Ketahui 7 Cara Mengatasi Anak Susah Makan
Sejak si kecil memasuki fase MPASI, tentu Ibu menghadapi tantangan-tantangan baru berkaitan dengan upaya memaksimalkan nutrisi untuk tumbuh-kembangnya. Selain memikirkan variasi menu 4 kuadran yang memenuhi kebutuhan makro-mikronutrien, syarat lain pemberian MPASI yang direkomendasikan WHO juga tidak boleh luput dari perhatian, seperti ketepatan waktu usia pemberian, aman dan higienis, dan cara yang sebaiknya digunakan dalam memberikan MPASI atau makanan utama untuk anak.
Namun, ternyata tantangan Ibu tidak berhenti sampai di situ. Masalah anak susah makan merupakan problematika Ibu se-Indonesia Raya yang harus segera diatasi. Kesulitan makan adalah semua hal yang berkaitan dengan kemampuan anak dalam mengonsumsi makanan yang dibutuhkan dalam jumlah dan jenis yang semestinya. Jamak terjadi Ibu dengan anak yang mulai masuk fase makan mengalami masalah yang cukup menguras energi dan kesabaran, misalnya saat anak GTM (Gerakan Tutup Mulut), menyemburkan makanan, hingga menangis keras dan kabur dari sendok suapan yang dijulurkan Ibu.
Tak jarang, saat Ibu mulai lelah dan muncul tanda-tanda putus asa, terlontar pernyataan seperti: “Meski anakku susah makan, yang penting dia aktif dan sehat”; “Sehat nggak harus gemuk, yang penting aktif dan ada makanan masuk meski sedikit.”
Pertama, anak yang tampak aktif dan sehat memang sedikit-banyak membuat Ibu merasa lega meski anak susah makan. Namun hal ini tidak boleh dibiarkan terjadi dalam waktu lama karena anak membutuhkan nutrisi makro-mikronutrien. Tak hanya untuk tumbuh-kembang fisiknya, tapi juga perkembangan otaknya yang membutuhkan asupan gizi yang cukup agar kecerdasannya optimal dan terhindar dari stunting.
Kedua, memang benar adanya bahwa tolok ukur anak yang sehat tidak dilihat dari badan yang gemuk. Akan tetapi, ada standar grafik pertumbuhan anak yang harus dipantau oleh Ibu untuk menghindari risiko stunting atau gagal tumbuh yang berakibat fatal untuk masa depan anak.
Tentu Ibu tidak ingin masalah anak susah makan ini menjadi berlarut-larut, bukan? Namun, sebelum beranjak pada cara mengatasi anak susah makan, terlebih dahulu Ibu perlu mengidentifikasi penyebab anak susah makan agar menemukan solusi tepat untuk anak susah makan:
Penyebab Anak Susah Makan:
Ketertarikan Anak Terhadap Sekitar
Semakin bertambah usia anak, semakin berkembang pula kemampuan anak dalam mengeksplorasi banyak hal di sekitarnya. Umumnya, anak mulai susah makan menginjak usia satu tahun. Tetapi bukan berarti anak yang berusia di bawah satu tahun tidak mengalami susah makan. Saat memasuki fase awal mengonsumsi makanan padat di usia 6 bulan, Ibu mungkin masih bisa mengondisikan si kecil untuk duduk di booster seat atau high chair selama kegiatan makan.
Namun, seiring bertambahnya umur dan kemampuan motoriknya, anak cenderung tidak betah duduk atau tinggal di satu tempat dalam waktu lama. Terutama ketika anak memasuki masa merangkak, hingga belajar berjalan. Jangankan selesai makan dalam 30 menit, bertahan duduk anteng 10 menit tanpa berusaha kabur dari kursi makannya saja rasanya seperti memecahkan rekor!
Sementara pada usia 1-2 tahun, menurut penuturan dr. Meta Hanindita dalam bukunya “Tanya Jawab Tentang Nutrisi di 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak”, anak tumbuh pada tingkat yang lebih lambat dan tak jarang nafsu makannya pun menurun. Ini menunjukkan kemampuan kemandirian anak meningkat saat mereka memiliki kendali untuk menolak makan. Sebenarnya, hal ini merupakan hal wajar sekaligus menandakan bahwa kebutuhan mengeksplor hal-hal baru di sekitarnya merupakan perkembangan yang baik. Anak memiliki rasa penasaran yang tinggi dan ingin bergerak bebas sehingga membuatnya sulit fokus saat makan.
