Cegah Kehamilan dengan Metode KB Steril pada Wanita
Seorang wanita bisa hamil ketika sperma pria bertemu dengan salah satu sel telur (ovum). Demi mencegah kehamilan, kontrasepsi diciptakan untuk memisahkan sel telur dan sperma atau bahkan menghentikan produksi sel telur.
Ada banyak sekali metode KB yang bisa dipilih, mulai dari kondom, diafragma, pil kontrasepsi darurat, sampai KB steril pada wanita (tubektomi) yang akan menjadi topik bahasan Ibupedia kali ini.
Mungkin istilah KB steril untuk wanita masih sangat awam di telinga Ibu, padahal tingkat efektivitas metode KB ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan kontrasepsi lainnya.
Hal penting tentang KB steril wanita yang harus ibu tahu
Proses pelaksanaan KB steril wanita biasanya dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum, namun bisa juga dilakukan di bawah bius lokal, tergantung pada metode yang digunakan. Operasi akan mencakup pemblokiran dan penyegelan saluran tuba yang menghubungkan ovarium ke rahim (uterus).
Hal tersebut dilakukan demi mencegah terjadinya pembuahan atau bertemunya sel telur wanita dengan sperma. Sel telur masih akan dilepaskan dari ovarium seperti biasa, namun sel-sel tersebut akan diserap secara alami ke dalam tubuh Ibu.
Berikut adalah beberapa fakta seputar KB steril wanita yang perlu Ibu tahu:
Tingkat keberhasilan KB steril wanita dapat mencapai lebih dari 99 %! Wow, itu berarti cuma satu dari 200 wanita yang tetap hamil meski sudah menggunakan metode KB ini.
Ibu tidak perlu memikirkan soal KB setiap kali ingin berhubungan seks. Jadi, KB steril wanita tidak akan mengganggu sesi bercinta Anda!
Proses operasi KB steril wanita dapat dilakukan kapan pun selama siklus menstruasi, jadi tidak sampai mempengaruhi level hormon.
Ibu masih bisa menstruasi meski sudah disterilisasi.
Ibu akan membutuhkan kontrasepsi tambahan sesudah proses operasi sterilisasi selesai. Tetaplah pakai kondom atau alat kontrasepsi lainnya, paling tidak sampai masa menstruasi Anda berikutnya tiba. Untuk lebih tepatnya, tunggulah sampai 3 bulan setelah melakukan KB steril wanita (meski tergantung pada tipe sterilisasinya), sebelum berhubungan intim tanpa tambahan pengaman apapun.
Sama halnya dengan prosedur operasi lainnya, pasti sedikit banyak ada risiko terjadinya komplikasi. Nah, pada kasus KB steril wanita, Ibu mungkin akan mengalami pendarahan dalam, infeksi, atau mengalami kerusakan organ, meski kecil kemungkinan terjadinya.
Meski sedikit, tapi ada kemungkinan operasi tidak akan berjalan lancar. Tuba yang sudah disumbat bisa segera menyatu kembali atau membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kembali ke keadaannya semula.
Apabila operasi tersebut gagal, maka ada peningkatan risiko terjadinya ectopic pregnancy, yakni suatu kondisi di mana sel telur yang sudah dibuahi menempel di luar rahim (biasanya di tuba falopi).
Operasi KB steril wanita ini cukup sulit untuk 'diputarbalikkan'. Jadi, sekali Anda setuju untuk melakukannya, maka susah untuk mengembalikannya ke kondisi semula.
KB steril wanita tidak bisa melindungi Anda dari penyakit seksual menular.
Cara kerja KB steril wanita
KB steril wanita bekerja dengan cara mencegah laju sel telur menuju tuba falopi. Itu berarti, sel telur Ibu tidak akan bertemu dengan sperma, dan otomatis kehamilan tidak akan terjadi.
Ada dua tipe sterilisasi wanita, yaitu:
Penyumbatan tubu falopi, misalnya dengan pemasangan clips atau cincin (tubal occlusion).
Pemasangan implan untuk menyumbat tuba falopi (hysteroscopic sterilisation atau HS).
Operasi yang dilakukan untuk tubektomi (KB steril wanita) biasanya sifatnya minor (kecil), jadi Anda dapat menjalani operasi dan pulang ke rumah di hari yang sama. Kalau bicara tentang dua jenis KB steril wanita, biasanya para Ibu memilih sterilisasi dengan metode tubal occlusion atau penyumbatan tuba falopi.
