Ibupedia

Bukan Mengasihani, Begini Cara Mengajarkan Tentang Disabilitas Pada Anak

Bukan Mengasihani, Begini Cara Mengajarkan Tentang Disabilitas Pada Anak
Bukan Mengasihani, Begini Cara Mengajarkan Tentang Disabilitas Pada Anak

“Bu, kenapa sih dia nggak punya kaki? Kenapa dia nggak bisa jalan seperti aku? Kenapa harus duduk di kursi roda?” Buibu pasti pernah menghadapi seorang anak kecil yang bertanya-tanya mengenai perbedaan fisik yang dimiliki seseorang, bukan? Untungnya, pertanyaan ini nggak dilontarkan ke Ibu di depan orangnya langsung, ya.

Kalaupun iya, Ibu pasti langsung reflek untuk menepis kalimat tanya si kecil tersebut, bukan? Yup! Secara alami, anak-anak memiliki rasa penasaran yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa.

Namun, supaya nggak terlanjur ‘kebablasan’ dan berujung si kecil punya sifat diskriminasi pada teman dengan disabilitas (ableisme), orang tua perlu mengajarkan tentang empati sedini mungkin. Supaya si kecil bisa belajar, mengenai betapa pentingnya menjaga perasaan dan kesehatan mental.

Khususnya bagi teman-teman disabilitas yang sering mendapatkan perilaku tidak adil dalam masyarakat. Yuk, ajarkan mengenai apa itu disabilitas mulai dari rumah, agar si kecil bisa menghargai tiap individu tanpa memandang fisik atau kondisi mereka.

Ajarkan mengenai apa itu disabilitas

Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) disabilitas adalah kondisi tubuh atau pikiran (gangguan) apa pun yang membuat orang dengan kondisi tersebut lebih sulit melakukan aktivitas tertentu. Terutama jika ia memiliki keterbatasan fisik dan sulit berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.

Seseorang dikatakan disabilitas jika ia memiliki keterbatasan fisik seperti:

  • Kebutaan
  • Pergerakan terbatas, akibat kehilangan atau kecacatan anggota tubuh hingga untuk menunjang aktivitas harian menggunakan alat bantu disabilitas
  • Keterbatasan intelegen
  • Memiliki keterbelakangan mental
  • Memiliki keterbatasan fisik/sensorik
  • Kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungannya akibat adanya hambatan fisik

Jadi dengan kata lain, disabilitas artinya cukup kompleks. Meski begitu, dengan keterbatasan yang ia miliki sejatinya penyandang disabilitas tetap punya hak yang sama layaknya orang normal dan sehat lainnya.

Karenanya, sedini mungkin orang tua perlu mengajari anak mengenai apa itu disabilitas. Agar anak bisa lebih menghargai perbedaan yang ada di masyarakat, dan menekan kemungkinan anak menjadi pelaku bullying akibat keterbatasan fisik yang dimiliki temannya.   

Mengajarkan anak menghargai disabilitas

Meskipun secara fisik maupun mental mungkin berbeda dengan si kecil, namun penyandang disabilitas tetap memiliki hak hidup yang setara dengan orang normal lainnya, lho! Yes, sebagai orang tua, penting untuk mengajarkan anak mengenai disabilitas dan bagaimana mereka perlu dihargai.

Sedikit banyak, kalau mengutip dari Baby Center cara orang tua dalam mengajari si kecil untuk menghargai perbedaan sejak dini, akan sangat memengaruhi pembentukan kepribadiannya suatu hari nanti. Juga dapat berperan penting dalam mengajarkan empati pada anak dan inklusivitas sejak dini.

Berikut adalah cara mengajarkan anak untuk menghargai disabilitas yang bisa diterapkan dalam kesehariannya di rumah:

1. Tanggapi rasa ingin tahu anak

Anak-anak memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi, sehingga ketika mereka merasakan ada sesuatu yang ‘aneh’ di mata mereka, otomatis pandangannya akan terus tertuju pada hal tersebut. Seperti halnya ketika mereka mulai menatap seorang penyandang disabilitas.

Jika ini terjadi, segera ambil alih pandangannya dan tanggapi rasa ingin tahu anak tersebut. Ibu bisa menjelaskan dengan kalimat-kalimat sederhana, yang menggambarkan kondisi penyandang disabilitas yang si kecil pandangi tadi.

