Ibupedia

Kisah Balas Dendam, 7 Pelajaran Hidup Dari Drakor The Glory

Kisah Balas Dendam, 7 Pelajaran Hidup Dari Drakor The Glory
Kisah Balas Dendam, 7 Pelajaran Hidup Dari Drakor The Glory

Siapa nih yang sudah nonton drakor The Glory? Yup! Baik season 1 maupun 2, buat Ibumin drakor The Glory memang dari awal vibesnya sudah sangat seru, dengan mengangkat kisah balas dendam dari korban bullying.

Apalagi ditambah dengan semua pemeran dalam drakor tersebut, yang menurut Ibumin sangat menjiwai sekali. Emosinya dapet banget! Setuju nggak, Bu?

Tenang, kali ini, Ibumin nggak akan spoiler drakor The Glory, kok. Tapi, sebenarnya belajar dari drama The Glory, benar nggak sih kalau dendam harus dibayar dengan tuntas, agar hati jadi lebih puas?

Yuk, kita bahas bersama mengenai life lesson dari drakor The Glory berikut ini. Ambil yang baik-baiknya saja ya, Bu!

Life lesson dari drakor The Glory


Photo source: Parapuan

1. Sembuh dari luka, nggak semudah itu

Moon Dong-eun, yang diperankan apik oleh Song Hye-kyo, butuh waktu sekitar 18 tahun untuk melakukan aksi balas dendam, dengan cara yang menarik. Selama 18 tahun berlalu, ia mengaku bahwa luka di masa lalunya butuh waktu panjang untuk sembuh.

Apalagi, pada kenyataannya orang yang menyakiti sudah lupa sama sekali dengan perbuatannya. Sementara mereka yang tersakiti bisa menyimpan trauma dan luka itu hingga puluhan tahun, lho!

Ini jelas membuktikan bahwa, sembuh dari luka nggak bisa semudah itu. Melansir dari Psych Central, para psikolog pun mengamini bahwa, bagi seseorang, sembuh dari luka memang nggak semudah itu.

Tapi, bukan berarti hal ini nggak bisa diwujudkan ya, Bu. Ada banyak sekali orang di dunia yang sembuh dari luka masa lalunya dengan perjuangan yang luar biasa. Mereka pun mengaku, penyembuhan luka tersebut bikin ia jadi merasa lebih sehat, bahagia dan merasa sepenuhnya memiliki diri mereka sendiri.

Tapi, memang benar, tidak semua orang bisa dengan mudah kembali sehat secara emosional. Beberapa orang mungkin harus melalui rasa sakit emosional yang dalam, mengulangi perilaku dan hubungan yang tidak sehat, dan bergumul dengan pikiran negatif yang sangat menyiksa.

Namun yang pasti, sembuh dari luka itu bisa dilakukan. Hanya saja, memang mungkin butuh waktu yang panjang. Nggak ada salahnya kok untuk mulai membuka diri, cari pertolongan ahli dan beri waktu pada diri sendiri untuk sembuh dari luka.

2. Anak kerap meremehkan orang lain, tanda adanya arogansi dari orang tua



Photo source: IDN Times

Sejak masa SMA, Park Yeon-jin jadi salah satu dalang utama yang kerap membully teman-teman sekolahnya. Ini berani ia lakukan, karena Ibunya juga punya kuasa penuh di sekolah.

Ibu Yeon-jin, juga seringkali mem-brain wash pikiran sang anak, untuk tidak bergaul dengan anak-anak dari golongan kelas sosial menengah ke bawah, alias miskin. Ini merupakan tanda bahwa adanya arogansi dari orang tua, yang menyebabkan anak kerap meremehkan orang lain.

Dikutip dari Parenting for Brain perilaku orang tua seperti ini, masuk ke dalam klasifikasi narcisstic parent. Orang tua narsis memiliki rasa kepentingan mereka sendiri yang berlebihan.

Mereka juga kerap berfantasi tentang kekuatan, keunggulan, keunikan, dan kesempurnaan yang tidak terbatas. Mereka percaya pendapat dan ide mereka lebih baik dari orang lain.

Sayangnya, perilaku narcisstic parent yang diterapkan orang tua, bikin anak jadi berpikir bahwa dirinya jauh lebih baik dari orang lain. Akibatnya, sang anak jadi nggak segan untuk jadi pelaku bully, terutama ketika ia memiliki previlege dan perlindungan khusus dari orang tua.

