Ibupedia

Waspada! Ini 12 Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut Anak

Waspada! Ini 12 Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut Anak
Waspada! Ini 12 Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut Anak

Anak tidak terlepas dari masalah kesehatan gigi dan mulut seperti halnya orang dewasa. Seringkali kesehatan mulut dan kesehatan gigi anak sangat dipengaruhi oleh pola makan, dan kebiasaan sikat gigi yang susah-susah gampang dilakukan oleh si kecil. 

Penyebabnya pun bervariasi, mulai dari kurangnya edukasi orang tua tentang pentingnya kebiasaan menyikat gigi pada balita dan anak-anak, sampai kurangnya motivasi sehingga si kecil cenderung enggan melakukan aktivitas ini. 

Padahal, menyikat gigi jadi salah satu solusi sekaligus tindakan preventif lho untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut anak. Lalu, apa saja ya masalah kesehatan gigi dan mulut anak yang perlu kamu ketahui?

12 Masalah Umum Kesehatan Gigi dan Mulut Anak

Ada beberapa masalah kesehatan mulut dan gigi anak yang perlu ditangani dengan cepat dan tepat. Karena salah-salah, bisa berimbas pada kerusakan gigi secara permanen atau bakteri yang bersarang di gusi sehingga memicu penyakit lain. Pasalnya, gigi mengandung banyak saraf yang terhubung ke pusat saraf otak, dan bisa menimbulkan berbagai penyakit di bagian tubuh lainnya yang tak diinginkan, seperti sakit kepala. Berikut beberapa masalah kesehatan gigi dan mulut anak yang sering kali terjadi. 

  1. Gigi Busuk


    Salah satu masalah terbesar yang sering mengganggu kesehatan gigi dan mulut anak adalah pembusukan pada gigi (tooth decay). Gigi yang busuk, keropos, rusak dan terkikis ini biasanya terjadi pada balita atau anak-anak usia prasekolah. 

    Berdasarkan data statistik dari Healthy Children setiap 1 dari 10 anak berusia 2 tahun mengalami pembusukan gigi, dan di umur 3 tahun sekitar 28 persen anak-anak mengalami kasus ini. 

    Banyak orang tua yang cenderung menyepelekan masalah gigi busuk pada anak ini, karena dianggap hanya “gigi susu” yang akan tanggal dan tumbuh kembali nantinya. Anggapan ini tidak tepat, karena terjadinya kerusakan atau pembusukan pada gigi si kecil sejak dini bisa mempengaruhi pertumbuhan gigi permanennya nanti. 

    Jika tidak ditangani secara cepat, masalah kesehatan gigi dan mulut anak akan berefek panjang dan mengganggu pertumbuhan giginya hingga dewasa. Pembusukan gigi bisa menyebabkan pengeroposan gigi pada balita. Hal ini bisa terlihat pada permukaan gigi yang terkikis dan memiliki bentuk yang tidak ideal akibat dari kerusakan ini. 

    Gigi yang membusuk disebabkan oleh jenis bakteri tertentu yang hidup dan berkembang di dalam mulut. Penyebabnya terjadi karena adanya enumpukan bakteri lengket membentuk lapisan yang disebut plak yang terus-menerus menumpuk di gigi. Jika terpapar pada jenis makanan tertentu, plak akan menghasilkan asam dan menggerogoti enamel gigi, atau permukaan luar gigi yang keras. Lengketnya plak membuat asam terus menerus bersentuhan dengan permukaan gigi, secara bertahap menyebabkan pembusukan pada gigi si kecil.

    Penyebab umum dari masalah pembusukan gigi anak ini antara lain makanan yang tinggi kandungan karbohidrat. Hal ini membantu plak tumbuh dan menggerogoti gigi. Selain itu, beberapa makanan yang kerap menimbulkan masalah gigi dan mulut anak-anak yakni makanan yang manis-manis seperti coklat, permen, kue, soda, dan jus buah. Pati yang dimasak seperti pasta, nasi, kentang, dan roti juga berkontribusi pada penumpukan plak. Pola makan kaya karbohidrat ditambah kebiasaan menyikat gigi yang tidak konsisten dapat menyebabkan kerusakan gigi.

