Kenali Kanker Serviks Agar Mudah Menghindarinya
Kanker serviks adalah kanker yang berawal di leher rahim, yakni bagian bawah rahim yang kontak dengan bagian atas vagina. Di negara seperti Amerika Serikat, kanker serviks terjadi pada 13000 wanita tiap tahunnya dan memicu sekitar 4100 kematian. Kanker serviks jadi penyebab umum kanker dan kematian di negara berkembang yang tidak memiliki akses pemeriksaan kanker serviks atau vaksin untuk human papillomaviruses (HPVs).
Kanker serviks berbeda dengan kanker yang bermula di area rahim lainnya seperti kanker endometrial. Bila terdeteksi dini, kanker serviks memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi. Vaksin HPV jadi cara pencegahan yang efektif.
Fakta Tentang Kanker Serviks Yang Perlu Anda Ketahui
Kanker serviks banyak menimpa wanita di seluruh dunia. Anda perlu mengenali penyakit yang dianggap sebagai “silent killer” ini serta apa saja yang bisa dilakukan untuk melawannya. Berikut ini daftar fakta yang perlu Anda tahu tentang kanker serviks.
Di seluruh dunia, wanita meninggal dunia karena kanker serviks tiap dua menit.
Tiap tahun di Afrika Selatan, sekitar 6700 wanita menderita kanker serviks dengan perkiraan 3700 mati karenanya.
Kanker serviks sangat bisa dicegah.
Di Afrika Selatan risiko wanita mengalami kanker serviks 1 berbanding 13.
Faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker serviks salah satunya aktivitas seks dini.
Kanker serviks merupakan kanker yang berkembang lambat. Ada tes untuk mendiagnosa tahap pra kanker dan mereka yang berisiko mengalami kanker serviks.
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) berkaitan dengan perkembangan kanker serviks.
Pemeriksaan kanker serviks bisa dilakukan pada usia 21 tahun. Dokter akan membantu menentukan jenis tes dan interval tes yang sesuai untuk Anda.
Ada perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko berkembangnya kanker serviks, seperti membatasi pasangan seks, melakukan seks aman, olahraga teratur, menjalani pola makan sehat, dan tidak merokok.
Faktor lain terkait dengan meningkatnya perkembangan kanker serviks berupa infeksi HIV, sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan paparan diethylstilbestrol (DES) saat kehamilan ibu Anda.
Penyebab Kanker Serviks
Hampir semua kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV. Infeksi HPV sangat umum, tapi kebanyakan orang dengan infeksi HPV tidak mengalami kanker. Ada lebih dari 100 jenis HPV, dan hanya tipe tertentu yang terkait dengan kanker. Jenis HPV lain menyebabkan kutil jinak pada kulit atau area genital. Jenis HPV risiko tinggi menyebabkan kanker serviks serta kanker penis pada pria. HPV juga bisa menyebabkan kanker pada mulut, tenggorokan, dan anus.
Infeksi HPV menyebar melalui kontak seksual atau kontak kulit. Banyak penelitian menyatakan kalau infeksi HPV sangat umum dan banyak orang yang terinfeksi HPV. Infeksi biasanya mereda dengan sendirinya. Pada beberapa wanita, infeksi HPV tetap ada dan menyebabkan tahap pra kanker pada sel serviks. Perubahan ini bisa dideteksi oleh pemeriksaan kanker serviks (tes pap smear). Dengan tes pap smear, sampel sel dari serviks diambil dengan sikat atau penyeka selama pemeriksaan panggul dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisa.
Gejala Kanker Serviks
Kanker serviks kadang tidak menghasilkan gejala apapun. Khususnya pada tahap awal kanker serviks, biasanya tidak menunjukkan gejala apapun. Gejala bisa berkembang ketika sel kanker serviks mulai menyerang jaringan di sekitarnya.
Gejala dan tanda kanker serviks antara lain:
Pendarahan vagina yang abnormal
Pendarahan vagina setelah menopause
Menstruasi yang lebih lama atau lebih berat dibanding biasanya
Pendarahan atau bercak diantara periode menstruasi
Pendarahan vagina setelah berhubungan seks
Rasa sakit selama berhubungan seks
Kotoran vagina yang abnormal.
