Vulvovaginitis : Infeksi Vagina Pada Anak Perempuan
Bila anak perempuan Anda mengeluhkan rasa sakit atau menggaruk area genitalnya, kemungkinan ia mengalami vulvovaginitis, yakni peradangan pada vulva dan vagina. Vulvovaginitis merupakan masalah yang umum pada anak perempuan usia sekolah meski bisa terjadi pada usia berapapun.
Walaupun ada keterkaitan antara infeksi vagina dengan aktivitas seksual, anak perempuan kecil yang belum mencapai pubertas rentan mengalami vulvovaginitis karena hal yang tidak ada hubungannya dengan seks. Karena anak perempuan yang masih kecil belum memiliki rambut kemaluan atau lemak labia untuk perlindungan, bahan pakaian, zat kimia, sabun dan obat bisa dengan mudah menyebabkan iritasi kulit di area vulva. Bahkan benda asing bisa tersangkut di sana, kadang benda seperti tisu toilet dapat menyebabkan peradangan.
Tidak seperti wanita dewasa atau bayi baru lahir serta remaja, anak perempuan yang sedang tumbuh tidak memiliki estrogen untuk melindungi saluran vaginalnya, dan pH vaginanya tinggi, menjadi lingkungan subur untuk bakteri tumbuh. Atau anak belum bisa membersihkan dari depan ke belakang dengan baik. Meski muncul rasa sakit atau bau di area pribadinya, kondisi ini tidak serius kok Bun. Bahkan vulvovaginitis yang sering muncul tidak mempengaruhi kehidupan reproduksi anak di masa mendatang.
Gejala Vulvovaginitis
Sebelum anak mengeluhkan rasa sakit, Anda akan melihatnya menggaruk area selangkang atau duduk serta berjalan dengan cara yang tidak nyaman. Setelah itu ia akan memberitahu Anda kalau ia merasakan sakit, karena pada kebanyakan kasus vulva menjadi sangat teriritasi, jadi luka ini akan mengganggu tidurnya. Area genitalnya menjadi kemerahan dan mungkin bengkak.
Sering kali, meski tidak selalu, Anda melihat kotoran vaginal pada celana dalam anak. Kotoran ini, yang bisa encer atau kental, biasanya berwarna kuning atau hijau, tapi bisa juga kecoklatan. Apapun warnanya, baunya tidak enak. Pada kasus yang sangat jarang, kotoran juga mengandung darah. Anak merasakan sengatan ketika ia pipis. Ini akibat urin yang menyentuh kulit yang teriritasi. Bawa ke dokter bila putri Anda mengalami gejala ini.
Penyebab Vulvovaginitis
Ada banyak jenis vulvovaginitis, dan banyak juga penyebabnya, mulai dari duduk dengan pakaian basah hingga infeksi parasit. Penyebab serius, seperti tumor, sangat jarang. Vulvovaginitis lebih mungkin disebabkan oleh celana yang terlalu ketat. Berikut beberapa kemungkinan penyebab vulvovaginitis:
Ketidak-seimbangan bakteri. Vagina yang sehat dikerumuni oleh bakteri. Vulvovaginitis bisa terjadi ketika keseimbangan normal berbagai bakteri terganggu. Kultur lab dari kotoran anak bisa menunjukkan bakteri tertentu terlalu banyak. Alasan tepat untuk kelebihan pertumbuhan bakteri tidak diketahui, meski kadang keseimbangan terganggu karena antibiotik atau sentuhan area genital dengan tangan yang tercemar. Masturbasi sering juga jadi penyebabnya. Kadang vulvovaginitis bisa disebabkan oleh infeksi sekunder. Yakni, bila anak mengalami strep throat belakangan ini, bakteri strep bisa menjalar ke vagina dan menyebabkan gejala di sana. Pada vulvovaginitis yang disebabkan oleh strep, vulva berwarna merah terang dan biasanya terasa sakit.
Kebersihan. Jarak antara vagina dan anus tidak jauh, dan kemampuan anak membersihkan diri belum baik. Bila area ini tidak dijaga kebersihannya, E. coli dan bakteri lain dari saluran gastrointestinal bisa dengan mudah masuk ke bukaan vagina.
Posisi buang air kecil. Seperti kebanyakan anak perempuan, putri Anda mungkin buang air kecil dengan dua lutut merapat. Ini meningkatkan kemungkinan urin naik ke vagina dan menyebabkan infeksi.