  2. Gigi Berlubang

    Gigi berlubang atau rongga pada gigi adalah masalah gigi dan mulut anak berikutnya yang patut diwaspadai. Rongga atau lubang bisa terbentuk pada gigi si kecil karena adanya bakteri (kuman) yang menumpuk di mulut anak. 

    Biang keroknya antara lain makanan manis yang biasanya disukai si kecil. Kandungan gula dalam makanan dan minuman bisa berubah menjadi zat asam yang bisa menggerogoti gigi anak. Gigi berlubang ini sangat sering terjadi pada anak-anak karena gigi mereka lebih sulit untuk disikat.

    Selain itu, setiap orang yang memiliki penyakit gigi berlubang dapat menularkan bakteri penyebab gigi berlubang ke bayi yang belum lahir, bayi, dan anak-anak. Karenanya, sangat penting menjaga kesehatan mulut dan gigi anak termasuk juga orang dewasa. 

    Risiko gigi berlubang cenderung menyerang anak-anak dengan kondisi berikut:

    • Terdapat bintik-bintik putih atau bercak berwarna kecoklatan pada gigi.
    • Memiliki kebutuhan perawatan kesehatan khusus yang berkelanjutan, seperti harus mengonsumsi jenis obat-obatan tertentu dalam jangka panjang.
    • Terlalu sering ke dokter gigi.
    • Si kecil lahir lebih awal sebelum waktunya (prematur) atau memiliki berat badan di bawah normal ketika lahir.
    • Jika tidak ditangani secepatnya, gigi berlubang akan menjadi sarang bakteri dan membuat si kecil tidak nyaman ketika makan dan minum. Kalau si kecil lebih sering rewel sepanjang waktu atau melakukan gerakan mogok makan dan minum, bahkan tantrum, bisa jadi penyebabnya karena Ia sedang menahan rasa sakit akibat gigi berlubang. 

  3. Gigi Patah


    Masalah kesehatan mulut dan kesehatan gigi anak berikutnya yaitu gigi patah. Ini biasanya terjadi pada balita atau anak-anak yang hiperaktif dan banyak melakukan aktivitas fisik. Mereka yang sering terjatuh saat sedang bermain, atau terjatuh dari tempat tidur dengan posisi mulut terbuka akan mengalami benturan yang menyebabkan gigi patah dan gusi berdarah.

    Umumnya gigi yang patah adalah gigi seri di bagian atas depan. Adanya risiko gigi yang semakin tertekan ke dalam gusi karena benturan saat jatuh, atau akar gigi yang tertinggal dari patahan bisa menghambat pertumbuhan gigi selanjutnya. 

    Karenanya, penting untuk mencegah si kecil dari risiko terjatuh atau terpleset saat sedang bermain di rumah. Jauhkan dari benda-benda tajam, jaga kondisi lantai agar tidak licin dengan menggunakan karpet khusus atau alas karet untuk bermain yang ramah anak, dan beri batas pada tempat tidur agar anak tidak terjatuh. Bisa juga dengan menempatkan si kecil di box bermain saat minim pengawasan agar tetap aman. 

  4. Napas Tidak Sedap


    Nafas yang tidak sedap merupakan salah satu masalah gigi dan mulut anak yang sering ditemui. Dikenal dengan sebutan halitosis, bau mulut dapat menyerang siapa saja, berapa pun usianya. Seringkali, bau mulut disebabkan oleh makanan yang dimakan oleh si kecil. Namun, bau mulut kronis pada anak-anak bisa menunjukkan akar masalah yang lebih dalam daripada makan makanan yang berbau tidak sedap.

    Dikutip dari Dental Choice , permasalahan nafas tidak sedap atau bau mulut ini disebabkan oleh bakteri yang hidup di dalam mulut. Koloni bakteri ini memakan sisa makanan, cairan dan plak saat si kecil makan. Bakteri tersebut lalu menghasilkan hidrogen sulfida, yang menyebabkan bau tak sedap di mulut. 

    Seperti halnya orang dewasa, bau mulut paling sering terjadi pada anak-anak di pagi hari, setelah mereka bangun. Pada malam hari, bakteri berkembang biak di mulut, menyebabkan kasus "morning breath". Namun, jika bau mulut anak terus berlanjut sepanjang hari, berarti ada masalah gigi dan mulut yang jauh lebih serius.