Perlu diingat Bun, kalau gejala-gejala ini tidak spesifik untuk kanker serviks dan bisa disebabkan oleh kondisi lain.
Faktor Risiko Untuk Kanker Serviks
Seperti disebutkan di atas, kanker serviks disebabkan oleh infeksi salah satu jenis HPV yang berisiko tinggi. Tapi karena tidak semua orang yang terinfeksi HPV bisa terkena kanker, kemungkinan faktor lain juga berperan dalam perkembangan kanker serviks. Faktor risiko tertentu bisa meningkatkan kemungkinan wanita mengidap kanker serviks, seperti:
Infeksi Chlamydia
Merokok
Infeksi HIV
Kelebihan berat badan
Mengalami 3 atau lebih kehamilan cukup bulan
Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang, meski risiko kembali normal ketika pil kontrasepsi dihentikan
Mengalami kehamilan cukup bulan pertama sebelum usia 17 tahun
Riwayat kanker serviks dalam keluarga.
Diagnosa Kanker Serviks
Tes pap smear dilakukan untuk memeriksa kanker serviks. Bila sel abnormal terdeteksi pada tes pap smear, dilakukan prosedur colposcopy. Colposcopy dilakukan dengan menggunakan mikroskop khusus untuk memeriksa permukaan eksternal serviks selama pemeriksaan panggul. Bila terlihat area yang abnormal, sampel jaringan diambil untuk memastikan perubahan pra kanker atau kanker. Colposcopy tidak membutuhkan anestesi dan rasa tidak nyamannya mirip dengan tes pap smear.
Dokter kemudian memeriksa sampel jaringan untuk menentukan apakah ada perubahan pra kanker atau kanker. Bila ditemukan kanker, bergantung ukuran tumornya, tes lain mungkin dibutuhkan untuk membantu menentukan tingkat tumor. Tes tambahan bisa berupa penyinaran dengan sinar X, CT scan, atau MRI.
Cystoscopy (pemeriksaan kandung kemih menggunakan alat kecil khusus) atau proctoscopy (pemeriksaan rektum) kadang dibutuhkan. Pemeriksaan di bawah anestesi membuat dokter bisa melakukan pemeriksaan panggul manual tanpa menyebabkan rasa sakit untuk membantu menentukan tingkat penyebaran kanker pada panggul.
Stadium Kanker Serviks
Stadium kanker merujuk pada penyebaran kanker di tubuh pada saat diagnosa. Stadium kanker jadi bagian penting untuk menentukan penanganan terbaik. Kanker serviks dikategorikan menjadi stadium 0 sampai IV.
Secara umum stadium kanker serviks seperti berikut:
Stadium 0. Sel abnormal hanya terdapat pada permukaan serviks.
Stadium I. Ada sedikit tumor yang belum menyebar ke area sekitarnya.
Stadium II. Kanker telah menyebar ke serviks dan rahim, tapi tidak menyerang dinding rahim atau bagian bawah vagina.
Stadium III. Kanker telah tumbuh di bagian bawah vagina atau dinding rahim. Tumor bisa menyumbat saluran yang membawa urin dari ginjal ke kandung kemih. Tidak ada penyebaran ke area tubuh lain.
Stadium IV. Ini yang paling berat, dimana kanker telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau area lain di tubuh.
Penanganan Kanker Serviks
Penanganan kanker serviks bergantung pada banyak faktor, termasuk stadium kanker ketika terdiagnosa. Pembedahan, terapi radiasi, serta kemoterapi, jadi cara umum penanganan kanker serviks.
Pembedahan sering dilakukan untuk mengangkat kanker, terutama di tumor stadium awal. Hysterectomy (pengangkatan rahim) bisa dilakukan, tapi prosedur lain yang masih memungkinkan kehamilan bisa jadi pilihan pada wanita usia lebih muda dengan tumor kecil. Baik cone biopsy (pengangkatan bagian dalam serviks tempat tumor berawal) maupun trachelectomy (pengangkatan vagina atas dan serviks) jadi pilihan penanganan untuk tumor kecil dengan tetap mempertahankan kesuburan. Pada kanker yang lebih berat, ditempuh prosedur yang dikenal dengan pelvic exenteration, pengangkatan rahim, serta bagian organ lain di sekitar kanker, bergantung lokasinya.
