Ibupedia

Sperma Beku untuk Inseminasi Buatan, Bisakah?

Sperma Beku untuk Inseminasi Buatan, Bisakah?
Sperma Beku untuk Inseminasi Buatan, Bisakah?

Awal Mei lalu, tayang sebuah drama Korea baru berjudul Woori the Virgin. Plot dari drama yang dibintangi aktris Im Soo-hyang tersebut sangat unik, mengisahkan seorang perempuan bernama Woo-ri yang tiba-tiba mengandung karena malpraktik. Mulanya, Woo-ri hanya ingin melakukan check-up rutin. Namun dokter yang memeriksanya justru melakukan prosedur inseminasi buatan. Cairan injeksi yang disuntikkan sang dokter ternyata sperma beku dari seorang donor.

Inseminasi buatan dengan menyuntikkan sperma sebenarnya adalah praktik yang cukup umum. Injeksi sperma merupakan salah satu tahapan dalam prosedur IVF (in vitro fertilization) atau lebih dikenal dengan istilah “bayi tabung”. Teknik pembekuan sperma inilah yang masih belum begitu populer, terutama di Indonesia. 

Namun prosedur tersebut memang benar-benar ada dan sudah diterapkan langsung pada pasien. Seperti apa cara kerja sperma beku ini dalam inseminasi buatan?

Sebenarnya, apa itu sperma beku?

Sperma beku adalah salah satu teknologi reproduksi berbantuan (assisted reproductive technology). Teknologi ini digunakan untuk mengawetkan fertilitas pria. Dengan teknologi ini maka sperma nantinya bisa dipakai pada prosedur inseminasi buatan di masa depan. Dalam dunia medis pembekuan sperma dikenal dengan istilah cryopreservation. Metode ini ditemukan pada tahun 1954. Kala itu, sperma percobaan yang dibekukan bisa menghasilkan tiga kehamilan. Namun penerapannya baru mulai populer di tahun 2010-an.

Teknik pembekuan sperma

Agar sel-sel sperma tidak rusak, teknik pembekuannya pun harus hati-hati. Secara garis besar, berikut adalah tahap demi tahap pembekuan sperma:

  1. Sebelum melakukan cryopreservation pasien harus menjalani tes seminogram untuk mengetahui kualitas air mani. 
  2. Jika kualitas air mani memenuhi standar maka pembekuan bisa langsung dilakukan.
  3. Sampel mani yang terkumpul kemudian ditambahkan agen cryoprotective, fungsinya adalah agar sel sperma tidak rusak.
  4. Sel sperma dimasukkan ke dalam cryotube atau tabung penyimpanan sperma.
  5. Cryotube diletakkan ke dalam mesin pendingin dan suhu diturunkan secara bertahap.
  6. Sperma dibekukan dalam nitrogen cair pada suhu -196ºC.

Orang-orang yang disarankan untuk membekukan sperma

Meski belum terlalu populer di Indonesia, sebenarnya teknik ini bisa dicoba untuk menjaga kesuburan pria. Teknik sperma beku disarankan untuk:

1. Pasien kanker

Bagi pasien kanker prostat atau testis yang akan menjalani pengobatan kemoterapi, disarankan untuk melakukan pembekuan sperma. Sebab, pengobatan kemoterapi memanfaatkan radiasi yang bisa memengaruhi kualitas sperma. Melakukan cryopreservation akan membantu pasien untuk tetap memperoleh keturunan setelah pengobatan selesai.

2. Orang-orang dengan pekerjaan berbahaya

Bagi mereka yang bekerja di area berbahaya seperti daerah terkontaminasi radiasi, juga disarankan untuk membekukan sperma. Ini merupakan tindakan preventif jika suatu saat terjadi peristiwa yang bisa membahayakan fertilitas.

3. Beberapa alasan lainnya

Pembekuan sperma disarankan untuk mereka yang sedang menjalani IVF atau program kesuburan lainnya. Cara ini diharapkan akan menjaga kualitas sperma sepanjang berjalannya program. Selain itu, teknik cryopreservation juga bisa diterapkan pada mereka yang jumlah sel spermanya terlalu rendah untuk prosedur ICSI (intracytoplasmic sperm injection) atau injeksi sperma.

Apakah pembekuan sperma efektif? 

Menurut pakar dari Fertility Centers of Illinois, tingkat keberhasilan proses pembekuan sperma mencapai 50%. Terutama jika sampel yang digunakan memang bagus kualitasnya. Selain itu, teknologi IVF pada dasarnya juga tidak memerlukan terlalu banyak sel sperma. Inseminasi buatan pada manusia bisa dilakukan dengan setidaknya 10 juta sel sperma. Sementara rata-rata sel sperma normal adalah 15-200 juta per mililiter. Proses pembekuan pun tidak akan memengaruhi kualitas sel sperma. Sebab, sperma telah dilindungi zat khusus bernama cryoprotective. Jadi bisa dibilang, sperma beku tidak ada bedanya dengan sperma yang baru dikeluarkan.

Berapa lama sperma beku bertahan?

Secara teori, sperma beku dapat bertahan tanpa batas waktu, selama sperma tersebut disimpan dengan benar di dalam nitrogen cair dan kualitasnya baik. Hal ini mungkin terjadi karena teknologi cryopreservation sekarang sudah semakin canggih. Pada sebuah kasus di tahun 2004, seorang bayi perempuan berhasil lahir dari sperma yang telah dibekukan selama 21 tahun. Sang ayah membekukan spermanya karena mengidap kanker di usia remaja. Sebelum menjalani pengobatan, ia memutuskan untuk melakukan prosedur cryopreservation karena menginginkan hadirnya seorang buah hati di masa depan.

Kasus ini juga membuktikan bahwa prosedur sperma beku tidak mengenal batasan usia. Selama masih bisa menghasilkan cairan sperma, maka prosedur ini bisa dilakukan. Namun, hasil akan jauh lebih baik jika prosedur dilakukan di usia muda untuk bisa mendapat sel sperma yang berkualitas.

Di mana prosedur sperma beku bisa dilakukan?

Tempat terbaik untuk membekukan sperma adalah bank sperma atau klinik kesuburan. Ini karena, sperma harus diproses dalam waktu 1-2 jam setelah pengambilan sampel. Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada beberapa fasilitas kesehatan yang melayani prosedur pembekuan sperma. Cryoprotective baru mulai diperkenalkan pada tahun 2019 di tanah air. Itu sebabnya, prosedur ini masih belum begitu populer.

Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi reproduksi berbantuan pun semakin canggih. Prosedur IVF makin banyak variasinya. Sperma beku adalah salah satu contoh dari inovasi tersebut. Dengan menjalankan pembekuan sperma, diharapkan kualitas sel sperma yang digunakan untuk prosedur IVF bisa tetap baik.

Berkonsultasilah dengan dokter sebelum menjalankan prosedur cryoprotective ini. Dokter akan membantu Anda untuk menilai apakah prosedur ini sesuai dengan kondisi kesehatan atau tidak. 

Follow Ibupedia Instagram