    Penumpukan bakteri di mulut bisa disebabkan oleh berbagai macam masalah. Masalah gusi, kebersihan mulut yang buruk, dan mulut kering adalah penyebab paling umum di balik halitosis, tetapi masalah lain seperti sinusitis kronis, diabetes, kerusakan gigi, dan masalah pencernaan juga dapat menyebabkan bau mulut. 

  5. Gigi Sensitif

    Masalah gigi dan mulut yang terjadi pada anak-anak berikutnya adalah gigi sensitif. Jika makanan dan cairan yang panas atau dingin menyebabkan iritasi dan ketidaknyamanan pada anak, mungkin si kecil memiliki gigi sensitif. Terkadang, hanya sekadar menghirup udara dingin atau panas dapat menyebabkan rasa sakit. Meskipun gigi sensitif belum tentu menjadi pertanda kesehatan mulut dan gigi anak yang buruk, hal itu mungkin menunjukkan masalah gigi lainnya yang tidak boleh disepelekan.

    Banyak orang menyamakan gigi sensitif dengan penyakit orang dewasa, padahal sebenarnya anak-anak juga rentan untuk mengalami kondisi gigi sensitif. Enamel anak-anak lebih tipis daripada enamel orang dewasa, dan mudah rusak oleh plak dan asam. 

    Saat enamel menipis, gusi anak-anak mulai terkikis, dan retakan bisa berkembang di permukaan gigi, memperlihatkan ujung saraf. Ketika si kecil minum atau makan sesuatu yang panas atau dingin, ujung saraf yang rentan terpicu akan menyebabkan rasa sakit. Gigi sensitif juga bisa menjadi indikasi gigi berlubang yang tidak terdiagnosis atau adanya masalah kerusakan gigi.

  6. Kebiasaan Mengisap Jempol


    Salah satu kebiasaan anak-anak yang dapat merusak kesehatan gigi dan mulutnya adalah mengisap jempol. Bagi sebagian anak, kebiasaan ini dimulai sejak dalam kandungan. Nyaman dan naluriah, mengisap jempol bukanlah penyebab penyakit serius, dan biasanya akan hilang dengan sendirinya saat anak berusia dua atau tiga tahun. Tetapi, kalau si kecil terus-terusan mengisap jempol dapat berdampak negatif pada kesehatan mulut anak.

    Jika anak masih mengisap jempolnya saat gigi permanennya mulai tumbuh, kebiasaan tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah lain. Mengisap jempol dapat mengganggu perkembangan normal mulut, mempengaruhi kesejajaran gigi dan langit-langit mulut.

    Intensitas mengisap sangat mempengaruhi tingkat kerusakan mulut dan gigi anak. Mengisap ibu jari yang kuat dapat menyebabkan kerusakan pada gigi bayi dan gigi dewasa. Kebanyakan anak berhenti mengisap jempol mereka saat mereka berusia sekitar empat tahun. Namun, jika berlanjut hingga melewati usia lima tahun, anak-anak dapat mengalami masalah pada lisan dan proses bicaranya. 

    Jika kebiasaan itu terus berlanjut, hubungi dokter gigi anak ya. Dokter gigi berpengalaman dapat membantu dan memberikan dukungan agar si kecil bisa menghentikan kebiasaan tersebut.

  7. Penyakit Radang Gusi


    Penyakit radang gusi jadi salah satu penyebab rusaknya kesehatan gigi dan mulut pada anak. Penyakit gusi, atau radang gusi, adalah peradangan pada jaringan gusi. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh kebersihan mulut dan gigi yang buruk serta penumpukan plak, dan dapat berkembang menjadi kerusakan tulang dan gigi yang hilang atau lepas.

    Saat endapan plak dan karang gigi menumpuk di dasar gigi, kesehatan gusi pun akan mulai terganggu. Saat tahap awal radang gusi, gusi anak sering kali bengkak dan merah, serta menyusut dari gigi dan mudah berdarah setelah membersihkan gigi. Indikator lain dari penyakit gusi termasuk bau mulut dan rasa tidak enak yang terus-menerus di mulut anak.

    Pada anak-anak, penyakit gusi bisa menyerang dalam 3 tahapan berikut:

    • Radang Gusi Kronis

      Kondisi umum pada anak-anak, radang gusi kronis menyebabkan jaringan gusi bengkak yang berubah menjadi merah cerah dan mudah berdarah.