Terapi radiasi jadi pilihan penanganan lain untuk kanker serviks. Baik terapi external beam radiation (terapi radiasi yang dilakukan dari luar sumber radiasi) dan brachytherapy (terapi radiasi dengan memasukkan sumber radioaktif ke dekat tumor untuk jangka waktu tertentu) digunakan untuk penanganan kanker serviks. Dua jenis terapi ini bisa dilakukan bersamaan.
Bila terapi radiasi diberikan sebagai penanganan utama kanker, biasanya digabungkan dengan kemoterapi. Efek samping terapi radiasi bisa berupa rasa letih, diare, perubahan kulit, mual, muntah, iritasi kandung kemih, iritasi vagina, dan kadang perubahan pada menstruasi atau menopause dini bila indung telur terkena radiasi.
Kemoterapi bisa direkomendasikan bersama dengan terapi radiasi (chemoradiation) untuk beberapa stadium kanker serviks. Kemoterapi bisa juga diberikan sebelum atau setelah penanganan radiasi. Obat kemoterapi yang umumnya digunakan untuk kanker serviks berupa cisplatin dan 5-fluorouracil. Kemoterapi bisa jadi penanganan pilihan untuk kanker serviks yang kembali setelah penanganan. Efek samping kemoterapi antara lain mual, lelah, muntah, rambut rontok, dan sakit pada mulut.
Pencegahan Kanker Serviks
Kanker serviks bisa dicegah dengan vaksinasi dan teknik pemeriksaan moderen yang mendeteksi perubahan pra kanker pada serviks. Kasus kanker serviks menurun signifikan setelah diperkenalkan tes pap smear untuk mendeteksi perubahan pra kanker, yang bisa ditangani sebelum berkembang menjadi kanker.
Terlebih lagi, tersedia vaksin untuk melawan jenis umum HPV yang menyebabkan kanker serviks. Gardasil, Gardasil-9, dan Cervarix merupakan beberapa vaksin HPV. Gardasil terbukti 100 persen efektif dalam mencegah infeksi oleh 4 jenis HPV yang umum(6, 11, 16, 18) pada orang yang sebelumnya tidak terinfeksi HPV.
Gardasil 9, merupakan versi vaksin yang lebih baru, dan memberi kekebalan terhadap 9 jenis HPV (6, 11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58). Sedangkan Cervarix mencegah infeksi jenis HPV tipe 16 dan 18, yang paling umum terkait dengan kanker serviks.
Vaksinasi sebaiknya dilakukan sebelum aktivitas seksual untuk memberi manfaat penuh dari vaksin. Anak perempuan usia 11 sampai 12 tahun sudah bisa menerima vaksin HPV dan wanita muda usia 13 sampai 26 tahun harus mendapat vaksin bila belum menerima dosis apapun saat usia lebih muda.
Gardasil juga bisa diberikan pada pria usia 9 sampai 26 tahun. Anak laki-laki usia 11 sampai 12 tahun juga dianjurkan menerima Gardasil. Juga pria usia 13 sampai 21 tahun yang belum menerima 3 seri vaksin. Pria bisa menerima vaksin ini hingga usia 26 tahun.
Mengatasi Efek Samping Penanganan Kanker Serviks
Efek samping penanganan kanker bisa bersifat serius. Kebiasaan hidup sehat seperti makan dengan pola makan seimbang dan tidur cukup serta olahraga bisa membantu mengontrol gejala Anda. Dokter bisa memberi obat untuk membantu meringankan efek samping tertentu.
Penanganan diare bisa dengan mewaspadai tanda dehidrasi. Konsultasikan ke dokter sebelum menggunakan obat tanpa resep dokter untuk diare.
Mengatasi rasa mual dan muntah dilakukan dengan menangani tanda awal dehidrasi. Tanda dehidrasi berupa mulut kering, liur pekat, dan penurunan urin yang berwarna kuning gelap. Makan dengan porsi kecil bisa membantu mengatasinya. Sedikit permen jahe atau teh jahe juga bisa membantu.