Tumbuh Gigi
Pada orang dewasa, sakit gigi tentu sangat terasa sakit dan memengaruhi selera makan, bukan? Nah, ternyata demikian halnya dengan si kecil. Saat tumbuh gigi, biasanya si kecil kehilangan nafsu makan karena merasakan tidak nyaman pada gusinya. Sering kali mereka akan mengemut makanan atau bahkan menolak membuka mulut sama sekali.
Untuk mengetahui rentang waktu tumbuhnya gigi-gigi susu si kecil, Ibu perlu mengetahui tanda-tanda tumbuh gigi pada anak. Tidak sedikit anak yang sedang tumbuh gigi mengalami demam atau terlihat sering menggesek-gesekkan gusi dan mengeluarkan air liur lebih banyak daripada biasanya. Ini bisa terjadi selama 1-2 minggu hingga nafsu makan anak kembali baik. Ibu bisa menurunkan tekstur makanan untuk sementara waktu dan menyediakan makanan kesukaan anak dengan tetap memperhatikan kelengkapan nutrisinya pada fase ini.
Picky Eater
Selain suka memilih-milih makanan, picky eater umumnya masih mau mengonsumsi berbagai jenis makanan meski dalam jumlah yang tidak cukup. Setidaknya, picky eater masih mau mengonsumsi satu jenis makanan dari setiap kelompok makanan seperti karbohidrat, protein, sayur/buah, dan susu. Misalnya, anak masih mau mengonsumsi roti atau kentang meskipun menolak nasi. Ibu bisa memberinya alternatif jenis makanan dalam setiap kelompok makanan.
Selain picky eater, ada pula selective eater. Jika anak Ibu termasuk selective eater, maka Ibu memerlukan usaha yang lebih besar karena selective eater biasanya cenderung menolak segala jenis makanan dalam satu kelompok makanan. Misalnya, anak sama sekali tidak mau mengonsumsi sayur, baik itu wortel, buncis, brokoli, dan lainnya. Ibu bisa mengakalinya agar anak tetap mendapat asupan sayur maupun kelompok makanan lain dengan membuatnya invisible.
Maksudnya, Ibu bisa mencacah sayur sangat kecil-kecil dan mencampurnya dengan protein serta racikan bumbu yang lezat hingga tak terlihat keberadaan sayur tersebut. Ibu bisa menawarkannya kepada anak hingga 10-15 kali sebelum memutuskan bahwa anak memang benar-benar tidak menyukai jenis makanan tersebut.
Saat anak lebih besar, cobalah untuk mengenalkan kembali secara perlahan-lahan dan beri pengertian bahwa kelompok makanan tersebut sangat penting untuk tubuhnya. Namun berbeda hal saat anak memiliki alergi terhadap kelompok makanan tertentu. Untuk hal ini, Ibu perlu berkonsultasi dengan dokter agar anak mendapatkan penanganan yang tepat.
Tidak Menerapkan Kebiasaan Makan yang Baik.
Jika anak Ibu susah makan, coba periksa kembali apakah sudah memenuhi syarat pemberian makanan yang baik? Meski banyak faktor yang bisa menyebabkan anak susah makan, mengevaluasi kebiasaan makan yang diterapkan juga bisa punya andil dalam memengaruhi pola makan anak. Seperti yang telah disebutkan di atas tentang syarat pemberian makanan menurut WHO, tidak hanya menu dan kebersihan makanan yang harus diperhatikan. Ibu juga perlu menerapkan kebiasaan makan yang baik untuk si kecil.
Berikut beberapa kebiasaan tidak baik yang diterapkan orangtua dalam pemberian makan untuk si kecil:
Menggendong anak keliling kampung saat makan.
Adanya distraksi seperti pemakaian gawai atau tayangan televisi.
Pilihan makanan tidak sesuai tahapan usia, seperti tekstur, porsi, dan lainnya.
Memaksa anak makan tanpa memperhatikan tanda lapar, kenyang, dan selera anak.