    • Periodontitis Agresif

      Biasanya terjadi pada remaja, periodontitis agresif ditandai dengan hilangnya tulang alveolar, salah satu jaringan yang menopang gigi.

    • Periodontitis Agresif Umum

      Periodontitis agresif umum mempengaruhi seluruh mulut dan dapat dimulai saat pubertas. Gejala berupa timbunan besar kalkulus dan plak, gusi meradang, dan gigi lepas.

    • Penyakit gusi dapat dicegah serta dihindari dengan langkah-langkah sederhana seperti menyikat gigi setiap hari, membersihkan gigi dengan benang gigi atau flossing, dan berkonsultasi ke dokter gigi. Untuk kasus yang serius, si kecil perlu ditangani oleh dokter gigi untuk pembilasan khusus dan pembersihan menyeluruh. Jika infeksi berlanjut, dokter gigi mungkin akan menyarankan antibiotik atau obat lain untuk dikonsumsi.

  8. Menggertakkan Gigi

    Dikenal sebagai bruxism, menggertakkan gigi sering dialami oleh anak usia sekolah. Dua sampai tiga dari 10 anak akan menggemeretakkan atau mengatupkan gigi. Terkadang seorang anak mengalami bruksisme karena gigi atas tidak sejajar dengan gigi bawah. Alasan lainnya sebagai respons terhadap rasa sakit. Ketika anak mengalami rasa sakit seperti sakit pada telinga atau tumbuh gigi, mereka akan refleks menggertakkan gigi. Ini juga bisa menjadi tanda bahwa anak sedang mengalami stres atau hiperaktif.

    Biasanya, bruxism tidak memerlukan perawatan apa pun dan berhenti saat seorang anak tumbuh semakin besar. Namun, jika kebiasaan tersebut berlanjut, secara bertahap dapat menghilangkan gigi permanen dan primer, yang mengakibatkan nyeri otot atau gigi. Sakit kepala juga bisa terjadi, dan kerusakan email gigi dapat menyebabkan gigi terkelupas dan menjadi lebih sensitif sensitif.

    Beberapa alat seperti pelindung mulut dapat membantu mencegah anak menggertakkan gigi saat tidur. Penanganan yang tepat perlu dikonsultasikan dengan dokter gigi anak.

  9. Sariawan


    Sariawan termasuk salah satu gangguan kesehatan gigi dan mulut yang sering dialami anak. Sariawan, atau tukak aphthous, adalah luka kecil yang terbentuk di dalam mulut, di gusi atau di lidah. Biasanya, luka berwarna keabuan atau putih yang dikelilingi garis merah.

    Sariawan biasanya tidak menyebar, dan akan sembuh dalam waktu satu atau hingga dua minggu. Namun, sariawan sering muncul kembali, dan dapat membuat anak sulit minum dan makan. Sariawan dapat berkembang sendiri atau dalam kelompok, dan dapat tumbuh hingga satu inci.

    Saat ini, dokter belum dapat menentukan penyebab pasti dari sariawan. Banyak faktor yang berkontribusi pada pertumbuhan dan perkembangannya, di antaranya pola makan, stres atau trauma, adanya infeksi, kekurangan gizi, terjadinya alergi, dan sebagainya. 

    Kebanyakan anak yang menderita sariawan biasanya memiliki kondisi mulut dan gigi yang sehat. Sariawan juga dapat terjadi akibat cedera ringan pada mulut akibat menyikat gigi dengan keras, perawatan gigi, atau gigitan yang tidak disengaja.

    Untuk mengurangi rasa sakit akibat sariawan dan kemungkinan kambuh kembali, berikan si kecil makanan dan minuman yang lembut dan ringan. Hindari memberi mereka makanan abrasif, pedas atau asam, dan cari obat kumur dan pasta gigi yang tidak mengandung Sodium Lauryl Sulfate (SLS). Gunakan sikat gigi berbulu lembut, dan hindari minuman soda. Untuk mengurangi luka, Ibu dapat mencoba memberikan obat kumur antimikroba.