Penanganan untuk konstipasi bisa dengan memastikan Anda minum cukup cairan dan menyertakan buah, sayur, dan serat setiap hari. Jangan gunakan obat pencahar tanpa berkonsultasi dengan dokter.
Beberapa gejala lain yang bisa ditangani di rumah:
Bila Anda merasa tidak berenergi dan mudah lelah, coba perbanyak isitrahat, makan sehat, dan kurangi stres.
Masalah tidur. Bila Anda kesulitan tidur, pelajari cara mengatasi masalah tidur, seperti tidur secara rutin dan pastikan kamar tidur dalam kondisi gelap dan tenang.
Masalah berkemih, yang bisa disebabkan oleh kanker serviks dan penanganannya. Anda bisa mengatasinya dengan menghindari minuman berkafein dan menjadwalkan berkemih tiap 3 sampai 4 jam, baik ketika ingin atau tidak ingin berkemih.
Mengatasi stres bisa dengan mengungkapkan perasaan Anda pada orang lain. Mempelajari teknik relaksasi juga membantu mengatasi stres.
Rambut rontok. Rambut rontok tidak bisa dihindari, tapi menggunakan shampo berformula ringan dan menghindari produk yang merusak rambut akan menurunkan iritasi pada kulit kepala.
Rasa sakit. Tidak semua penanganan kanker menyebabkan rasa sakit. Tapi bila Anda mengalaminya, ada banyak cara mengatasinya. Salah satunya dengan kompres panas dan dingin. Tapi jangan gunakan kompres panas atau dingin langsung pada kulit yang sakit akibat penanganan radiasi.
Masalah setelah hysterectomy bisa berupa:
Panggul lemah. Latihan Kegel bisa membantu memperkuat otot panggul.
Vagina kering. Pelumas bisa membantu mengatasinya atau bicara pada dokter tentang krim atau tablet estrogen dosis rendah.
Rasa sakit selama berhubungan seks bila vagina diperpendek selama pembedahan. Perubahan posisi saat berhubungan seks bisa membantu mengurangi rasa sakit. Bicaralah pada dokter bila ada masalah lain selama berhubungan seks yang menurut Anda berkaitan dengan pembedahan.
Penanganan Alternatif Untuk Kanker Serviks
Penanganan standar untuk kanker serviks berupa bedah, kemoterapi, dan terapi radiasi. Kadang dokter menyarankan penanganan alternatif kanker serviks bersama dengan penanganan standar ini untuk meredakan rasa sakit dan stres pada pasien. Terapi alternatif bisa berupa akupunktur, pijat, produk herbal, meditasi, pola makan khusus, dan banyak lagi.
Penanganan ini membantu menurunkan pengaruh dan gejala kanker serviks. Anda perlu mengevaluasi apakah penanganan alternatif mengganggu penanganan kanker yang standar atau tidak. Lebih baik menerima saran dokter sebelum menggunakan penanganan jenis ini.
Teh hijau
Penelitian menunjukkan kalau konsumsi teh hijau yang tidak berlebihan bisa mencegah atau mengatasi kanker serviks. Kandungan Epigallocatechin-3-gallate dan polyphenols pada teh hijau mencegah kanker dan kandungan antioksidan dapat memperbaiki DNA yang rusak.
Lempuyang
Lempuyang adalah sejenis tanaman dari famili jahe. Kandungan alami dari tanaman ini bisa mencegah kanker serviks dan melawan sel kanker serviks.
Kunyit
Kunyit jadi herbal yang baik yang secara tradisional digunakan untuk mencegah dan menyembuhkan kanker serviks. Curcumin, kandungan yang membuat kunyit berwarna kuning, menahan pertumbuhan tumor kanker. Kandungan bioaktif ini secara efektif melawan radikal bebas yang meningkatkan risiko kanker serviks.
Bawang putih
Bawang putih banyak digunakan dalam pengobatan Cina untuk mengatasi pertumbuhan sel kanker. Herbal ini membantu meregenerasi sel sehat dan efektif dalam melawan kanker serviks. Allicin, antioksidan yang ditemukan pada bawang putih, secara efektif menurunkan sel kanker yang berbahaya.
(Ismawati)