Ibupedia

Waspada Hidrokel: Pembengkakan di Area Testis Bayi!

Waspada Hidrokel: Pembengkakan di Area Testis Bayi!
Waspada Hidrokel: Pembengkakan di Area Testis Bayi!

Nama hidrokel mungkin masih asing di telinga sebagian orangtua. Namun ternyata, kondisi ini sering dialami bayi baru lahir yang berjenis kelamin laki-laki lo! Apa itu hidrokel? Seperti dikutip dari laman WebMD, hidrokel adalah pembengkakan yang terjadi di area skrotum atau suatu kulit tipis yang meliputi buah zakar.

Pembengkakan ini terjadi akibat adanya penumpukan cairan di dalamnya. Kondisi ini umum terjadi terutama pada bayi laki-laki yang baru lahir atau bayi yang lahir prematur. Meski begitu, siapapun yang memiliki skrotum tetap berpotensi mengalaminya, termasuk pria dewasa.

Hidrokel mungkin terdengar serius dan menyakitkan ya, Bu. Tapi faktanya kondisi ini termasuk normal, tidak menyakiti bayi, dan kemungkinan besar akan hilang dengan sendirinya setelah bayi berusia sekitar 1 tahun. Namun jika setelah usia tersebut masih ada benjolan di area testis anak, terlebih disertai dengan rasa nyeri, sebaiknya Ibu cepat-cepat menemui dokter. Bila Ibu ragu, Ibu pun juga bisa berkonsultasi ke dokter, sesaat setelah menyadari adanya benjolan di atas kemaluan bayi laki-laki.

Penyebab Penyakit Hidrokel


Dari penjelasan yang dilansir dari Mayo Clinic, hidrokel pada bayi bisa berkembang bahkan sejak bayi masih di dalam kandungan. Sebelum terbentuk sempurna, testis bayi akan berada di bagian perut, lalu lama kelamaan akan turun ke dalam skrotum atau kantung yang membungkus buah zakar, melalui celah antara rongga perut dan skrotum. Kantung tersebut berisi cairan sehingga testis yang turun ke sana juga akan dikelilingi cairan tersebut.

Biasanya celah antara rongga perut dan skrotum tadi akan menutup sesaat sebelum bayi lahir. Lalu cairan yang ada di dalam skrotum akan diserap oleh tubuh dan proses penyerapan ini berlangsung secara bertahap di tahun pertama kehidupan. Tapi kalau proses ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, bayi Ibu mungkin akan mengalami hidrokel. Sebenarnya ada dua jenis hidrokel, seperti yang dijelaskan di bawah ini:

Jenis-jenis Hidrokel


  • Hidrokel “tidak berkomunikasi” (non-communicating hydrocele)

    Hidrokel ini terjadi ketika celah menutup seperti seharusnya, namun tubuh bayi tidak menyerap cairan dengan baik.

  • Hidrokel “berkomunikasi” (communicating hydrocele)

    Hidrokel ini terjadi ketika celah tidak menutup dengan sempurna, sehingga cairan akan tetap mengalir dari rongga perut, atau bisa juga terjadi “arus balik” dari skrotum ke rongga perut kalau cairan di skrotum terlalu penuh. Kondisi ini biasanya dikaitkan dengan penyakit hernia inguinalis.

Maka dari itu, Bu, meski hidrokel pada bayi umumnya bukan masalah serius, tapi tetap ada kemungkinan ia berkembang jadi penyakit yang lebih serius terutama jika pembengkakan terjadi dalam jangka waktu sangat lama.

Berbeda dengan hidrokel yang dialami bayi, hidrokel pada orang dewasa bisa terjadi akibat dari cedera atau pembengkakan di dalam skrotum. Bisa juga karena adanya peradangan yang mungkin disebabkan oleh infeksi pada bagian dalam testis.

Tanda-tanda Penyakit Hidrokel pada Bayi


Mayoritas hidrokel tidak sakit. Satu-satunya gejala atau tanda yang bisa orangtua perhatikan adalah ketika salah satu atau kedua testis bayi laki-laki terlihat bengkak. Pembengkakan akibat hidrokel yang “tidak berkomunikasi” biasanya tidak mengalami perubahan ukuran. Sedangkan hidrokel yang “berkomunikasi” bisa membesar di siang hari, atau saat bayi menangis dan berubah posisi. Sebagian orangtua mungkin tidak menyadari adanya pembengkakan ini, namun dokter biasanya bisa meraba dan merasakan adanya area yang bengkak pada testis bayi.

Meski bayi tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan, Ibu mungkin tetap perlu menemui dokter anak untuk memastikan kalau kondisinya tidak disertai masalah kesehatan lain yang biasanya menyebabkan pembengkakan, seperti infeksi, tumor, atau hernia.