“Ibu lihat Adik melihat gadis kecil yang kesulitan berjalan tadi, ya. Ia menderita cerebral palsy, yang membuat otot-ototnya bekerja sedikit berbeda. Membuat ia mengalami disabilitas.” Kalimat-kalimat seperti ini mungkin bisa menjawab rasa penasaran si kecil untuk sementara waktu, sambil mencerna apa yang Ibu jelaskan.

2. Biarkan si kecil bertanya

Biarkan si kecil bertanya mengenai apa itu disabilitas. Kadang kala, hal ini menjadi topik yang sangat menarik bagi anak.

Sebisa mungkin, usahakan untuk selalu menanggapi pertanyaan si kecil mengenai disabilitas. Agar rasa penasarannya terjawab dan empati pun secara alami muncul dalam dirinya.

Tanggapi pertanyaan si kecil dengan jawaban yang jujur dan tidak berbelit-belit. Pastikan pula jawaban yang Ibu berikan berisi penjelasan yang positif.

3. Hindari berasumsi dengan kondisi seseorang dengan disabilitas

Dikutip dari Seattle Play Garden hal ini paling banyak dilakukan orang tua dalam menjelaskan mengenai disabilitas pada anak. Kita nggak tahu bagaimana kondisi psikis dan mental mereka.

Ada yang sangat bersyukur dengan kondisinya, ada pula yang masih pelan-pelan menerima kondisi yang mereka alami. Jadi, nggak semua penyadang disabilitas mau diperlakukan ‘spesial’. Nyatanya, kebanyakan dari mereka merasa sangat bahagia dan ingin diperlakukan sama dengan mereka yang memiliki fisik normal lainnya.

Ibu juga bisa menumbuhkan rasa empati anak tanpa perlu mengasihani penyandang disabilitas yang dimaksud. Ajari anak untuk berbuat baik dan menerapkan sikap saling tolong menolong, apabila ada penyandang disabilitas yang membutuhkan bantuan.

4. Jangan hanya fokus pada ‘perbedaan’, beri contoh sikap inklusif

Hindari fokus hanya pada perbedaan, karena hal itu akan mengirimkan pesan bahwa penyandang disabilitas pada dasarnya berbeda dengan anak-anak lainnya. Sebaliknya, tekankan kesamaan.

Tekankan bahwa anak-anak dan semua orang menginginkan hal yang sama. Termasuk memiliki teman, bermain, dicintai, tertawa, merasa diterima, dan berpartisipasi dalam kegiatan bersama dengan teman dan keluarga mereka.

Ibu bisa menjelaskan pada si kecil bahwa hakikatnya, kita adalah makhluk yang relasional. Dengan menekankan kesamaan membantu anak-anak untuk berhubungan satu sama lain tanpa membeda-bedakan fisik dan status sosial.

5. Ajak anak mempelajari tentang disabilitas bersama orang tuanya

Yup! Seiring bertambahnya usia anak-anak, mereka mungkin bisa saja mengajukan pertanyaan yang lebih rumit bikin Ibu susah menjawab. Tapi, mungkin ini saatnya orang tua menanggapi pertanyaan anak-anak sebagai kesempatan untuk belajar tentang berbagai tipe disabilitas bersama-sama.

Kenalkan dengan istilah inklusif yang tidak merendahkan misalnya penyebutan cacat, sebaiknya diganti dengan penyandang disabilitas. Lumpuh-pengguna kursi roda, buta-penyandang disabilitas netra, idiot-penyandang disabilitas intelektual, gagap/bisu-penyandang disabilitas rungu/wicara, dan lain sebagainya. 

6. Tegas melarang anak berbuat sesuatu berbentuk penindasan pada penyadang disabilitas

Tahukah Ibu? Faktanya, para penyandang disabilitas yang memiliki kondisi fisik berbeda dengan anak normal lainnya ini, sangat berpotensi mengalami bullying dalam masyarakat. Dengan mengajari anak mengenai disabilitas, dan menumbuhkan empati dalam diri anak, otomatis dapat mengurangi kemungkinan penyandang disabilitas mendapatkan tindakan bullying.

Nah, itu tadi adalah cara bagaimana orang tua mengajari tentang disabilitas pada anak. Ketimbang menjelaskan perbedaan, usahakan agar Ibu selalu menekankan kesamaan yang dimiliki anak-anak normal dan para penyandang disabilitas.

Dengan begitu, anak-anak bisa memahami bahwa perbedaan fisik yang dimiliki penyandang disabilitas tidak akan membatasi kreatifitas mereka. Sehingga, dapat terus berdaya dan tetap memiliki hak yang sama dengan anak-anak normal lainnya.

Follow Ibupedia Instagram