Ibupedia

Hamil Pakai IUD, Benarkah Berpotensi Membahayakan Janin?

Hamil Pakai IUD, Benarkah Berpotensi Membahayakan Janin?
Hamil Pakai IUD, Benarkah Berpotensi Membahayakan Janin?

Bicara soal kehamilan, memang nggak ada habisnya ya Bu. Ada perasaan senang dan bahagia begitu mendengar kabar kehamilan, tapi pada beberapa orang malah merasa shock alias kaget dengan kehamilannya.

Apalagi kehamilan tersebut terjadi ketika ia sedang menggunakan KB IUD. Seperti yang dialami oleh artis sekaligus keponakan Mona Ratuliu yaitu Kesha Ratuliu.

Kesha membagikan pengalamannya bagaimana ia ‘kebobolan’ hamil pakai IUD. Betapa terkejutnya ia dan sang suami ketika tahu bahwa, walau menggunakan IUD kehamilan tersebut bisa terjadi.

Bukan tanpa alasan, hamil pakai IUD sebenarnya memang masih bisa terjadi. Terutama dalam kasus Kesha yang diketahui kehamilan terjadi akibat posisi KB IUD yang bergeser dan turun.

Lantas, berapa persen peluang jika hamil pakai IUD? Adakah efeknya bagi kesehatan Ibu dan janin ke depannya? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut, yuk!

Peluang kehamilan meski menggunakan KB IUD

Intrauterine device atau IUD, merupakan salah satu jenis KB yang berfungsi mencegah kehamilan. KB jenis ini merupakan yang paling favorit digunakan oleh wanita di Indonesia.

KB ini berbentuk seperti huruf T yang kemudian, diletakkan pada uterus untuk mencegah kehamilan. KB IUD diklaim dapat mencegah 99% kehamilan, dengan minim efek samping pada tubuh.

Meski begitu, kalau mengutip dari WebMD sekitar 1% wanita masih mungkin berpeluang hamil, walaupun sudah menggunakan KB IUD sekalipun. Bahkan, 1 dari 100 wanita yang menggunakan KB IUD masih berpeluang hamil, setidaknya setelah 1 tahun pemakaian KB tersebut.

Waduh, kok bisa ya? Yes! Ternyata kehamilan tetap bisa terjadi, terutama jika seorang wanita melakukan hubungan seksual penetrasi dalam waktu 7 hari setelah IUD dipasang. Seorang wanita juga dapat hamil pakai IUD jika posisinya tidak tepat.

Sebab, ketika IUD berada di tempat yang tepat, ia akan berada di bagian bawah rahim, tepat melewati serviks. Sementara benang IUD akan memanjang melalui serviks ke dalam vagina.

Meskipun selama hamil pakai IUD, dan kemungkinan IUD dilepas pada saat hamil biasanya tidak disarankan, namun pada beberapa kasus hal itu mungkin saja bisa terjadi.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) peluang dilepasnya IUD saat hamil adalah 2–10% dalam waktu 1 tahun setelah pemasangan IUD. ACOG juga menemukan bahwa wanita yang menyusui atau yang memasang IUD segera setelah melahirkan, juga lebih mungkin mengalami pergeseran posisi IUD.

Dalam beberapa kasus, ketika IUD bergeser ke bawah bisa jadi ia akan keluar seluruhnya. Namun, pada kasus lain IUD dapat kembali ke posisi awal dengan sendirinya.

Pergeseran IUD ini nggak akan disadari oleh para wanita. Bahkan, juga nggak ada gejala sakit sedikitpun. Tapi, ia bisa saja curiga bahwa IUDnya bergeser dengan adanya beberapa gejala fisik meliputi:

  • Benang IUD yang lebih pendek dari biasanya
  • Terjadi pendarahan hebat
  • Timbul kram perut yang tidak normal
  • Keputihan yang tidak biasa.

Hamil pakai IUD tetap ada risikonya

Walaupun mungkin saja terjadi, namun kehamilan yang tidak direncanakan ketika masih menggunakan IUD tentu memiliki faktor risiko ya Bu. Dikutip dari Medical News Today beberapa risiko yang mungkin dihadapi saat hamil pakai IUD diantaranya adalah:

1. Risiko kehamilan ektopik

Wanita yang hamil pakai IUD, ternyata lebih mungkin mengalami kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik sendiri terjadi saat embrio menempel di luar rahim, atau biasanya di tuba falopi.

Menurut ACOG, wanita dengan kehamilan ektopik mungkin juga mengalami gangguan fisik seperti; nyeri punggung bawah, nyeri ringan pada perut atau panggul, pendarahan vagina abnormal, hingga kemungkinan kram ringan di satu sisi panggul. Namun, seiring kehamilan ektopik berlanjut, wanita mungkin mengalami beberapa gejala lain yang lebih serius dan membutuhkan pertolongan medis segera.

2. Komplikasi kehamilan

Menurut tinjauan studi yang diterbitkan oleh American Association for The Advancement of Science (AAAS) yang mencakup 221.800 kelahiran dari wanita yang hamil saat menggunakan IUD, ada beberapa wanita yang mungkin mengalami komplikasi termasuk kehamilan ektopik.

Kehamilan ektopik juga merupakan komplikasi yang berisiko mengakibatkan pecahnya tuba falopi. Jika ini terjadi, biasanya akan terjadu pendarahan internal, yang dapat menyebabkan kematian.

3. Kelahiran prematur

Kelahiran prematur juga jadi salah satu faktor risiko hamil pakai IUD. Terutama apabila IUD masih berada di dalam rahim.

4. Keguguran

Keberadaan IUD sebagai ‘benda asing’ bagi janin sangat berisiko menyebabkan keguguran. Meskipun opsi melepas IUD di dalam rahim selama hamil dilakukan.

5. Abruptio plasenta

Plasenta terlepas dari rahim atau abruptio plasenta juga jadi faktor risiko ketika hamil pakai IUD. Halal ini menyebabkan plasenta terlepas baik sebelum atau selama persalinan.

Mungkinkah IUD dilepas saat tahu hamil?

Apabila kehamilan belum mencapai 14 minggu atau belum masa akhir trimester pertama, kemungkinan dokter akan menyarankan untuk mengambil IUD yang ada di dalam rahim. Terutama apabila benang IUD mulai terlihat.

Tapi, nggak semua wanita yang hamil pakai IUD dianjurkan untuk mengambil IUD di dalam rahimnya ya Bu. Diperlukan konsultasi pada dokter terlebih dahulu, agar dokter bisa melihat posisi IUD yang mungkin akan berisiko membahayakan janin dan Ibu atau tidak.

Pada beberapa kasus, ada pula IUD yang dikeluarkan secara alami bersamaan dengan kelahiran bayi. Kembali lagi, hal ini tergantung dari kondisi bayi dan Ibu saat hamil ya, Bu.

Secara keseluruhan KB IUD dianggap salah satu jenis KB yang aman digunakan untuk mencegah kehamilan. Jadi, nggak perlu khawatir jika berencana menggunakan KB jenis ini ke depannya ya Bu.