Diagnosis Dokter untuk Penyakit Hidrokel pada Bayi


Saat Ibu memutuskan membawa bayi Ibu ke dokter, mereka akan melakukan pemeriksaan fisik dengan memeriksa cairan dan tingkat kekenyalan skrotum. Dokter juga akan menyinari skrotum untuk melihat apakah ada cairan di sekitar testisnya. Pemeriksaan ini juga bertujuan untuk memastikan bayi tidak mengalami hernia. Dokter juga mungkin akan menyarankan bayi menjalani tes darah dan ultrasound untuk memastikan tidak ada hal lain yang menjadi penyebab terjadinya pembengkakan.

Perawatan dan Pengobatan untuk Penyakit Hidrokel pada Bayi


Hidrokel biasanya hilang dengan sendirinya sebelum bayi Ibu ulang tahun yang pertama. Jika tidak, atau malah semakin membesar, dokter anak mungkin akan merujuk ke dokter spesialis yang disebut ahli urologi. Tindakan operasi untuk mengangkat hidrokel atau yang dinamakan hidrokelektomi mungkin saja dianjurkan bila hidrokel masih ada ketika bayi sudah berusia di atas 1 tahun, dan membuat bayi rewel serta merasa nyeri.

Tindakan hidrokelektomi dilakukan dengan memberikan bayi obat bius agar area kelaminnya mati rasa. Namun dokter juga bisa saja merekomendasi bius total yang membuat bayi tertidur selama operasi berlangsung. Setelah obat bius bekerja, dokter ahli bedah akan membuat sayatan di skrotum atau perut bagian bawah. Lalu ia akan mengeluarkan cairan yang terdapat di dalamnya, dan menutup kembali kantung tersebut. Setelah selesai, anak Ibu kemungkinan bisa pulang di hari yang sama.

Hari-hari pertama pasca operasi, Ibu perlu menjaga area bekas operasi agar tetap bersih dan kering. Dokter dan perawat akan menunjukkan cara merawat luka bekas operasi supaya tetap steril sehingga proses penyembuhan berjalan lebih cepat. Setelah beberapa hari, dokter biasanya akan menganjurkan Ibu kembali ke rumah sakit untuk kontrol demi memastikan penyembuhannya berjalan sesuai yang diinginkan.

Risiko Komplikasi Penyakit Hidrokel


Hidrokel cenderung tidak berbahaya dan biasanya tidak memengaruhi kesuburan. Tapi hidrokel juga bisa jadi awal mula atau gejala penyakit yang menyebabkan komplikasi serius. Berikut ini beberapa risiko komplikasi akibat penyakit hidrokel:

  1. Infeksi atau tumor

    Kondisi ini lebih mungkin dialami pria dewasa. Infeksi atau tumor yang dipicu hidrokel ini kalau parah bisa memengaruhi produksi sperma dan kemampuannya untuk membuahi sel telur, lo. Artinya, pria yang memiliki kondisi ini sangat mungkin mengalami penurunan kesuburan.

  2. Hernia inguinalis

    Kondisi ini terjadi ketika jaringan lunak dalam tubuh (biasanya sebagian dari usus) menonjol dan menimbulkan benjolan di bagian yang lemah atau robek di area bawah perut dekat lipatan paha depan. Hal ini juga dapat memicu terjadinya pembengkakan di daerah selangkangan atau skrotum yang merupakan kantung dari testis. Tonjolan akan semakin terasa terutama ketika pengidapnya sedang batuk, membungkuk, atau mengangkat beban yang terlalu berat. Ia juga akan merasakan nyeri pada bagian yang bengkak.

Salah satu pengobatan penyakit ini yang paling umum adalah dengan prosedur pembedahan atau operasi. Bahkan operasi harus sesegera mungkin dilakukan, walau pengidapnya masih bayi sekalipun. Tindakan operasi hernia ini termasuk tindakan yang umum dilakukan oleh dokter ahli bedah, sehingga tingkat keberhasilannya pun tergolong tinggi.

Ada beberapa metode operasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi hernia inguinalis ini, di antaranya: herniorafi, herniotomi, hernioplasty, dan laparoskopi. Dokter akan mempertimbangkan tipe hernia yang diidap, usia pengidap, penyakit penyerta, serta banyak hal lain untuk memutuskan metode operasi mana yang bisa dipilih.

Metode Operasi Hidrokel Karena Hernia Inguinalis

  1. Herniorafi 

    Pasien yang tidak dalam kondisi gawat darurat, biasanya akan diminta puasa makan terlebih dahulu sejak seminggu sebelum jadwal operasi herniorafi ini dilakukan. Sebelum dokter melakukan tindakan herniorafi, pasien akan mendapatkan bius umum atau bius lokal yang hanya akan membuat setengah badan ke bawah mati rasa. 

