Tes IQ, Bukan Patokan Kecerdasan Anak
Semakin tinggi hasil tes IQ anak, apakah artinya anak tersebut sangat cerdas?
Parents pasti sudah familiar dengan tes IQ. Seringkali, tes ini menjadi patokan kecerdasan anak. Tes IQ atau intelligence quotient, pertama kali dipublikasikan di Perancis oleh Alfred Binet pada tahun 1905. Tes IQ ini dilakukan guna mengetahui potensi intelektual seseorang.
Bahkan, sebagian sekolah menggunakan tes ini sebagai salah satu syarat masuknya. Tujuannya, untuk mengetahui kemampuan dan fasilitas pendidikan yang sesuai dan dibutuhkan oleh anak. Misalnya, jika hasil tes IQ anak ternyata di bawah 60, maka anak membutuhkan sekolah khusus.
Manfaat tes IQ lainnya, misalnya untuk membantu mengenali jika anak mengalami gangguan belajar, menilai kemampuan kognitif, penalaran, dan lain sebagainya. Dengan melakukan tes IQ, Ibu bisa mendukung proses belajar dan tumbuh kembang, serta bisa mengarahkan anak dengan lebih baik.
Ibu melihat kelebihan pada diri si kecil? Apakah si kecil termasuk dalam anak yang memiliki potensi besar? Anak yang memiliki bakat biasanya punya energi yang luar biasa, punya rasa ingin tahu yang tinggi, senang meneliti sesuatu dan menguasai lingkungan sekitarnya. Anak juga bisa berjalan, berbicara atau mencapai milestone lainnya lebih cepat dibandingkan dengan anak seusianya. Benarkah bakat dan kepintaran tersebut dapat dinilai dari tes IQ? Yuk simak penjelasannya!
Kapan Anak Bisa Melakukan Tes IQ Kecerdasan?
Jangan terburu-buru mencari tahu nilai IQ anak sejak dini, dilansir dari VeryWellFamily, tes IQ belum bisa diterapkan pada anak di bawah usia 2 tahun. Untuk melakukan tes IQ kecerdasan, anak sudah harus mampu berbicara.
Sementara itu, Ibu bisa membantu proses belajar anak, misalnya perbanyak membacakan buku, mengajak anak bernyanyi dan bermain, terutama permainan yang mengedukasi. Biarkan anak belajar memahami dan mengeksplor lingkungannya, yang penting, jangan memaksa anak untuk belajar.
Untuk anak yang sudah berbicara pun, anak usia dua hingga tiga tahun misalnya, tes IQ kecerdasan ini belum disarankan untuk dilakukan, karena hasilnya dikhawatirkan tidak akan akurat. Disarankan, setidaknya anak mencapai usia enam tahun untuk mengikuti tes ini dan ingat, ya, tes haruslah dilakukan oleh tenaga profesional.
Ibu bisa membantu melatih kecerdasan anak dengan teknik belajar sambil bermain, misalnya:
- Memotong dan menempel gambar (kertas).
- Kreatif menciptakan alat musik dari benda-benda yang ada di rumah. Misalnya mangkuk dan sendok.
- Permainan menghitung.
- Bermain puzzle.
- Bermain di alam bebas, mengenali benda-benda yang dilihatnya.
Contoh Tes IQ yang Pas untuk Anak-Anak
Salah satu jenis tes IQ kecerdasan yang bisa dicoba adalah WISC atau Wechsler Intelligence Scale for Children. Tes IQ ini dikembangkan pada tahun 1939 dan bisa digunakan pada anak sekitar usia delapan hingga 15 tahun. Tes WISC terdiri dari uji performa (misalnya mengatur dan melengkapi gambar) dan verbal (misalnya memahami kata). Tes ini memberikan informasi mengenai kecerdasan dan kemampuan kognitif anak dengan melihat pola responsnya terhadap tes-tes tersebut.
Ada beberapa area kognitif anak yang bisa diidentifikasi lewat tes IQ, yaitu:
1. Verbal comprehension
Kecakapan untuk memahami pengertian yang diucapkan dengan kata-kata, misalnya kemampuan berbahasa, menulis, membaca, dst.
2. Visual spasial
Kemampuan seseorang untuk memahami, memproses dan berpikir ke dalam bentuk visual. Contoh pengaplikasian kecerdasan ini misalnya menggambar.
3. Fluid reasoning
Atau yang disebut juga dengan fluid intelligence, adalah kemampuan untuk bernalar atau menyelesaikan tugas, terlepas dari pengetahuan apa pun di masa yang sudah lalu.
4. Working memory
Yaitu bagian dari ingatan jangka pendek yang penting dalam proses kognisi, karena di dalamnya terjadi proses seperti memasukkan, merawat, menyimpan serta menggabungkan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.
5. Processing speed
Kecepatan anak dalam menerima informasi, baik itu secara visual mau pun auditori.
Klasifikasi Skor WISC
Ada pun klasifikasi skor dari tes IQ kecerdasan WISC, yaitu:
- 130 – ke atas : tinggi dalam tingkat ekstrem
- 120-129 : sangat tinggi
- 110-119 : tinggi
- 90-109 : rata-rata
- 80-89 : di bawah rata-rata
- 70-79 : sangat rendah
- 69 ke bawah = keterbelakangan
Apakah hasil tes IQ akurat? Mengutip informasi dari situs Medical Daily, skor yang didapat dari tes IQ bukanlah penentu kecerdasan seseorang. Artinya, tes IQ belum bisa dikatakan akurat.
Ada pula beberapa hal yang bisa memengaruhi hasil tes IQ seseorang, di antaranya:
- Latar belakang pendidikan
- Nutrisi
- Budaya
- Lingkungan
- Kondisi kesehatan
Bahkan, hasil nilai tes IQ bisa saja berubah menjadi lebih tinggi atau pun lebih rendah jika anak melakukan tes ulang di kemudian hari. Hal yang bisa menjadi penyebabnya antara lain motivasi anak, atensi, ketertarikan dan kesempatannya terhadap kegiatan belajar.
Mengenai tes IQ ini, ada pendapat umum yang kurang tepat, yaitu semakin tinggi hasil tes IQ anak, maka artinya anak tersebut pintar. Sebaliknya, semakin rendah hasil tes IQ nya, anak tersebut dianggap bodoh. Lagi, hasil tes IQ bukanlah tolok ukur kecerdasan anak, ya, Bu.
Jika anak nyatanya mendapatkan hasil tes IQ tinggi, tidak serta-merta anak menyandang gelar ‘jenius’. Namun anak berpotensi punya kemampuan belajar yang lebih baik, dibandingkan dengan anak pada golongannya.
Itulah sekilas informasi mengenai tes IQ, semoga bermanfaat.
Editor: Atalya