  10. Gigi Tanggal


    Bagi banyak anak, gigi pertama yang lepas adalah pertanda yang menarik. Hal ini identik dengan kehadiran peri gigi yang akan mengganti "gigi bayi" kecil dengan gigi yang "sudah dewasa". Kehilangan gigi adalah tahap perkembangan alami. Gigi pertama yang hilang biasanya merupakan salah satu gigi depan tengah, dan biasanya mengendur sekitar usia enam tahun. Umumnya, gigi geraham baru akan hilang sampai seorang anak berusia antara 10 dan 12 tahun, dan sebagian besar anak memiliki 28 gigi permanen yang lengkap pada saat mereka berusia 13 tahun.

    Bagi banyak anak, kehilangan gigi utama atau "gigi susu" tidak menimbulkan rasa sakit. Sebagian besar gigi lepas disebabkan oleh erupsi gigi permanen di bawah gigi sulung, tetapi ada juga yang karena cedera atau trauma pada gigi sebelum gigi tersebut siap lepas. Jika gigi hilang sebelum waktunya, hal itu dapat menyebabkan gigi permanen berkembang dengan buruk atau tidak sejajar. Kunjungi dokter gigi bersertifikat jika gigi anak Ibu tanggal sebelum waktunya.

  11. Gigi Susu Terlalu Keras


    Gangguan pada kesehatan gigi dan mulut anak selanjutnya adalah gigi susu yang terlalu keras atau tegang. Hal ini dapat menyebabkan gigi permanen di bawahnya mencoba tumbuh di tempat yang sama. Akibatnya, dua gigi bisa tumbuh menumpuk di satu tempat. Dalam kasus lain, gigi susu akan tetap kokoh selama bertahun-tahun karena gigi lain mengendur di sekitarnya. Gangguan ini bisa berbahaya, karena anak bisa kesulitan untuk tumbuh gigi permanen menggantikan gigi susunya.

    Seringkali, gigi yang menumpuk dan terlalu keras menandakan adanya masalah mulut lainnya. Gigi yang tidak dapat lepas dapat menyebabkan gigi berlubang dan masalah gigi lainnya jika tidak ditangani. Untuk gigi yang kelebihan retensi, dokter gigi akan turun tangan dan mencabut gigi sulung agar gigi permanen dapat berkembang tanpa persaingan. Kawat gigi dapat digunakan untuk memperbaiki ketidaksejajaran setelah gigi tumbuh sempurna.

  12. Dental Anxiety (Gangguan Kecemasan Gigi)


    Gangguan mulut dan gigi satu ini memang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan mulut, namun kecemasan pada gigi bisa membuat pemeriksaan gigi rutin menjadi pengalaman yang menakutkan bagi anak-anak. Si kecil bisa mengalami trauma berkepanjangan. Ketika anak tumbuh besar, kecemasan gigi dapat membuat mereka tidak mendapatkan perawatan mulut yang mereka butuhkan untuk menjaga kesehatan dan gigi yang sejajar. Menghindari dokter gigi yang berkepanjangan dapat mengakibatkan kebutuhan akan prosedur yang lebih serius, seperti saluran akar, pencabutan gigi atau perawatan gigi darurat.

    Carilah dokter gigi khusus anak yang telah menjalani pelatihan khusus untuk mengatasi kecemasan gigi. Mereka tahu cara menciptakan suasana yang aman dan ramah untuk anak-anak yang gugup atau cemas, membantu si kecil mendapatkan pengalaman positif ketika berada di klinik gigi.

8 Cara Menjaga Kesehatan Mulut dan Gigi Pada Anak

Nah, setelah mengetahui 12 masalah kesehatan mulut dan gigi anak di atas, berikutnya akan kita bahas cara menjaga kesehatan mulut dan gigi si kecil. Dirangkum dari Web MD, berikut ini tips menjaga kesehatan mulut dan menjaga kesehatan gigi anak: 

  1. Lakukan Pemeriksaan ke Dokter Gigi Sejak Dini

    Konsultasi ke dokter gigi anak untuk perawatan serta pencegahan masalah mulut dan gigi sejak dini akan menghemat biaya pengeluaran. Biaya perawatan gigi anak yang ditangani oleh dokter gigi di bawah usia 5 tahun biasanya 40% lebih terjangkau di banding anak usia 5 tahun ke atas. 