Cacing kerawit. Parasit ini umum pada anak. Cacing kerawit biasanya bertelur di sekitar anus. Rasa gatal dan iritasi bisa menyebar ke vulva dan vagina.
Benda asing. Ceceran tisu toilet atau benda lain bisa masuk ke vagina, menyebabkan bau dan kotoran bahkan pendarahan.
Penyebab iritasi eksternal. Kadang cuaca panas dan pakaian yang ketat membuat kulit sensitif menjadi meradang. Sabun keras juga bisa menyebabkan kemerahan dan rasa gatal.
Jamur. Meski infeksi jamur umum pada wanita, bukan hal normal pada anak perempuan yang belum mengalami pubertas. Kecuali ia baru saja minum antibiotik yang bisa mengganggu keseimbangan bakteri di tubuh, masih menggunakan popok, atau bermasalah dengan sistem kekebalan tubuh. Putri Anda tidak mungkin mengalami jamur ini, yang menyebabkan kotoran putih kekuningan dan vulva yang merah dan meradang. Infeksi jamur kronis pada anak bisa jadi tanda diabetes.
Kekerasan. Anak yang tidak melakukan kontak seks dengan orang dewasa biasanya aman dari bakteri yang menular secara seksual yang menyebabkan vulvovaginitis. Bila kultur anak kembali positif untuk hal ini atau penyakit menular seksual lain, ia perlu dievaluasi untuk kekerasan seksual.
Adhesi labial. Bagian dalam bibir vagina menjadi menempel pada sekitar 2 persen anak perempuan hingga usia 6 tahun. Adhesi labial bukan kondisi yang serius, tapi bisa menyebabkan vulvovaginitis.
Kondisi kulit. Lichen sclerosis adalah kondisi kulit yang tidak umum dan bisa menyebabkan kulit sangat sensitif dan vulvovaginitis.
Penanganan Vulvovaginitis
Dokter akan bertanya tentang gejala yang dialami anak dan penyakit yang baru diderita serta pengobatannya, juga cara mandi dan pakaian yang ia kenakan. Dokter lalu memeriksa area genital anak. Mungkin ini terasa tidak nyaman bagi putri Anda, tapi tidak akan terasa sakit. Bila ada kotoran, dokter akan mengambilnya sebagai sampel.
Dokter akan mengobatai vulvovaginitis berdasarkan penyebabnya. Bila berubah jadi infeksi bakteri, putri Anda akan menerima antibiotik. Berdasarkan diagnosa, dokter akan merekomendasikan antibiotik topikal, krim anti jamur, krim hhydrocortisone, atau salep untuk mempercepat penyembuhan.
Pencegahan Vulvovaginitis
Berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi kemungkinan anak mengalami vulvovaginitis:
Ajarkan anak buang air kecil dengan dua lutut terpisah, untuk mencegah urin naik ke vagina. Ajarkan mencuci tangan dengan baik sebelum dan sesudah menggunakan kamar mandi.
Jaga area genital anak sebersih mungkin dengan memastikan anak membersihkan diri dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet.
Gunakan tisu toilet tanpa parfum, dan jangan gunakan produk berparfum.
Hindari sabun berformula keras. Jangan biarkan sabun batangan berada di bak mandi ketika anak berendam di air. Bila mencuci rambutnya di bak mandi, lakukan di akhir mandi agar ia tidak duduk di sekitar air bershampo untuk waktu yang lama. Jika anak sering mengalami vulvovaginitis, beralihlah menggunakan shower dan batasi penggunaan sabun di area genitalnya.
Pastikan ia benar-benar kering setelah mandi sebelum berpakaian.
Terapkan aturan berpakaian seperti tidak boleh memakai jeans ketat, celana dalam dari nylon, atau pakaian lain yang membatasi sirkulasi. Pilih pakaian dari katun yang longgar. Siapkan baju kering untuk ganti setelah ia berenang dan cuci pakaian dalamnya dengan deterjen ringan.
Jangan terlalu cemas Bun, vulvovaginitis adalah masalah yang biasa dan normal pada pertumbuhan anak perempuan. Beberapa anak merasa lebih baik dengan berendam di air cuka, tambahkan setengah gelas cuka putih pada bak mandi dan minta anak berendam selama 10 hingga 15 menit. Lakukan setiap hari selama beberapa hari dan lihat perkembangan kondisinya.
(Ismawati)