3. Nggak semua orang tua bisa melindungi anak


Photo source: The Envoy Web

Buat Ibu yang sudah nonton drakor The Glory, pasti nggak asing dengan kontrasnya parenting dari orang tua yang ditampilkan. Ada yang mengatasi semua masalah dengan uang, ada pula yang rela ‘menjual’ anak demi uang.

Seperti yang dilakukan oleh Ibu dari Moon Dong-eun, yang bikin Dong-eun merasa bahwa Ibunya layak berada dalam list target balas dendamnya suatu saat nanti. Yes! Bagi Dong-eun, Ibunya adalah sumber luka batin utama yang juga menjadikan ia jadi sosok yang dingin seperti sekarang.

Orang tua yang belum selesai dengan dirinya, punya masalah adiksi dengan alkohol dan obat-obatan terlarang, jadi nggak segan untuk bersikap egois dan berujung menyakiti anak. Dikutip dari WebMD jika merasa sudah sangat sakit dan berat untuk dijalani, disarankan untuk menjaga jarak dari hubungan toxic, demi menjaga diri sendiri agar tetap waras.

4. Tak ada balas dendam yang sempurna


Photo source: Netflix

Dalam drama The Glory, kita juga disuguhkan adegan bahwa, nggak semua rencana balas dendam yang dijalankan Moon Dong-eun bisa berjalan mulus sesuai rencana. Selama 18 tahun merancangkan aksi balas dendam, Dong-eun bahkan sampai menutup diri, nggak membiarkan dirinya tersenyum, bahkan jadi malnutrisi.

Dari drakor The Glory ini akhirnya kita belajar bahwa, menyimpan dendam itu tak ada gunanya. Ibarat menimbun sampah, yang semakin lama ditumpuk, baunya malah semakin tajam.

Kalau nggak hati-hati, bukan tidak mungkin malah jadi menyakiti diri. Pada akhirnya, Dong-eun pun sadar bahwa, balas dendam terbaik bukanlah diakhiri dengan bunuh diri. Melainkan, tetap melanjutkan hidup, tetap berbuat baik, dan belajar membuka diri untuk menerima kebahagiaan.

5. Sekeras apapun kejahatan disembunyikan, pasti akan terungkap juga


Photo source: Polygon

Inilah yang terjadi pada Park Yeon-jin, yang berusaha sekuat tenaga menyuap semua orang ‘berpengaruh’ di sekitarnya, untuk sekadar menutup semua kejahatan yang pernah ia lakukan. Dari drakor The Glory ini kita belajar bahwa, sekeras apapun kamu menutupi bangkai, cepat atau lambat, ujung-ujungnya pasti bakal ketahuan juga.

6. Kesalahan orang tua, bisa berdampak pada anak


Photo source: Netflix

Dalam drakor The Glory, dikisahkan bahwa Park Yeon-jin dan Ha Do-yeong, memiliki seorang anak perempuan cantik bernama, Ha-Ye-sol. Pada kenyataannya, Ye-sol bukanlah anak kandung dari Ha Do-yeong.

Lebih kagetnya lagi, Ye-sol ternyata merupakan anak kandung dari sahabat Yeon-jin yakni, Jeon Jae-joon. Dampak dari hal tersebut, bikin Yeon-jin, Do-yeong dan Jae-joon sering berselisih memperebutkan Ye-sol.

Tanpa disadari, sikap egois dari ketiganya bikin Ye-sol merasa terluka. Ia jadi tidak semangat bersekolah, hingga merasa kebingungan dengan gosip-gosip yang beredar.

Untungnya, meski mengetahui bahwa Ye-sol bukanlah anak kandungnya, Do-yeong langsung mengambil sikap tegas dengan membawa Ye-sol pindah ke luar negeri, guna menghindari Ye-sol mendapat trauma akibat situasi yang terjadi.

7. Karma is real


Photo source: Wolipop Detik

Pernah dengar istilah, ‘apa yang kamu tabur, itulah yang akan kamu tuai’? Yup! Hal ini menunjukkan adanya eksistensi dari hukum karma dalam kehidupan.

Drama The Glory mengajarkan kita bahwa, jika kita berbuat baik dengan seseorang, maka hasilnya juga bisa kita rasakan dengan karma baik. Tapi jika melakukan hal sebaliknya, hasilnya pun juga bisa buruk, seperti yang dirasakan oleh Yeon-jin.

Itulah beberapa hal yang bisa kita pelajari dari drakor The Glory. Buat yang belum nonton, Ibumin rekomen banget buat nonton serial ini, deh! Sebab, ada banyak sekali pelajaran kehidupan lain yang bisa kamu petik dari drama ini.

Follow Ibupedia Instagram