  2. Ajari Kebiasaan Menjaga Kebersihan Gigi

    Menjaga kebersihan gigi dan mulut anak bahkan sejak gigi belum tumbuh sangat penting lho. Ibu bisa mencoba membersihkan gusi si kecil dengan kain super lembut untuk mencegah bersarangnya bakteri di mulut karena sisa sufor atau ASI. Bisa juga menggunakan sikat gigi khusus bayi yang telah dibasahi sedikit air. 

    Saat gigi si kecil mulai tumbuh, gunakan pasta gigi khusus bayi yang mengandung fluoride sebesar biji jagung. Ketika si kecil telah tumbuh gigi yang berdempetan, lakukan flossing dengan berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter gigi terpercaya. Sikat gigi dan berkumur-kumurlah secara rutin sebelum tidur malam, dan jangan makan makanan apapun kecuali minum air putih untuk mencegah berkembangnya bakteri dalam mulut saat sedang tidur. 

  3. Hindari “Baby Bottle Decay”

    Baby Bottle Decay yaitu membiarkan si kecil tertidur sambil ‘nyusu’ dengan botol yang berisi susu, jus buah, atau ASI. Minuman manis-manis yang dibiarkan dalam posisi tidur dan jangka waktu lama ini berbahaya bagi kesehatan mulut dan gigi anak. Jika si kecil baru akan tidur dengan ngempeng di botol, cukup berikan air putih saja. 

  4. Kurangi Konsumsi Jus Buah

    Jus buah yang tinggi kandungan gula juga berpotensi merusak kesehatan gigi dan mulut. Jagalah kesehatan gigi dan kesehatan mulut si kecil dengan mengurangi konsumsi jus buah. Berikanlah buah potong segar sebagai gantinya. 

  5. Kurangi Penggunaan Sippy Cup

    Sippy Cup atau botol seruput ini memang bisa membantu anak bertransisi, minum dari botol dot dan beralih minum dari gelas. Namun sippy cup ini juga bisa rentan membuat gigi si kecil keropos jika terlalu sering digunakan. 

  6. Lepas Empeng di Usia 2 Tahun

    Penggunaan empeng jangka panjang juga bisa merusak kesehatan gigi dan mulut anak. Sebaiknya mulai hentikan penggunaan empeng saat si kecil beranjak 2 tahun. 

  7. Perhatikan Obat-Obatan Si Kecil

    Bagi anak yang memiliki penyakit seperti asma atau penyakit organ dalam lainnya, biasanya dokter akan memberikan obat dengan rasa manis agar si kecil mau meminumnya. Sering-seringlah menyikat gigi setiap selesai mengonsumsi obat.

  8. Rutin Menyikat Gigi, Berkumur dan Flossing

    Jangan kasih kendor anak Ibu dalam hal menjaga kesehatan serta kebersihan gigi dan mulut. Menyikat gigi sebelum tidur adalah aktivitas yang tidak boleh ditinggal. Jika si kecil rewel atau tidak ingin menyikat gigi, lakukan beberapa cara berikut agar mereka lebih bersemangat untuk menyikat gigi:

    • Biarkan mereka memilih sikat gigi dan pasta gigi sendiri saat berbelanja di supermarket, hal ini bisa memotivasi agar mereka merasa senang dan mau sikat gigi sendiri.
    • Sikat gigilah lebih awal, setidaknya setengah jam hingga satu jam sebelum waktu tidur.
    • Bersabarlah, berikan reward jika si kecil mau sikat gigi. Misalnya dengan memberikan poin atau stiker yang bisa dikumpulkan untuk membeli makanan favoritnya nanti. 
    • Berikan contoh, Ibu bisa menyikat gigi bersama Ayah dan mengajak si kecil agar bisa melakukannya bersama-sama. Bisa juga meniru tayangan video animasi menyikat gigi agar aktivitas ini lebih menyenangkan dan tidak menjadi beban. 

Menjaga kesehatan mulut dan gigi anak sangat penting dilakukan sejak dini, untuk mencegah permasalahan gigi dan mulut yang bisa muncul di kemudian hari. Rajin-rajinlah menggosok gigi dan berkumur terutama setelah memakan makanan atau minuman manis, berikan contoh kebiasaan sehat di rumah dan konsultasikan kepada dokter gigi anak berpengalaman jika ada masalah mulut atau gigi anak yang mengganggu. 

Penulis: Yusrina
Editor: Dwi Ratih

Follow Ibupedia Instagram