala yang mirip bahkan sama seperti cacar pada umumnya. Gejala tersebut meliputi:
- Ruam merah, terutama di mulut atau di sekitar alat kelamin atau anus
- Terdapat bintil yang berisi cairan
- Pasien mungkin mengalami gejala yang sama seperti flu
- Nyeri di dalam atau di sekitar anus dan rektum, pendarahan rektum atau merasa ingin buang air besar meskipun usus sudah kosong
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Sakit punggung
- Tubuh terasa tak nyaman
- Demam dan sakit kepala
- Nyeri otot
- Kesulitan menelan makanan.
3. Belum ada obatnya
Hingga saat ini, belum ada satu obat pun yang dapat benar-benar menyembuhkan cacar monyet. Penyakit ini umumnya tidak menyebabkan kematian dan pasien bisa sembuh sendiri dalam 2-4 minggu.
Meski begitu, cacar monyet tetap bisa dicegah dengan cara melakukan vaksinasi cacar (smallpox). Pasien cacar monyet juga disarankan untuk melakukan isolasi mandiri dan pemantauan khusus dari dokter untuk mencegah penyebaran penyakit.
4. Orang tua diminta tetap waspada
Meskipun sejauh ini kasus cacar monyet di dunia yang terkonfirmasi adalah orang dewasa, namun tidak menutup kemungkinan cacar monyet pada anak juga bisa terjadi ke depannya. Untuk itu, melansir Parents Jennifer McQuiston, D.V.M., M.S., yang merupakan wakil direktur Divisi Patogen dan Patologi Konsekuensi Tinggi di Centers for Disease Control and Prevention meminta orang tua untuk mewaspadai penyakit ini.
Meskipun cacar monyet pada bayi dan anak-anak sangat rendah. Apalagi cacar monyet ditularkan melalui kontak dekat yang berkepanjangan.
Namun, orang tua harus menyadari bahwa cacar monyet sudah menyebar secara global. Sehingga menjadi waspada itu perlu, tapi bukan berarti harus panik berlebihan.
Orang tua diminta untuk tetap waspada terhadap ruam atau gejala baru yang mungkin dialami oleh anak-anak. Jika hal tersebut terjadi jangan ragu untuk segera berkonsultasi ke dokter.
5. Waspada cara penularannya
Melansir Kids Health ada beberapa cara penularan cacar monyet yang penting untuk diketahui, di antaranya adalah:
- Melakukan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi dan terpapar melalui mata, hidung, mulut, air liur maupun darah.
- Dapat ditularkan melalui kontak langsung saat berhubungan seksual
- Menyentuh benda yang terkontaminasi virus seperti handuk, sprei, pakaian, dan lainnya.
- Melalui tetesan pernapasan
6. Ketahui cara pencegahannya
Meski risiko kematian cacar monyet cukup rendah, namun tindakan pencegahan penyakit ini harus tetap diketahui. Terlebih jika terdapat kasus cacar monyet pada anak. Berikut adalah tindakan pencegahan agar orang tua maupun anak-anak tidak tertular cacar monyet:
- Jika bergejala, segera lakukan isolasi mandiri dan konsultasi dengan dokter
- Hindari kontak kulit ke kulit atau tatap muka dengan siapapun yang bergejala
- Rajin mencuci tangan, mengelap benda dan permukaan yang sering disentuh
- Selalu gunakan masker, jika kamu termasuk risiko kontak dekat dengan pasien.
Editor: Atalya