Review Film "Just Mom": Ketika Ibu "All In" untuk Anak
Hari Rabu (2/8/2023) lalu, Ibumin berkesempatan hadir di acara Press Conference dan Press Screening film "Just Mom" yang diselenggarakan di CGV FX Sudirman.
Sebenarnya film ini bukan rilisan anyar, melainkan sempat diputar di Jakarta Film Week dan Special Screening di festival film Jogja-NETPAC Asian Film pada 2021 silam.
Namun, besarnya animo masyarakat & kualitas film yang mumpuni membuat Ajeng Parameswari selaku presiden Bioskop Online Indonesia tertarik mengajak sang produser, Hanung Bramantyo, untuk menayangkan film ini di platform online.
Keputusan yang tepat jika melihat apresiasi dari para penonton premiere yang larut dalam haru sepanjang film berdurasi 1 jam 28 menit ini. Bahkan sepanjang menonton, Ibumin sempat dibikin sembab karena jalan cerita yang nyess di hati.
Selain menampilkan akting luar biasa dari Christine Hakim, film ini juga menampilkan jajaran aktor dan aktris ternama lainnya seperti Ayushita, Niken Anjani, Ge Pamungkas, Dea Panendra, dan Toran Waibro.
“Cerita Just Mom begitu spesial karena membuat penonton memahami makna dari kasih sayang seorang ibu...Siti (Christine Hakim) sebagai tokoh utama di film ini mencontohkan bagaimana seorang ibu bisa memberikan kasih sayang tanpa pandang bulu; untuk anak kandung, anak angkat atau bahkan anak yang ia temukan dalam kondisi yang memprihatinkan,” Hanung Bramantyo- produser Just Mom.
Saat Naluri Ibu Merangkul Semua Anak
Kita kerap lupa, saat anak tumbuh dewasa, Ibu juga beranjak tua. Di saat anak sibuk dengan kehidupan masing-masing, Ibu harus berjuang menahan sepi.
Film dibuka dengan kisah Ibu Siti yang kesepian karena kedua anaknya (Niken Anjani & Ge Pamungkas) jarang datang menengok karena beragam alasan sibuk. Ia hanya ditemani sang anak bungsu yang ia adopsi sejak kecil, Jalu (Toran Waibro), dan asisten rumah tangga (Dea Panendra).
Di sela perjuangannya menghadapi kanker, naluri keibuan Siti tetap kuat untuk merawat ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) terlantar bernama Murni (Ayushita) yang sedang hamil tua.
Berlawanan dengan judulnya, "just mom", peran Ibu di sini bukan sekedar "cuma". Ibu mana sih yang tulus membawa manusia "bermasalah" ke rumah dan memberikan perhatian "all in" seperti anak sendiri? Siti sungguh sosok Ibu spesial yang kebaikan & kehangatan hatinya mampu membius & menyadarkan penonton tentang luar biasanya kasih Ibu.
Bahkan Murni yang sepanjang film tidak bisa berbicara pun dibuat luruh hingga memanggil nama "Ibu" di saat terpuruknya.
Saat Ibu Butuh Alasan untuk Diperhatikan
Ironisnya, anak-anak Siti baru tergerak untuk datang menjenguk Ibunya karena cemas akan keberadaan Murni di rumah.
Sosok Murni dianggap seperti pengganggu yang akan membuat Ibunya celaka, kelelahan, atau beban baru bagi keluarga. Seperti kata sanak saudara Siti, "Kasihan anak-anaknya, orang gila kok dibawa pulang."
Padahal keberadaan Murni justru membuat Siti kembali bersemangat karena ampuh mengusir rasa sepinya. Memang ada beberapa kendala seperti Murni yang mengamuk memecahkan barang saat tantrum atau tak sengaja melukai orang lain, namun hal itu pelan-pelan reda dengan kasih sayang Siti.
Ibumin setuju dengan pernyataan Hanung Bramantyo, keberadaan Murni dengan gangguan jiwanya hanyalah trigger atau pemicu. Masalah besarnya adalah mengapa harus ada alasan dulu agar anak mau meluangkan waktu untuk Ibunya?
Jika ada yang patut dikasihani, bukanlah anak-anak Siti yang harus rela meninggalkan pekerjaannya sejenak, melainkan Siti & Murni sebagai Ibu & calon Ibu yang sama-sama sedang diabaikan. Satu memiliki kasih seluas samudera untuk dibagi-bagi, satunya lagi amat membutuhkan kasih walau sayangnya hanya datang dari satu orang, Siti.
Saat Ibu Takut “Mengganggu” Waktu Anak
Sutradara Jeihan Angga sukses menyampaikan gejolak batin seorang Ibu di masa tuanya tanpa terlalu bermenye-menye.
Film ini 'menampar' para anak yang tak lagi tinggal serumah karena sudah berkeluarga atau merantau demi pekerjaan.
Seperti yang disampaikan Jeihan Angga, seorang Ibu kadang kurang bisa menilai dirinya. Mengecilkan perannya padahal kehadirannya sangat istimewa bagi anak.
Saat anak masih kecil, waktu Ibu habis sepenuhnya untuk anak. Ibu bekerja, memasak, menyekolahkan, mendidik, dan menemani saat anak sakit. Namun di kala anak sudah mandiri, Ibu butuh berpikir berkali-kali untuk sekedar bilang "kangen". Alasannya, takut mengganggu waktu sang anak.
Padahal mungkin yang diperlukan Ibu itu hal sepele, sesederhana Siti yang ingin ngeteh bareng anak-anaknya.
Pada akhirnya, menyadur ucapan Christine Hakim, "Penting sekali hubungan manusia dijalin dan dirawat sebaik-baiknya". Entah itu anak kandung, anak adopsi, atau anak terlantar, semuanya tetap manusia yang berhak dan layak dicintai.
Namun hubungan ini tak bisa hanya berjalan satu arah. Ibu juga manusia yang butuh kasih, meski ia tak pernah merengek rindu.
Film "Just Mom" sendiri diangkat dari novel “Ibu, Doa yang Hilang” karya Bagas Dwi Bawono dan disempurnakan oleh Hanung Bramantyo & Jeihan Angga yang terinspirasi dari kisah nyata di sekitarnya.
Parents yang ingin menonton bisa membeli tiketnya melalui website www.bioskoponline.com atau aplikasi Bioskop Online yang dapat diunduh di App Store dan Google Play Store. Cukup dengan Rp 20.000, Parents bisa menikmati karya yang menghangatkan hati. Siap-siap tisu!