    Kemudian, dokter akan membuat sayatan di daerah perut dekat lipatan paha. Ketika dokter sudah mendapatkan kantung hernia, jaringan atau isi hernia akan dikembalikan ke lokasi semula, dan kantung hernia tadi akan dibuang. Tahap selanjutnya, dokter akan menjahit kembali otot dan ligamen di mana hernia terbentuk sehingga lubang hernia akan tertutup.

    Setelah operasi dilakukan, biasanya pasien harus tinggal di rumah sakit dulu 1-2 hari untuk pemulihan. Setelah dirasa aman, dokter baru memperbolehkan pasien pulang namun ia tetap harus menjaga kesehatan, banyak beristirahat, tidak menyetir kendaraan, serta menghindari mengangkat benda berat 2 sampai 3 minggu pasca operasi.

  2. Hernioplasty

    Operasi pengangkatan hernia juga bisa dilakukan dengan metode hernioplasty. Sebenarnya langkah-langkahnya kurang lebih sama dengan metode operasi herniorafi. Dokter membuat sayatan, membuang kantung hernia dan mengembalikan isi jaringannya. Namun yang membedakan adalah pemasangan bahan sintetis akibat lubang hernia yang terlalu besar. Suatu bahan sintetis yang dinamakan mesh itu gunanya adalah untuk menutup daerah lubang atau bagian lemah pada dinding yang jadi rongga hernia. Tingkat kekambuhan hernia pada pasien yang menjalani operasi ini biasanya termasuk rendah. Hal ini karena tidak adanya tegangan jaringan karena rongga hernia sudah dipasang mesh. Metode hernioplasty ini jadi lebih banyak digunakan dibanding metode sebelumnya yakni herniorafi.

  3. Herniotomi

    Metode operasi yang satu ini lebih banyak disarankan untuk dilakukan kepada penderita hernia yang masih bayi. Herniotomi bisa dibilang lebih sederhana dibanding dua metode sebelumnya. Namun, secara keseluruhan tujuannya sama, yaitu membuang kantung hernia. Yang membedakan adalah pada operasi herniotomi, tidak ada prosedur menjahit otot setelah kantung hernia diambil. 

    Dokter hanya akan menjahit bekas sayatan atau luka yang dibuat di awal pembedahan. Beda dengan operasi herniorafi, prosedur yang lebih populer dilakukan pada pasien dewasa, yang mana selain menjahit bekas sayatan, dokter juga akan menjahit otot di dalam tubuh. Sedangkan hernioplasty, ada tindakan pemasangan mesh tadi.

    Sebelum operasi herniotomi dilakukan, dokter akan meminta pasien menjalani serangkaian pemeriksaan laboratorium dan rontgen thorax. Setelah hasil laboratorium dan rontgen dianggap memenuhi persyaratan, barulah operasi bisa dilakukan. Operasi herniotomi pada anak bisa dilakukan oleh dokter spesialis bedah, atau jika di rumah sakit tersebut ada subspesialis, bisa juga dilakukan oleh bedah anak atau beda digestif.

    Beberapa metode operasi di atas untuk mengangkat kantung hernia, sebenarnya bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan cara tradisional (prosedur terbuka), yaitu dengan membuat sayatan di area hernia untuk mengambil dan membuang kantung hernia, lalu mengembalikan isi jaringan ke tempat semula. Lalu dokter akan menjahit kembali bekas sayatan. Sedangkan cara kedua adalah dengan metode laparoskopi. Prosedur ini menggunakan alat-alat tertentu, termasuk kamera untuk dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui beberapa sayatan yang ukurannya lebih kecil, biasanya sebanyak 3-4 sayatan yang ukurannya berkisar antara 0,5 sampai 1 centimeter.

Seperti banyak prosedur operasi lainnya, metode operasi untuk hernia ini juga memiliki beberapa risiko, seperti pendarahan, risiko alergi terhadap obat bius, infeksi pada luka bekas operasi, kematian sel jaringan, kerusakan saraf dan pembuluh darah, atau pada pasien laki-laki dewasa juga berisiko mengganggu tingkat kesuburan bila terjadi kerusakan pada saluran keluarnya sperma atau pembuluh darah menuju testis. 

Namun, semua itu dapat dibicarakan dengan dokter di awal sebelum tindakan dilakukan. Jika memang kondisi pasien tidak memungkinan dilakukan operasi, tentu dokter akan memberi opsi lain dan tidak melanjutkan prosedur sampai kondisi pasien benar-benar memenuhi syarat.

Penulis:Darin Rania
Editor: Dwi Ratih