Menderita Penyakit Tertentu
Setelah Ibu merasa sudah mencoba segala cara untuk mengatasi anak susah makan namun tidak kunjung ada perubahan, tidak ada salahnya apabila berkonsultasi pada dokter spesialis anak. Beberapa penyakit tak kasat mata atau silent disease memang bisa menyebabkan anak susah makan, seperti ISK (Infeksi Saluran Kencing), tuberkulosis, dan alergi terhadap makanan tertentu namun tidak tampak ada tanda-tanda mencurigakan pada tubuh anak jika hanya dilihat dengan mata telanjang dan tidak disadari oleh Ibu. Untuk mengetahuinya, dokter tentu memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan penyakit yang diderita dan penanganan apa yang sebaiknya dilakukan.
Cara Mengatasi Anak Susah Makan
Meski fenomena anak susah makan merupakan hal wajar, Ibu sebaiknya tidak membiarkan ini terjadi terus-menerus dan dalam waktu lama. Anak yang susah makan berkepanjangan bisa berdampak pada berat badan dan tumbuh-kembangnya. Apalagi, sangatlah penting untuk menjaga asupan nutrisi anak di 1000 hari pertama atau usia 0-2 tahun untuk mencegah gagal tumbuh atau stunting yang diakibatkan oleh kurangnya gizi secara berkepanjangan. Hingga anak melewati usia balita, pola makan yang telah diterapkan itulah yang akan anak bawa bahkan sampai mereka dewasa.
Lantas, bagaimana cara mengatasi anak susah makan?
Variasi Menu dan Amati Kesukaan Anak
Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun terkadang merasa bosan dengan makanan yang sering ditemui. Maka memvariasikan menu, memperhatikan tekstur makanan sesuai usia, dan memberikan alternatif jenis makanan bisa menjadi salah satu cara mengatasi anak susah makan. Tidak ada larangan pemberian gula dan garam ke dalam makanan anak selama diberikan dengan cukup dan sewajarnya, seperti yang tercantum dalam panduan Ikatan Dokter Anak Indonesia tentang pemberian makan untuk anak. Perhatikan menu-menu apa saja yang menjadi kesukaan anak dan jadikan menu andalan saat anak susah makan. Saling bertukar resep masakan dengan sesama ibu bisa memberikan inspirasi menu baru untuk si kecil.
Terapkan Feeding Rule dan Jadilah Teladan Anak
Salah satu hal yang paling sering dilupakan dalam menerapkan pola makan yang baik adalah feeding rule. Tidak bisa dimungkiri bahwa ini sangat bisa memengaruhi kebiasaan makan anak bahkan hingga melewati usia balita. Berikut beberapa feeding rule yang bisa Ibu terapkan untuk membentuk pola makan yang baik untuk mencegah anak susah makan di kemudian hari:
Menggunakan Responsif Feeding: Berdasarkan rekomendasi WHO, responsive feeding dilakukan dengan cara menyuapi anak dan membantunya belajar makan sendiri saat mereka lebih besar dengan memperhatikan tanda lapar dan kenyang anak. Saat menerapkan responsive feeding, Ibu harus melakukannya dengan perlahan dan bukan dengan paksaan.
Makan Bersama Keluarga: Membiasakan makan bersama keluarga ternyata memiliki dampak positif bagi setiap anggota keluarga yang terlibat. Selain meningkatkan kualitas kebersamaan, anak tidak banyak mendapatkan distraksi karena justru akan cenderung fokus makan seperti orang-orang di sekelilingnya. Bisa dibilang dengan makan bersama, Ibu atau Ayah bisa menjadi teladan si kecil dalam menirukan kebiasaan makan. Terlebih jika anak sudah lebih besar, di saat inilah Ibu bisa menunjukkan kebiasaan-kebiasaan baik saat makan seperti duduk dengan tenang, makan perlahan, dan menghabiskan makanan.
Konsisten pada Jadwal: Dalam menghadapi anak susah makan, Ibu harus sensitif pada tanda-tanda lapar dan kenyang anak. Membuat jadwal makan rutin dapat membantu Ibu menandai kapan biasanya anak menunjukkan tanda lapar, kapan Ibu harus memberikan makanan utama, makanan selingan, maupun susu tambahan.
Kunci utamanya adalah menjaga konsistensi. Jangan biarkan anak terus-menerus mengonsumsi makanan selingan sehingga saat tiba waktunya makanan utama, anak sudah tidak lapar dan asupan nutrisi terbesar dari makanan utama pun tidak berhasil didapatkan.