Sebelum melakukan prosedur operasi tubektomi, Ibu akan diminta untuk menjalani serangkaian tes kehamilan untuk memastikan bahwa Anda sedang tidak dalam kondisi hamil. Hal ini sangatlah penting karena begitu dokter menyumbat tuba falopi Anda (jika dalam keadaan mengandung), maka risiko terjadinya ectopic pregnancy cukup besar. Seperti yang kita tahu, apabila proses pembuahan terjadi di luar rahim, maka akan ada risiko pendarahan dalam yang cukup parah sampai bisa menyebabkan kematian.
Pemulihan pasca operasi tubektomi
Begitu pengaruh anestesi hilang, Ibu mampu buang air kecil, dan mengonsumsi makanan, maka Anda akan diperbolehkan pulang ke rumah. Jangan lupa minta tolong teman atau suami untuk menjemput Anda dari rumah sakit. Bila perlu, pakailah taksi daripada harus mengemudi sendiri. Kalau Ibu mendapatkan anestesi umum, maka jangan mengemudikan mobil sampai 48 jam setelah operasi. Pasalnya, meski mengaku sehat, cara Anda bereaksi atau mengambil suatu keputusan seringkali belum kembali ke tahap normal.
Apa yang akan Ibu rasakan pasca Tubektomi
Sangat normal jika Ibu merasa tidak enak badan atau tidak nyaman selama beberapa hari setelah operasi. Beristirahatlah selama beberapa hari sampai kondisi badan membaik. Biasanya, Ibu sudah boleh kembali bekerja setelah 5 hari pasca tubal occlusion.
Hindari juga mengangkat barang berat ya, Bu! Kalau terjadi pendarahan vagina, maka gunakan handuk sanitasi alih-alih pembalut untuk menyerap darah. Anda pun mungkin akan mengalami rasa sakit yang mirip dengan sakit menstruasi sehingga membutuhkan obat pereda nyeri untuk beberapa waktu ke depan. Kalau pendarahan atau nyeri yang Anda alami tak kunjung membaik, maka segeralah memeriksakan diri ke dokter!
Mengobati luka operasi
Apabila Ibu memilih prosedur tubal occlusion untuk menyumbat tuba falopi, maka akan ada beberapa jahitan di bagian perut. Benang jahit tersebut akan melebur dan hilang dengan sendirinya, namun ada juga bagian benang jahit yang harus dibuang. Jangan coba-coba membuangnya sendiri, melainkan buatlah janji temu dengan dokter yang bersangkutan untuk membantu membersihkan bekas jahitan. Apabila ada penutup luka, biasanya penutup tersebut boleh dibuang sehari pasca operasi. Setelah itu, Ibu dapat mandi seperti biasanya.
Berhubungan intim setelah tubektomi, bolehkah?
Meskipun sudah mendapatkan KB steril wanita, Ibu tetap akan mengalami gairah seksual. Tidak apa-apa, ibu boleh berhubungan intim (jika kondisi tubuh memungkinkan) setelah operasi selesai. Jika Anda memilih prosedur tubal occlusion, maka jangan lupa untuk menggunakan kontrasepsi tambahan setidaknya sampai masa menstruasi yang berikutnya tiba.
Apabila Ibu memilih prosedur hysteroscopic sterilisation, maka tunggulah sampai 3 bulan pasca operasi sebelum melakukan hubungan intim tanpa pengaman apapun. Setelah pemeriksaan membuktikan bahwa implan yang ditanam sudah berada di posisi yang tepat menutupi tuba falopi, maka Anda boleh berhubungan intim tanpa kondom.
Tapi ingat ya Bu, pastikan suami bebas dari penyakit seksual menular apapun terlebih dahulu! KB steril wanita tidak dapat melindungi diri dari bahaya penyakit seksual, jadi pakailah kondom untuk berjaga-jaga. Atau, hindari gaya hidup bergonta-ganti pasangan dan tetaplah setia pada satu pria yang Anda yakin benar ‘sehat’ serta dapat diajak berkompromi.
Siapa saja yang boleh memilih KB steril wanita?
Semua wanita tentu saja berhak memilih KB steril wanita. Meski begitu, prosedur ini umumnya dilakukan oleh wanita yang tidak menginginkan anak sama sekali atau tidak mau menambah anak lagi. Memilih KB steril wanita adalah keputusan yang tegas dan susah untuk kembali ke kondisi semula apabila terlanjur dilakukan. Jadi, pikirkan keputusan Ibu sebaik mungkin dan bicarakan dengan suami atau keluarga besar terlebih dahulu sebelum menjalani sterilisasi.
(Yusrina)