Ibupedia

Ups! Si Kecil Kepergok Nonton Konten Berbau Pornografi? Parents Bisa Lakukan Ini

Ups! Si Kecil Kepergok Nonton Konten Berbau Pornografi? Parents Bisa Lakukan Ini
Ups! Si Kecil Kepergok Nonton Konten Berbau Pornografi? Parents Bisa Lakukan Ini

Zaman semakin canggih, begitupun dengan teknologi yang makin berkembang pesat. Kemajuan ini, memang mendatangkan banyak manfaat buat umat manusia.

Sayangnya, tanpa sadar hal ini juga mendatangkan banyak masalah. Terutama bagi anak-anak, yang saat ini mudah sekali mengakses berbagai informasi di media sosial.

Membuat mereka rentan terpapar beragam konten pornografi yang berbahaya buat kesehatan mental.   Parents pernah memergoki si kecil nonton konten pornografi? Jelas, hal ini bikin kita sebagai orang tua menjadi shock dan khawatir, bukan?

Apalagi, kalau hal ini telah berlangsung lama, berpotensi membuat anak malah bisa kecanduan konten pornografi dan sulit dikendalikan. Jangan tunggu sampai anak terjerumus ya, Parents!

Yuk, jauhkan konten pornografi jika anak mulai terpapar walau hanya sedikit. Berikut hal yang bisa Parents lakukan, berdasarkan saran dari Psikolog Klinis Keluarga, sekaligus co-founder @goodenoughparents.id, Pritta Tyas, M.Psi., Psikolog.

Akses anak melihat konten pornografi makin luas

Parents, di zaman yang serba canggih seperti sekarang kita harus lebih waspada dalam mengawasi si kecil. Terutama saat menggunakan gadget maupun sosial media.

Karena kalau sudah sampai memergoki si kecil kecanduan pornografi, jelas hal ini akan sangat membahayakan mentalnya. Memang serba salah di awal, mau marah dan langsung di tegur, khawatir anak jadi malu atau bahkan balik marah.

Tapi kalau dibiarkan, malah bikin was-was dan anak bisa saja jadi salah jalan. Namun yang pasti, menurut Pritta, membiarkan anak terpapar konten pornografi ini jelas nggak baik ya Parents.

Menurutnya bahkan, yang paling parah dapat membuat anak jadi terjerumus terjadap adiksi porno. Memang akses dalam melihat konten pornografi zaman sekarang sangat mudah, bisa dari video di sosial media, komik berbau pornografi atau game online sekalipun.

Apapun itu, dari sekadar melihat atau membaca saja anak bisa saja punya hasrat untuk mempraktekannya di dunia nyata. Contoh ekstremnya pada kasus anak kelas 3 SD yang memperkosa siswi SMP yang baru-baru ini terjadi, miris sekali ya Parents.

Dampak konten pornografi pada kesehatan mental anak

Melansir dari laman Raising Children paparan konten-konten pornografi merupakan materi yang eksplisit secara seksual, yang bertujuan untuk membangkitkan gairah orang yang melihatnya. Secara harfiah, hal ini belum pantas dipertontonkan pada anak kecil.

Awalnya respon anak-anak berusia 7-8 tahun, melihat konten pornografi sering kali tidak nyaman, menjengkelkan, dan membingungkan bagi mereka. Ada berbagai jenis pornografi. Tapi yang jelas segala bentuk pornografi memiliki dampak negatif bagi anak-anak:

  • Anak bisa beranggapan bahwa tindakan seksual yang ‘kasar’ adalah hal yang normal dan menarik, bikin si kecil tertarik mempraktekkannya suatu hari nanti
  • Menimbulkan perilaku agresif bagi anak, dikemudian hari si kecil juga berpotensi melakukan tindakan kekerasan seksual yang sama seperti yang ia saksikan dalam konten pornografi
  • Punya kecenderungan mengalami gangguan mental yang bikin emosinya nggak stabil dan cenderung sulit dikendalikan
  • Perpotensi mengganggu perkembangan otak anak.

Orang tua mesti gimana, saat anak melihat konten pornografi?

Nggak dipungkiri, sebagai orang tua kita tentu merasa kaget dan kecewa begitu mengetahui si kecil ketahuan nonton konten berbau pornografi ya Parents. Namun, sebaiknya usahakan untuk tidak bereaksi berlebihan apalagi sampai memarahi anak saat itu juga ya.

Kalau mengutip dari laman Child Mind Institute ketika anak ketahuan nonton konten pornografi, hal pertama yang perlu orang tua lakukan adalah, mengajak si kecil berbicara. Utamakan saat suasana hati Parents dan si kecil sudah sama-sama tenang dan dalam keadaan baik.

Pada awalnya mungkin hal ini bakalan jadi pembicaraan yang canggung. Tapi yang pasti, orang tua harus berbicara jujur mengenai seksualitas pada anak.

Barulah kemudian Parents bisa ngobrol bersama si kecil perlahan, dan mengatakan bahwa rasa ingin tahu seperti ini sejatinya wajar. Setelah suasana cair, Parents bisa lakukan sedikit investigasi dengan catatan tetap tanpa menghakimi ya!

Psikolog Pritta Tyas, juga memberikan sedikit tips  mengenai obrolan apa saja yang bisa Parents terapkan dalam pembicaraan tersebut, misalnya:

1. Parents bisa analisa kemungkinan penyebab

Tanyakan pada si kecil, apa yang jadi trigger utamanya ingin tahu banyak mengenai konten tersebut. Apakah ikut-ikutan teman atau berdasarkan keinginan pribadi? Lalu bagaimana cara ia mengakses video tersebut?

2. Pelajari cara mengaktifkan parental control di gadget dan browser anak

Pada tahap ini, Parents bisa memblokir beberapa situs terkait pornografi. Jangan lupa bikin akun khusus kids yang terkoneksi dengan akun orang tua, supaya kita tetap bisa memantau apa yang diakses oleh si kecil.

3. Pertanyaan diajukan tapi tanpa menyudutkan

Ini jadi hal yang nggak kalah penting dilakukan. Untuk menghindari si kecil marah dan malu, yang berakibat ia takut untuk bercerita pada orang tua di kemudian hari. Bahkan, pertanyaan yang menyudutkan berpotensi bikin anak jadi sosok yang tertutup dan cenderung memendam masalahnya sendiri.

4. Tetap berikan batasan

Yes! Orang tua bisa menjadi tameng yang paling pentinh bagi anak-anak. Sehingga, orang tua berhak memberikan batasan ke anak-anaknya mengenai pengaruh buruk tentang konten pornografi tersebut.

5. Alihkan dengan aktivitas yang positif

Dalam hal ini, peran orang tua sangat krusial dalam memantapkan kembali kondisi mental si kecil yang terlanjur terpapar konten pornografi sebelumnya. Parents bisa mengalihkan perhatian mereka dengan mengajak anak melakukan aneka aktivitas online yang menarik seperti; Minecraft: Education, Canva for Kids, Lego Life atau Google Arts & Culture.

Pritta juga menjelaskan, saat menghadapi kondisi seperti ini, orang tua juga harus bersikap lebih tenang. Nggak boleh menggebu-gebu, apalagi sampai marah berlebihan. Sebab, kemampuan kita mengelola respon & emosi adalah kunci menghadapi perilaku menantang anak.

Follow Ibupedia Instagram