Happy Moments Raise Happy Eaters
Hampir semua anak menyukai warna-warna yang cerah dan gambar yang menarik perhatian. Ibu bisa menggunakan kesukaan anak tersebut saat memilih peralatan makan sebagai salah satu cara mengatasi anak susah makan. Saat anak merasa senang dengan piring dan sendoknya, tentu hal ini akan menarik minatnya untuk lebih fokus pada makanan yang disajikan di atas piring dan melupakan mainan di sekitarnya.
Tidak hanya itu, Ibu juga bisa menjadikan kegiatan makan sebagai momen menyenangkan yang membuat anak terdorong untuk membuka mulut dan melahap suapan Ibu. Ibu bisa mencoba dengan memfokuskan pandangan pada anak, lalu bersenandung sambil menirukan ekspresi mengunyah agar anak meniru gerakan mulut Ibu. Di lain waktu, tak ada salahnya jika Ibu menggunakan boneka tangan seolah-olah balapan makan dengan anak. Saat anak lebih besar, sesekali Ibu bisa menanyakan menu apa yang ingin mereka makan hari itu atau ajak mereka membantu Ibu menyiapkan makanan.
Sediakan Makanan Selingan Berkalori Tinggi
Anak Ibu lebih suka ngemil dan menolak makanan utama? Tentu saja kondisi ini membuat Ibu khawatir tentang kecukupan nutrisinya, bukan? Nah, cara untuk mengatasi anak susah makan yang satu ini bisa dengan menyediakan makanan selingan berkalori tinggi yang aman dan berasal dari setidaknya empat kelompok makanan. Ibu bisa mencoba membuat nugget ayam sendiri dengan campuran tepung sebagai karbohidrat, protein dari ayam dan keju, wortel untuk memenuhi kebutuhan serat sayur, dan lemak yang dihasilkan dari proses menggoreng nugget ayam buatan Ibu.
Lantas, bukan berarti Ibu boleh menyerah menawarkan anak untuk makan makanan utama ya, Bu! Makanan utama sangatlah penting karena kandungan gizinya yang lebih kompleks tetap dibutuhkan oleh tubuh anak. Ibu bisa menawarkan makanan utama tersebut dalam porsi yang sedikit tetapi diberikan dengan frekuensi yang lebih sering.
Puji Anak Saat Berhasil Menghabiskan Makanan
Anak yang susah makan biasanya jarang menghabiskan makanannya. Alangkah lebih baiknya jika Ibu tetap berbesar hati dan tidak memaksa anak untuk menghabiskannya. Namun bukan berarti anak tidak bisa menghabiskan makanannya lho, Bu! Dan saat ini terjadi, Ibu bisa memberinya pujian pada si kecil dan terus mendorongnya agar bersemangat menghabiskan makanan di lain waktu. Memberikan pujian kepada anak susah makan yang berhasil menghabiskan makanan mungkin memang hal sepele bagi orangtua, akan tetapi bisa sangat berarti untuk anak agar mereka merasa telah melakukan hal yang baik dan membuat Ibu bangga.
Beri Pengertian dan Hindari Membanding-bandingkan Anak
Membanding-bandingkan anak susah makan dengan anak lainnya bukanlah hal yang bijak. Tidak hanya dalam hal makan, dalam hal apa pun sebaiknya kebiasaan ini mulai dihentikan karena anak akan merasa minder dan ini tidak baik bagi perkembangan kepribadiannya. Saat kemampuan sosial anak sudah lebih baik, Ibu bisa memberi penjelasan dan pengertian kepada anak akan pentingnya makan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dalam beraktivitas.
Berkonsultasi dengan Dokter Saat Anak Sakit
Merupakan hal yang lumrah kehilangan selera makan saat anak sedang sakit. Untuk mengatasi anak susah makan saat sakit, Ibu bisa mencoba menurunkan tekstur makanan atau menyajikan bubur hangat yang lebih mudah dicerna oleh tubuh.
Namun, ada beberapa kondisi anak yang memang memiliki kemampuan makan lambat atau menderita penyakit tertentu sehingga menyebabkan anak susah makan. Misalnya ada kelainan rongga mulut atau langit-langit mulut, juga menderita ISK, tuberculosis, dan sebagainya yang ditandai dengan anak susah makan dan berat badan serta tinggi badan yang tidak sesuai dengan laju grafik pertumbuhannya.
Jika hal tersebut terjadi, Ibu harus berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat agar si kecil tidak lagi menjadi anak susah makan. Sehingga kebutuhan nutrisinya tercukupi, dan tumbuh-kembangnya bisa optimal.
(Dwi Ratih)